Imam-Syafiie As-Shoghirokh
Pertanya'an titipan
Assalamu'alaikum..
Sahabat aswaja fi aina makanin antum maujud rohimakumullah...
Mohon bagi2 ilmunya,,
Jika seorang musyafir, dlm perjalanan jauh, dia m.batalkan puasa ramadhan di tengah hari dgn menyetubuhi istrinya,,
yg jd pertanyaan,
apakah dia d kenakan hukum wajib bayar kifarat.?
Sdangkan yg kita ketahui, musyafir d bolehkan utk tdk b.puasa,
dan kita jg tahu, bila mana laki2 yg b.puasa ramadhan, melakukan jima' d tengah hari, mk wajib bayar kifarat.
Mohon jawaban'nya, d sertai dalil dan kitab yg bs d jadikan sbagai rujukan.
Terimakasih.
JAWABAN 1
Dha Kho Chan >>>
ﻭ ﻻ ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺎﻓﺮ ﻭﻃﺊ ﺯﻧﺎ ﺃﻭ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺗﺮﺧﺼﺎ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺄﺛﻢ ﺑﻪ
ﻟﻠﺼﻮﻡ ﺑﻞ ﻟﻠﺰﻧﺎ ﺃﻭ ﻟﻠﺼﻮﻡ ﻣﻊ ﻋﺪﻡ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺘﺮﺧﺺ ﻭﻷﻥ ﺍﻹﻓﻄﺎﺭ
ﻣﺒﺎﺡ ﻟﻪ ﻓﻴﺼﻴﺮ ﺷﺒﻬﺔ ﻓﻲ ﺩﺭﺀ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭﺓ
Syarh alMinhaj II/345
ﻭﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺎﻓﺮﺍ ﺛﻢ ﻧﻮﻯ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﺃﺻﺒﺢ ﺻﺎﺋﻤﺎ : ﺛﻢ
ﺃﻓﻄﺮ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺑﺎﻟﺠﻤﺎﻉ : ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺴﺒﺐ ﺭﺧﺼﺔ
ﺍﻟﺴﻔﺮ
Fiqh alaa Madzaahib al-arba’ah I/903
ﺛﻢ ﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﺃﻧﺸﺄ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺮ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﻓﻲ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺛﻢ
ﺟﺎﻣﻊ .
ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ : ﻻ ﺗﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻔﺎﺭﺓ .
ﻭﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﺭﻭﺍﻳﺘﺎﻥ ، ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ : ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ، ﻭﺍﻷﺧﺮﻯ :
ﺍﻹﺳﻘﺎﻁ .
Ikhtilaaf al-Ummah I/250
JAWABAN KE 2
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam
Idem Ustadz Dha Kho Chan
الفقه على المذاهب الأربعة الجزء الأول ص ٩٠٣
الشافعية قالوا : ما يوجب القضاء والكفارة ينحصر في شيء واحد وهو الجماع بشروط .
الأول
: أن يكون ناويا للصوم فلو ترك النية ليلا لم يصح صومه ولكن يجب عليه
الإمساك فإذا أتى امرأته في هذه الحالة نهارا لم تجب عليه الكفارة لأنه ليس
بصائم حقيقة
الثاني : أن يكون عامدا فلو أتاها ناسيا لم يبطل صومه وليس عليه قضاء ولا كفارة
الثالث
: أن يكون مختارا فلو أكره على الوقاع لم يبطل صومه الرابع : أن يكون
عالما بالتحريم وليس له عذر مقبول شرعا في جهله فلو صام وهو قريب العهد
بالإسلام أو نشأ بعيدا عن العلماء وجامع في هذه الحالة لم يبطل صومه أيضا
والخامس
: أن يقع منه الجماع في صيام رمضان أداء بخصوصه ولو فعل ذلك في صوم النفل
أو النذر أو في صوم القضاء أو الكفارة فإن اكفارة لا تجب عليه ولو كان
عامدا
السادس : أن يكون الجماع مستقلا وحده في إفساد الصوم فلو أكل في حال تلبسه بالفعل فإنه لا كفارة عليه وعليه القضاء فقط
السابع
: أن يكون آثما بهذا الجماع بأن كان مكلفا عاقلا أما إذا كان صبيا وفعل
ذلك وهو صائم فإنه لا كفارة عليه ومن ذلك ما لو كان مسافرا ثم نوى الصيام
وأصبح صائما : ثم أفطر في أثناء اليوم بالجماع : فإنه لا كفارة عليه بسبب
رخصة السفر
الثامن : أن يكون معتقدا صحة صومه : فلو أكل ناسيا فظن أن
هذا مفطر ثم جامع بعد ذلك عمدا . فلا كفارة عليه . وإن بطل صومه ووجب عليه
القضاء
التاسع : أن لا يصيبه جنون بعد الجماع وقبل الغربو . فإذا أصابه ذلك الجنون فإنه لا كفارة عليه .
