Jumat, 25 April 2014

HUKUM HUBUNGAN INTIM DENGAN HEWAN WAJIBKAH MANDI BESAR

Muhammad Antor

Assaalamu'alaikum wr wb.
Mhon maaf sya ingin bertanya, bagaiman menurut madzhab asy-syafi'i kalau seumpama ada laki2 yg berhubungan intim dengan hewan, apakah laki2 itu wajib mandi besar atau tidak ? Mohon bantuannya. Trimakasih.
Wessaalamu'alaikum wr wb.


Jawaban : 

Kakek Jhosy 
Hubungan intin atau memasukan hasyafah kedalam hewan atau manusia dll baik dimasukan dari depan / farjik atau dari belakang/dubur laki2 maupun perempuan hidup atau mati kecil atau besar /dewasa maka WAJIB adus/Mandi

Referensi 
المجموع شرح المهذب ( ج II ص105)

أما إيلاج الحشفة فيوجب الغسل بلا خلاف عندنا، والمراد بإيلاجها إدخالها بكمالها في فرج حيوان آدمي أو غيره، قبله أو دبره، ذكر أو أنثى، حي أو ميت، صغير أو كبير، فيجب الغسل في كل ذلك، والله اعلم

Link Sumber tanya jawab :
https://m.facebook.com/groups/382134218524606?view=permalink&id=668832356521456&ref=bookmark

Rabu, 02 April 2014

HUKUM TAHALLUL / CUKUR BAGI ORANG YANG TIDAK PUNYA RAMBUT

Durö Böy 
29 Maret pukul 13:42 
Assalamualaikum wr wb

Bagaimana cara Tahallulnya bagi orang Botak Dan NGonyeer tanpa rambut dalam ibadah Umrah plus Ibarotnya.........!

Atas jawaban poro ustad and satri ponpes Dunia maya Sukron Katsiron


Jawaban I
Wa'alalaikum salam wr wb
Idem Guz Zein saja ach .
Tidak perlu mencukur rambut bila tidak punya rambut (Botak) 
Dan tidak wajib bayar fidyah . Dan sunnah menempelkan mus nya/Alat pencukur (Ghunteng madura red)

Referensi
Al-Majmuk Syar Muhaddzab juz 8 / 186

قال النووي رحمه الله: إذا لم يكن على رأسه شعر بأن كان أصلع أو محلوقا فلا شيء عليه فلا يلزمه فدية ولا إمرار الموسى ولا غير ذلك لما ذكره المصنف، ولو نبت شعره بعد ذلك لم يلزمه حلق ولا تقصير بلا خلاف لأنه حالة التكليف لم يلزمه، قال الشافعي والأصحاب: ويستحب لمن لا شعر على رأسه إمرار الموسى عليه، ولا يلزمه ذلك بلا خلاف عندنا. انتهى


Jawaban II
Guz Zein 
مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج - 798 

 وَمَنْ لَا شَعْرَ ) كَائِنٌ ( بِرَأْسِهِ ) أَوْ بِبَعْضِهِ كَمَا قَالَهُ الْإِسْنَوِيُّ بِأَنْ حَلَقَ كَذَلِكَ أَوْ كَانَ قَدْ حَلَقَ ، وَاعْتَمَرَ مِنْ سَاعَتِهِ كَمَا مَثَّلَهُ الْعِمْرَانِيُّ ( يُسْتَحَبُّ ) لَهُ ( إمْرَارُ الْمُوسَى عَلَيْهِ ) بِالْإِجْمَاعِ كَمَا قَالَهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ كُلِّهِ أَوْ بَعْضِهِ تَشْبِيهًا بِالْحَالِقِينَ ، وَإِنَّمَا لَمْ يَجِبْ الْإِمْرَارُ ، لِأَنَّ ذَلِكَ فَرْضٌ تَعَلَّقَ بِجُزْءِ آدَمِيٍّ فَسَقَطَ بِفَوَاتِهِ كَغَسْلِ الْيَدِ فِي الْوُضُوءِ .

Sumber Tanya Jawab : https://m.facebook.com/groups/382134218524606?view=permalink&id=654738161264209

Senin, 17 Februari 2014

HUKUM SHOLAT DI KAMAR MANDI



613 HUKUM SHOLAT DI KAMAR MANDI

Oleh Raden Madura BlogSpot pada 10 Februari 2014 pukul 1:41

En Malk
Assalamu'alaikum. slamat siang! maaf, sy ingn brtny BOLEHKAH/SAHKAH BILA SHOLAT DIKAMAR MANDI KERING? KARNA prnah ada seorang TMAN BILANG pd sy, klau dia sholatnya dkamar mandi, dia bralasan klau SIBOS LIHAT, dia khawatir diPECAT dr krjanya krn bru msuk kerja & masih potongan dan SELURUH PENJURU RUANGAN ADA KAMERA KECUALI KAMAR MANDI. DIA BILANG DARI PADA G' SHOLAT, itu bagaimana?

JAWABAN :

Raden Madura BlogSpot
Wa'alaikumsalam

( و ) تكره ( الصلاة في ) الأسواق .. وفي ( الحمام ) ولو في مسلخه لحديث صحيح أسنده ابن حبان : الأرض كلها مسجد إلا المقبرة والحمام واختلف في علة النهي على أقوال : أصحها لأنه مأوى الشياطين وقيل : خوف النجاسة وقيل : لاشتغال المصلي بدخول الناس وقيل غير ذلك

Dan dimakruhkan shalat di pasar... dan di kamar mandi meskipun hanya dipintu lewatnya berdasarkan hadits shahih yang disanadkan oleh Ibn Hibbaan “Segala bumi adalah masjid kecuali kuburan dan kamar mandi”.Terdapat perbedaan pendapat alasan kemakruhannya, yang paling shahih karena kamar mandi adalah tempat syetan, pendapat lain karena dikhawatirkan najisnya, pendapat lain karena dapat terganggunya kekhusyuan akibat masuknya orang kedalamnya, pendapat lain karena selain alasan diatas.Mughni al-Muhtaaj I/203

HUKUM MENGKOMSUMSI HEWAN YANG DI TEMBAK DENGAN SENAPAN ANGIN



616 HUKUM MENGKOMSUMSI HEWAN YANG DI TEMBAK DENGAN SENAPAN ANGIN

Oleh Raden Madura BlogSpot pada 17 Februari 2014 pukul 10:11

El Rhazaq
assalamualaikum wr wb 

bagaimana hukumnya pemburuan dg senapan ? 

Wassalam

Raden Madura BlogSpot >>
Mengkonsumsi hewan yang ditembak dengan senapan angin hukumnya ditafsil:

1. Jika binatang yang ditembak itu jinak hukumnya haram2. Jika binatangnya tidak jinak ( binatang buruan ):

* Menurut jumhur ulama' haram* Menurut Malikiyyah halal dengan syarat membaca basmalah ketika menembak.

Dasar Pengambilan Hukum

Fathul Mu'in wa Khasyiyah tarsyikhul Mustafidin Hal: 50وَيَحْرُمُ قَطْعًا رَمْيُ الصَّيْدِ بِالْبُنْدُقِ الْمُعْتَادِ الْانَ وَهُوَ مَا يَضَعُ بِالْحَدِيْدِ وَيَرْمِيْ بِالنَّارِ لِأَنَّهُ مُحْرِقٌ مُدَقِّقٌ سَرِيْعًا غَالِبًا قَوْلُهُ ( قَطْعًا ) أَيْ بِلاَ خِلاَفٍ عِنْدَنَا بِخِلاَفِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الطِّيْنِ فَفِيْهِ خِلاَفٌ يَأْتِيْ. وَقَالَ الْمَالِكِيَّةُ بِجَوَازِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ الْمَعْرُوْفِ الَْأَنَ وَحِلٌّ أَكْلُ مَا صِيْدَ بِهِ بِشَرْطِ التَّسْمِيَّةِ بِهِ عَنْدَ ( الرَمْيِ ) فَإِنْ تَرَكَهَا سَهْوًا لَمْ يَضُرَّ.

Dan haram secara pasti menembak binatang buruan dengan senapan yang sudah biasa sekarang ini, yaitu apa yang diletakkan dengan besi dan dilemparkan dengan api karena senapan itu membakar dan menghancurkan dengan cepat pada umumnya. Ucapan mushonnif secara pasti artinya tanpa ada perbedaan pendapat diantara kitab berbeda dengan melempar, menembak dengan senapan tanah dalam hal ini ada perbedaan pendapat yanga akan datang. Madzhab Maliki berpendapat mengenai kebolehan menembak dengan senapan timah yang telah diketahui sekarang ( senapan angin ) dan halal memakan apa yang diburu dengannya dengan syarat membaca basmalah pada waktu menembak, jika meninggalkan bacaan basmalah karena lupa tidak berbahaya.