العاشر
: أن لا يقدم على هذا الفعل بنفسه . فلو فرض وكان نائما وعلته امرأته .
فأتاها وهو على هذه الحالة . فإنه لا كفارة عليه . إلا أن أغراها على عمل
ذلك
الحادي عشر : أن لا يكون مخطئا . فلو جامع ظانا بقاء الليل أو دخول
المغرب . ثم تبين أنه جامع نهارا . فلا كفارة عليه وإن وجب عليه القضاء
والإمساك
الثاني عشر : أن يكون الجماع بإدخال الحشفة أو قدرها من
مقطوعها ونحوه فلو لم يدخلها أو أدخل بعضها فقط لم يبطل صومه . وإذا أنزل
في هذه الحالة فعليه القضاء فقط . ولكن يجب عليه الإمساك فإن لم يسمك بقية
اليوم فقد أثم الثالث عشر : أن يكون الجماع في فرج دبرا كان أو قبلا ولو لم
ينزل فلو وطئ في غير ما ذكر فلا كفارة عليه
الرابع عشر : أن يكون فاعلا
لا مفعولا فلو أتى أنثى أو غيرها فالكفارة على الفاعل دون المفعول مطلقا .
هذا وإذا طلع الفجر وهو يأتي زوجه فإن نزع حالا صح صومه وإن استمر ولو
قليلا بعد ذلك فعليه القضاء والكفارة إن علم بالفجر وقت طلوعه أما إن لم
يعلم فعليه القضاء دون الكفارة
Fokus
ومن ذلك ما لو كان مسافرا ثم نوى الصيام وأصبح صائما : ثم أفطر في أثناء اليوم بالجماع : فإنه لا كفارة عليه بسبب رخصة السفر
*******************
Tidak
wajib kaffarat, bahkan bila tadinya ia puasa kemudian ditengah jalan
dibatalkan dengan jima' maka tidak wajib kaffarat menurut Imam syafi'i
karena berbuka puasa saat musafir baginya mubah.
Imam-Syafiie As-Shoghirokh >>> Ini lagi Ustadz Kakek Jhosy
Saya Asli Orang Indonesia Ada baek nya Jika di LengkApi Dengan Terjamahan nya takut salah Meng-Artikan ^±^
JAWABAN KE 3
Innalillahi Wainna Ialaihi Rojiuun >>> Imam-Syafiie As-Shoghirokh @
Penjelasan Dari Ibaroh Kakek Jhosy
Pendapat Asy-Syafi’iyah
14 syarat
1 Sudah sejak malam berniat puasa.
Maka bila sejak malam tidak berniat puasa, lalu siangnya melakukan jima’ tidak ada kewajiban kaffarah ghalizhah
2 Sengaja melakukan jima'
Seandainya
dilakukan karena lupa, dan itu bisa saja terjadi, walaupun terasuk
kasus yang langka. Tapi kalau memang sampai terjadi juga, dalam
pandangan mazhab Asy-Syafi’i, tidak ada kewajiban kaffrah ghalizhah
3 Tidak terpaksa atau dipaksa
Seorang
yang dipaksa untuk melakukannya tidak diwajibkan kaffarah ghalizhah.
Hal ini bisa terjadi pada seorang istri yang dipaksa oleh suaminya untuk
melayaninya. Maka tidak ada kewajiban bagi istri untuk membayar
kaffarah ghalizhah, karena keadaannya terpaksa.
Termasuk dalam hal ini adalah wanita yang diperkosa dengan paksa.