Khasyiyah ad-Dasuqi Juz II hal: 103اَلْحَاصِلُ أَنَّ الصَّيْدَ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ لَمْ يُوْجَدْ فِيْهِ نَصٌّ لِلْمُتَقَدِّمِيْنَ لِحُدُوْثِ الرَّمْيِ بِهِ لِحُدُوْثِ الْبَارُوْدِ فِيْ وَسَطِ الْمِائَةِ الثَّامِنَةِ وَاخْتَلَفَ فِيْهِ الْمُتَأَخِّرُوْنَ فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْمَنْعِ قِيَاسًا عَلَى بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْجَوَازِ كَأَبِيْ عَبْدِ اللهِ الْقُوْرِيْ وَابْنِ الْمَنْجُوْرِ وَسَيِّدِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْفَاسِيْ لِمَا فِيْهِ مِنَ الْإِنْهَارِ وَالْإِجْهَازِ بِسُرْعَةٍ الّذِيْ شُرِعَتِ الذَّكَاةُ لِأَجْلِهِ وَقِيَاسُهُ عَلَى بُنْدُقِِ الطِّيْنِ فَاسِدٌ لِوُجُوْدِ الْفَارِقِ وَهُوَ وُجُوْدُ الْخَرْقِ وَالنُّقُوْدِ فِي الرِّصَاصِ تَحْقِيْقًا وَعَدَمُ ذَالِكَ فِي بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَإِنَّمَا شَأْنُهُ الرَّضُّ وَالْكَسْرُ وَمَاكَانَ هَذَا لَا يُسْتَعْمَلُ لِأَنَّهُ مِنَ الْوَفْدِ الْحَرَامِ بِنَصِّ الْقُرْأَنِ ِ.ا ه.

Pada hasilnya bahwa berburu dengan senapan angin tidak didapati padanya nash/ketetapan hukum daripada ulama terdahulu karena menembak dengan senapan angin itu adalah hal yang baru karena kebaharuan bahan peledak pada pertengahan abad kedua. Dalam hal ini ulama' mutaakhir berbeda pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat dengan kebolehan seperti Abu Abdillah al-Fauri Ibnul Manjur, Sayyid Abdur Rohman, Abdul Qodir al-Fasi, karena dalam peluru timah tersebut ada pengaliran darah dan pembunuhan yang cepat yang penyembelihan disyariatkan karenanya. Pengqiasan peluru timah dengan peluru tanah adalah rusak (tidak benar) karena wujud perbedaaan yaitu wujud lubang dan pecah pada peluru timah secara nyata dan ketiadaan hal tersebut pada peluru tanah. Hanyasanya kepentingan peluru tanah adalah meremukkan dan apa yang ada seperti ini tidak boleh dipergunakan karena peluru tanah itu melemparkan benda yang diharamkan menurut nash al-Qur'an.

Syarah Shohih Muslim Fi Hamisy Irsyad as-Sari Juz II Hal: 136وَقَالَ مَحْكُوْلٌ وَالْأَوْزَعِيِّ وَغَيْرُهُمَا مِنْ فُقَهَاءِ الشَّافِعِيِّ بِحِلٍّ مُطْلَقًا كَذَا قَالَ هَؤُلاَءِ وَابْنُ أَبِيْ لَيْلَى أَنَّهُ يَحِلُّ مَاقَتَلَهُ بِالْبُنْدُقَةِ. إلخ

Makhqul, Auzai'i dan selainnya berkata tentang kehalalan secara mutlak demikian pula pendapat mereka dan Ibnu Abi Laila bahwa sesungguhnya halal memakan binatang yang dibunuh dengan peluru.

Al-Bujairimi alal Iqna' Juz IV hal: 275وَأَفْتَي ابْنُ عَبْدِ السَّلاَمِ بِحُرْمَةِ الرَّمْيِ بِالْبُنْدُقِ وَبِهِ صَرَحَ الدَّخَائِرُ لِكَيْ أَفْتَي النَّوَاوِيْ بِجَوَازِهِ---إِلَى أَنْ قَالَ---وَهَذَا كُلُّهُ بِالنّسْبَةِ لِحِلِّ الْمَرْمَى الَّذِيْ هُوَ الصَّيْدُ فَإِنَّهُ حَرَامٌ مُطْلَقًا.

Ibnu Abdis Salam telah memberi fatwa tentang keharaman menembak dengan peluru, dengan keharaman tersebut Ad-Dakhoir menjelaskan agar imam Nawawi memberi fatwa dengan kebolehannya, sampai katanya ini seluruhnya dibangsakan kepada kehalalan menembak. Adapun dihubungkan dengan kehalalan binatang yang ditembak yaitu binatang buruan maka binatang itu adalah haram secara mutlak.
  1. hukumnya ditafsil:

1. Jika binatang yang ditembak itu jinak hukumnya haram2. Jika binatangnya tidak jinak ( binatang buruan ):

* Menurut jumhur ulama' haram* Menurut Malikiyyah halal dengan syarat membaca basmalah ketika menembak.

Dasar Pengambilan Hukum

Fathul Mu'in wa Khasyiyah tarsyikhul Mustafidin Hal: 50وَيَحْرُمُ قَطْعًا رَمْيُ الصَّيْدِ بِالْبُنْدُقِ الْمُعْتَادِ الْانَ وَهُوَ مَا يَضَعُ بِالْحَدِيْدِ وَيَرْمِيْ بِالنَّارِ لِأَنَّهُ مُحْرِقٌ مُدَقِّقٌ سَرِيْعًا غَالِبًا قَوْلُهُ ( قَطْعًا ) أَيْ بِلاَ خِلاَفٍ عِنْدَنَا بِخِلاَفِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الطِّيْنِ فَفِيْهِ خِلاَفٌ يَأْتِيْ. وَقَالَ الْمَالِكِيَّةُ بِجَوَازِ الرَّمْيِ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ الْمَعْرُوْفِ الَْأَنَ وَحِلٌّ أَكْلُ مَا صِيْدَ بِهِ بِشَرْطِ التَّسْمِيَّةِ بِهِ عَنْدَ ( الرَمْيِ ) فَإِنْ تَرَكَهَا سَهْوًا لَمْ يَضُرَّ.

Dan haram secara pasti menembak binatang buruan dengan senapan yang sudah biasa sekarang ini, yaitu apa yang diletakkan dengan besi dan dilemparkan dengan api karena senapan itu membakar dan menghancurkan dengan cepat pada umumnya. Ucapan mushonnif secara pasti artinya tanpa ada perbedaan pendapat diantara kitab berbeda dengan melempar, menembak dengan senapan tanah dalam hal ini ada perbedaan pendapat yanga akan datang. Madzhab Maliki berpendapat mengenai kebolehan menembak dengan senapan timah yang telah diketahui sekarang ( senapan angin ) dan halal memakan apa yang diburu dengannya dengan syarat membaca basmalah pada waktu menembak, jika meninggalkan bacaan basmalah karena lupa tidak berbahaya.

Khasyiyah ad-Dasuqi Juz II hal: 103اَلْحَاصِلُ أَنَّ الصَّيْدَ بِبُنْدُقِ الرَّصَاصِ لَمْ يُوْجَدْ فِيْهِ نَصٌّ لِلْمُتَقَدِّمِيْنَ لِحُدُوْثِ الرَّمْيِ بِهِ لِحُدُوْثِ الْبَارُوْدِ فِيْ وَسَطِ الْمِائَةِ الثَّامِنَةِ وَاخْتَلَفَ فِيْهِ الْمُتَأَخِّرُوْنَ فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْمَنْعِ قِيَاسًا عَلَى بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ بِالْجَوَازِ كَأَبِيْ عَبْدِ اللهِ الْقُوْرِيْ وَابْنِ الْمَنْجُوْرِ وَسَيِّدِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْفَاسِيْ لِمَا فِيْهِ مِنَ الْإِنْهَارِ وَالْإِجْهَازِ بِسُرْعَةٍ الّذِيْ شُرِعَتِ الذَّكَاةُ لِأَجْلِهِ وَقِيَاسُهُ عَلَى بُنْدُقِِ الطِّيْنِ فَاسِدٌ لِوُجُوْدِ الْفَارِقِ وَهُوَ وُجُوْدُ الْخَرْقِ وَالنُّقُوْدِ فِي الرِّصَاصِ تَحْقِيْقًا وَعَدَمُ ذَالِكَ فِي بُنْدُقِ الطِّيْنِ وَإِنَّمَا شَأْنُهُ الرَّضُّ وَالْكَسْرُ وَمَاكَانَ هَذَا لَا يُسْتَعْمَلُ لِأَنَّهُ مِنَ الْوَفْدِ الْحَرَامِ بِنَصِّ الْقُرْأَنِ ِ.ا ه.

Pada hasilnya bahwa berburu dengan senapan angin tidak didapati padanya nash/ketetapan hukum daripada ulama terdahulu karena menembak dengan senapan angin itu adalah hal yang baru karena kebaharuan bahan peledak pada pertengahan abad kedua. Dalam hal ini ulama' mutaakhir berbeda pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat dengan kebolehan seperti Abu Abdillah al-Fauri Ibnul Manjur, Sayyid Abdur Rohman, Abdul Qodir al-Fasi, karena dalam peluru timah tersebut ada pengaliran darah dan pembunuhan yang cepat yang penyembelihan disyariatkan karenanya. Pengqiasan peluru timah dengan peluru tanah adalah rusak (tidak benar) karena wujud perbedaaan yaitu wujud lubang dan pecah pada peluru timah secara nyata dan ketiadaan hal tersebut pada peluru tanah. Hanyasanya kepentingan peluru tanah adalah meremukkan dan apa yang ada seperti ini tidak boleh dipergunakan karena peluru tanah itu melemparkan benda yang diharamkan menurut nash al-Qur'an.

Syarah Shohih Muslim Fi Hamisy Irsyad as-Sari Juz II Hal: 136وَقَالَ مَحْكُوْلٌ وَالْأَوْزَعِيِّ وَغَيْرُهُمَا مِنْ فُقَهَاءِ الشَّافِعِيِّ بِحِلٍّ مُطْلَقًا كَذَا قَالَ هَؤُلاَءِ وَابْنُ أَبِيْ لَيْلَى أَنَّهُ يَحِلُّ مَاقَتَلَهُ بِالْبُنْدُقَةِ. إلخ

Makhqul, Auzai'i dan selainnya berkata tentang kehalalan secara mutlak demikian pula pendapat mereka dan Ibnu Abi Laila bahwa sesungguhnya halal memakan binatang yang dibunuh dengan peluru.

Al-Bujairimi alal Iqna' Juz IV hal: 275وَأَفْتَي ابْنُ عَبْدِ السَّلاَمِ بِحُرْمَةِ الرَّمْيِ بِالْبُنْدُقِ وَبِهِ صَرَحَ الدَّخَائِرُ لِكَيْ أَفْتَي النَّوَاوِيْ بِجَوَازِهِ---إِلَى أَنْ قَالَ---وَهَذَا كُلُّهُ بِالنّسْبَةِ لِحِلِّ الْمَرْمَى الَّذِيْ هُوَ الصَّيْدُ فَإِنَّهُ حَرَامٌ مُطْلَقًا.

Ibnu Abdis Salam telah memberi fatwa tentang keharaman menembak dengan peluru, dengan keharaman tersebut Ad-Dakhoir menjelaskan agar imam Nawawi memberi fatwa dengan kebolehannya, sampai katanya ini seluruhnya dibangsakan kepada kehalalan menembak. Adapun dihubungkan dengan kehalalan binatang yang ditembak yaitu binatang buruan maka binatang itu adalah haram secara mutlak.

DO'A MENYEMBELIH HEWAN



614 DO'A MENYEMBELIH HEWAN

Oleh Raden Madura BlogSpot pada 10 Februari 2014 pukul 0:32

Fatkur Rofiq
Assalmualaikum, mau naxa.ni, adakah doa untuk menyembelih hewan, .?
  •  
JAWABAN : Raden Madura BlogSpot
  •  wa'aaikum salam Do'a Menyembelih Bag 1
  • 1. Do'a Menyembelih Unta
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﺍ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzal hamala lillahita'ala
  • Artinya :
  •  Saya berniat menyembelih unta inikarena Allah Ta'ala

  • 2. Do'a Menyembelih Kerbau
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﺍ ﺍﻟﺠﻤﻮﺱ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzal jamuusu lillahita'ala
  • Artinya :
  •  Saya berniat menyembelih kerbauini karena Allah Ta'ala

  • 3. Do'a Menyembelih Sapi
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﺍ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzal baqaratalillahi ta'ala
  • Artinya :
  •  Saya berniat menyembelih sapi inikarena Allah Ta'ala

  • 4. Do'a Menyembelih Kambing
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﺍ ﺍﻟﻐﻨﻢ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzal ganama lillahita'ala
  • Artinya : Saya berniat menyembelihkambing ini karena Allah Ta'ala

  • 5. Do'a Menyembelih Ayam Betina
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﻩ ﺍ ﺍﻟﺪﺟﺎ ﺟﺔ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzal ganamalillahi ta'ala
  • Artinya : Saya berniat menyembelih ayambetina ini karena Allah Ta'ala

  • 6. Do'a Menyembelih Ayam Jantan
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺎﺯﺍ ﺍﻟﺪﻳﻚ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzad dayka lillahita'ala
  • Artinya : Saya berniat menyembelih ayanjantan ini karena Allah Ta'ala

  • 6. Do'a Menyembelih itik
  • ﻧﻮﻳﺖ ﺍﻥ ﺍﺯﺑﺢ ﻫﺰﻩ ﺍﻟﺒﺘﺔ ﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ
  • Nawaitu An Adzbaha haadzihil batata lillahita'ala
  • Artinya : Saya berniat menyembelih itik inikarena Allah Ta'ala
Link Asal

HUKUM LAKI LAKI MEMAKAI CINCIN



615 HUKUM PRIA MEMAKAI KALUNG

Oleh Raden Madura BlogSpot pada 17 Februari 2014 pukul 9:48

Waluyo El Muttaqin Hady
Assalamu'alaikum

Bagaimana hukum pria memakai kalung gelang anting tidak brupa emas, hanya untuk menghias saja kata remaja zman skarang gaul


  1. Raden Madura Blogspot >> ETIKA : Pria Memakai KalungPERTANYAAN

Adhe Maniez

Assalamu'alaikum,,Mf, mw ta'x,, klo laki'' mmkai kalung hkum'x ap?? Kalung mas/klung prak/klung mainan /bhkn klung dr stenlis, mnrut pndngn islam gmn??

JAWABAN

Masaji AntoroWa'alaikumsalam

Diperbolehkan dengan catatan :

1. Bukan terbuat dari bahan emas atau perak menurut mayoritas ulama sedangkan al-Mutawally dan al-Ghozaly memperbolehkan kalung dari bahan perak bagi laki-laki2. Bukan tergolong perhiasan yang khusus dipakai oleh wanita

قال أصحابنا يجوز للرجل خاتم الفضة بالاجماع وأما ما سواه من حلي الفضة كالسوار والمدملج والطوق ونحوها فقطع الجمهور بتحريمها وقال المتولي والغزالي في الفتاوى يجوز لانه لم يثبت في الفضة الا تحريم الاواني وتحريم التشبه بالنساء والصحيح الاول لان في هذا تشبها بالنساء وهو حرام

Berkata Para Pengikut Madzhab Suafi’i “Boleh bagi laki-laki memakai cincin perak dengan kesepakatan ulama sedang untuk perhiasan lainnya semacam gelang tangan, gelang lengan, kalung dsb menurut mayoritas ulama mengharamkannya.Berkata al-Mutawally dan al-Ghozali “Boleh memakai perhiasan-perhiasan diatas yang terbuat dari perak karena yang diharamkan dalam barang yang terbuat dari perak sebatas barang-barang perkakas dan adanya unsure penyerupaan dengan wanita”Namun yang shahih adalah pendapat pertama karena dalam masalah ini terjadi penyerupaan dengan wanita yang diharamkan.Al-Majmu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab IV/444

يجوز للرجل التختم بالفضة لما روى أنه (اتخذ خاتما من فضة) وهل له لبس ما سوى الخاتم من حلي الفضة كالسوار والدملج والطوق لفظ الكتاب يقتضي المنع حيث قال ولا يحل للرجال إلا التختم به وبه قال الجمهور وقال ابو سعيد المتولي إذا جاز التختم بالفضة فلا فرق بين الاصابع وسائر الاعضاء كحلي الذهب في حق النساء فيجوز له لبس الدملج في العضد والطوق في العنق والسوار في اليد وغيرها وبهذا أجاب المصنف في الفتاوى وقال لم يثبت في الفضة إلا تحريم الاواني وتحريم التحلي علي وجه يتضمن التشبه بالنساء –إلى أن قال- ويحرم علي النساء تحلية آلات الحرب بالذهب والفضة جميعا لان في استعمالهن لها تشبها بالرجال وليس لهن التشبه بالرجال هكذا ذكره الجمهور واعترض عليه صاحب المعتمد بأن آلات الحرب من غير ان تكون محلاة إما ان يجوز للنساء لبسها واستعمالها أو لا يجوز (والثانى) باطل لان كونه من ملابس الرجال لا يقتضى التحريم إنما يقتضي الكراهة ألا ترى انه قال في الام ولا اكره للرجل لبس اللؤلؤ إلا للادب وانه من زى النساء لا للتحريم فلم يحرم زى النساء علي الرجال وإنما كرهه فكذلك حكم العكس

Boleh bagi laki-laki memakai cincin perak karena diriwayatkan bahwa baginda nabi memakai cincin dari perak, bolehkah baginya memakai perhiasan selain cincin semacam gelang tangan, gelang lengan, kalung dsb yang terbuat dari perak ? Redaksi Kitab mengarah pada tidak bolehnya seperti ungkapan Pengarang “Dan tidak boleh bagi laki-laki kecuali perhiasan cincin dari perak” Dan yang demikian juga pendapat mayoritas Ulama namun Abu Sa’id al-Mutawally menyatakan “Bila memakai cincin perak dihalalkan maka tidak dibedakan kehalalan memakainya baik terpakai dijemari atau anggauta tubuh lainnya sebagaimana kelegalan perhiasan emas bagi wanita, maka boleh bagi laki-laki memakai gelang lengan, kalung dileher, gelang ditangan dsb” dst……..Syarh al-Wajiiz VI/28

(مسألة: ي): ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والإمداد وشن الغارة، وتبعه الرملي في النهاية هو أن يتزيا أحدهما بما يختص بالآخر، أو يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه.

Batasan penyerupaan yang di haramkan pada kasus penyerupaan orang laki-laki pada perempuan dan sebaliknya adalah apa yang diterangkan oleh Ulama Fiqh dalam kitab Fath aljawaad, Tuhfah, Imdaad dan kitab syun alghooroh. Imam Romli juga mengikutinya dalam kitab Annihaayah, Batasannya adalah

"Bila salah satu dari lelaki atau wanita tersebut berhias memakai barang yang dikhususkan untuk lainnya atau pakaian yang jamak di gunakan pada tempat tinggal lelaki dan wanita tersebut".Bughyah Almustarsyidiin 604Wallaahu A'lamu Bis Showaab


HUKUM OPRASI PLASTIK


617 HUKUM OPRASI PLASTIK
Oleh Raden Madura BlogSpot pada 17 Februari 2014 pukul 10:16

Fendy Lophely Elmadridiesta
Assalamu'alaikum . . Mau nyak . . Hukum.a operasi plastic gmn m'nurut islam ?

 Raden Madura BlogSpot>>
 wa'alaikum salam

Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 1986 di PP. Asembagus SitubondoBagaimana hukumnya operasi plastik di wajah? Dan Sahkah wudlunya?

Jawab :

Operasi plastic pada wajah termasuk katagori تغيير خلق الله (merubah ciptaan Allah) yang dilarang oleh syara’. Kecuali ada kebutuhan yang dibenarkan oleh syara’, seperti dalam rangka pengobatan atau pemulihan akibat kecelakaan dan sejenisnya. Tentang wudlunya ditafsil. Apabila sudah التحام (menyatu/melekat) maka sah, dan apabila belum, maka tidak sah.

Dasar pengambilan:

1. QS. An-Nisa’: 119

وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا

Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya. Barang siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

1. Is’adu ar-Rofiq, Juz I, Hlm. 122

فىِ خَبَرِ الصَّحِيْحَيْنِ: لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَاْلوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ وَالْوَاشِرَةَ وَالْمُسْتَوْشِرَةَ وَالنَّامِصَةَ وَالْمُنْتَمِصَةَ.

Di dalam hadits Imam Bukhori dan Muslim: (yang artinya) Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dengan rambut orang lain, dan orang yang membuat tato dan yang ditatonya, dan orang yang meruncingkan (memangir) giginya dan yang dipangurnya. Dan orang yang menghilangkan rambut muka (mengerik alis/bulu lentik) dan yang dikeriknya.

1. Is’adu ar-Rofiq, Juz I, Hlm. 123

أَمَّا لَوِ احْتَاجَتْ إِلَيْهِ لِنَحْوِ عَيْبٍ فِى السِّنِّ أَوْ عِلاَجٍ فَلاَ بَأْسَ بِهِ كَمَا قَالَهُ الْكُرْدِىّ.

Adapun apabila ada hajat/kebutuhan yang mendesak dalam memangur giginya, seperti cacat didalam gigi, atau untuk mengobati maka tidak apa-apa (boleh) perbuatan tersebut, seperti yang telah dikatakan oleh Imam Kurdi.

1. Fathu al-Bari, Juz X, Hlm. 273

قَوْلُهُ: (وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ) يُفْهَمُ مِنْهُ أَنَّ الْمَذْمُومَةَ مَنْ فَعَلَتْ ذَلِكَ ِلأَجْلِ الْحُسْنِ فَلَوْ اِحْتَاجَتْ إِلَى ذَلِكَ لِمُدَاوَاةٍ مَثَلاً جَازَ.

(Dan orang-orang yang merenggangkan giginya, untuk memperindah). Dari situ dapat diambil kefahaman, bahwa yang tercela (tidak boleh) itu, merenggangkan gigi yang bertujuan untuk mempercantik/memperindah. Namun seandainya hal itu diperlukan, seperti untuk mengobati, maka diperbolehkan.

1. al-Qulyubi, Juz I, Hlm. 39

وَيَجِبُ غَسْلُ يَدٍ الْتَصَقَتْ فِي مَحَلِّ يَدِهِ وَلَوْ مِنْ غَيْرِ صَاحِبِهَا بَعْدَ قَطْعِهَا بِحَرَارَةِ الدَّمِ، بِحَيْثُ يُخْشَى مِنْ إزَالَتِهَا مَحْذُورُ تَيَمُّمٍ، وَيَجِبُ غَسْلُ ظَاهِرِ كَفٍّ أَوْ أُصْبُعٍ مِنْ نَحْوِ نَقْدٍ، وَغَسْلُ مَوْضِعِ شَوْكَةٍ إنْ كَانَ لَوْ قُلِعَتْ لاَ يَنْطَبِقُ مَوْضِعُهَا، وَلاَ يَصِحُّ الْوُضُوءُ مَعَهَا وَإِلاَّ فَلاَ

Wajib membasuh tangan yang sudah melekat pada tempatnya tangan meskipun bukan tangan muliknya, setelah diputuskan dengan menyatunya/mengalirkan darah, sekira membahayakan apabila dihilangkan sampai batas bahaya yang memperbolehkan tayammum. Dan wajib membasuh luarnya telapak tangan pada tempatnya, dan tidak sah wudlu bersama penghalang, kalau tidak menjadi penghalang tetapi sudah menjadi satu maka tidak wajib membasuh bekas dzohir potongan.

Nambahi ibarat

ذكر فيه حديث ابن مسعود الماضي في «باب المتفلجات» قال الطبري: لا يجوز للمرأة تغيير شيء من خلقتها التي خلقها الله عليها بزيادة أن نقص التماس الحسن لا للزوج ولا لغيره كمن تكون مقرونة الحاجبين فتزيل ما بينهما توهم البلج أو عكسه، ومن تكون لها سن زائدة فتقلعها أو طويلة فتقطع منها أو لحية أو شارب أو عنفقة فتزيلها بالنتف، ومن يكون شعرها قصيراً أو حقيراً فتطوله أو تغزره بشعر غيرها، فكل ذلك داخل في النهي. وهو من تغيير خلق الله تعالى. قال: ويستثنى من ذلك ما يحصل به الضرر والأذية كمن يكون لها سن زائدة تؤذيها أو تؤلمها فيجوز ذلك، والرجل في هذا الأخير كالمرأة، وقال النووي: يستثنى من النماص ما إذا نبت للمرأة لحية أو شارب أو عنفقة فلا يحرم عليها إزالتها بل يستحب. قلت: وإطلاقه مقيد بإذن الزوج وعلمه، وإلا فمتى خلا عن ذلك منع للتدليس. وقال بعض الحنابلة: إن كان النمص أشهر شعاراً للفواجر امتنع وإلا فيكون تنزيهاً، وفي رواية يجوز بإذن الزوج إلا إن وقع به تدليس فيحرم، قالوا ويجوز الحف والتحمير والنقش والتطريف إذا كان بإذن الزوج لأنه من الزينة. وقد أخرجه الطبري من طريق أبي إسحق عن امرأته أنها دخلت على عائشة وكانت شابة يعجبها الجمال فقالت: المرأة تحف جبينها لزوجها فقالت: أميطي عنك الأذى ما استطعت. وقال النووي: يجوز التزين بما ذكر، إلا الحف فإنه من جملة النماص.

فتح الباري ج 11 ص 575