4 Tahu keharaman jima’ di siang hari Ramadhan
Seorang
yang baru masuk Islam dan belum tahu apa-apa ketentuan ini lalu
melakukan jima’ di siang hari Ramadhan, terlapas dari kaffarah
ghalizhah.
Ini adalah salah satu bentuk keringanan yang diberikan agama Islam kepada para pemeluknya yang baru saja masuk Islam
5 Jima’ dilakukan pada saat puasa di bulan Ramadhan.
Seadainya
dilakukan pada saat puasa selain Ramadhan, maka tidak ada kaffarah
ghalizhah. Walau pun puasa itu adalah puasa wajib yang diniatkan untuk
mengqadha’ puasa Ramadhan
Tapi karena dilakukan bukan pada bulan
Ramadhan, maka seandainya puasa qadha’ itu dibatalkan lewat berjima’,
tidak mewajibkan kaffarah ghalizhah.
6 Puasanya dirusak secara langsung oleh jima'
Apabila
ada pasangan suami istri berjima’ di siang hari bulan Ramadhan, namun
sebelum berjima’, mereka sama-sama makan dan minum untuk membatalkan
puasa, maka dalam mazhab ini keduanya tidak diwajibkan membayar kaffarah
ghalizhah.
Walaupun membatalkan puasa secara sengaja tanpa udzur tetap berdosa besar.
7 Keadaannya berdosa dengan jima’ tersebut
Maka
anak kecil yang berpuasa lalu berjima’, dia disebut tidak berdosa
karena belum baligh, maka tidak ada kaffarah ghalizhah atas dirinya.
Demikian
juga tidak berlaku untuk orang yang musafir dan tidak ada kewajiban
atas dirinya untuk berpuasa, lalu dia melakukan jima’
Maka pengantin
baru yang banyak akal dan sedikit punya pemahaman dalam masalah fiqih,
melakukan trik dengan cara bepergian di bulan Ramadhan, lalu setelah
mendapat keringanan untuk tidak puasa, mereka pun melakukan jima'
Dalam pandangan mazhab Asy-Syafi’i, hal ini tidak mewajibkan kaffarah ghalizhah.
8 Dirinya yakin bahwa puasanya itu sah sebelum berjima’
Orang
yang ragu-ragu apakah puasanya sah atau tidak, llau dia melakukan jima’
dengan istrinya, maka jima’nya itu tidak mewajibkan kaffarah ghalizhah.
9 Tidak dalam keadaan salah
Misalnya
berjima’ dengan menyangka masih malam, ternyata sudah masuk waktu
shubuh. Dalam kasus itu, jima’ yang dilakukan tidak mewajibkan kaffarah.
Sebaliknya,
bila ada pasangan suami istri berjima’ dengan menyangka bahwa waktu
berbuka sudah tiba, tapi ternyata belum tiba, maka wajiblah mereka
membayar kaffarah ghalizhah.
10 Tidak menjadi gila atau meninggal setelah jima’
Ketika
seseorang mengalami kegilaan setelah dia berjima’, maka tidak ada
kewajiban kaffarah ghalizhah. Demikian juga bila setelah itu dia
meninggal dunia.
11 Jima' yang dilakukannya datang dari dirinya sendiri.
Seandainya ada wanita memaksa berjima’ tanpa keinginan apapun dari dirinya, maka tidak termasuk diwajibkan membayar kaffarah.
12 Jima' itu terjadi dengan masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan
Bila tidak sampai masuk, maka tidak termasuk jima’ yang mewajibkan kaffarah ghalizhah.
13 Jima’ itu dilakukan pada faraj wanita
Bila
bukan pada faraj wanita dan dubur, seperti tangan dan anggota tubuh
lainnya, tidak termasuk jima’. Termasuk jima’ meski yang disetuuhui
mayat wanita atau hewan. Dan termasuk jima’ adalah liwath, yaitu seks
ala para homoseksual dan lesbian.
14 Yang diwajibkan membayar kaffrah hanya yang laki-laki
Ini
khas pendapat mazhab Asy-Syafi’i, yaitu mereka mengatakan bahwa
perempun apabila melakukan jima’ dengan suaminya, maka yang wajib
membayar kafarah ghalizhah hanya suaminya saja. Sedangkan istrinya tidak
diwajibkan untuk melaksanakan kaffarah
Wallohu a'lam bi shawabLink Asal :
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/488011817936845/
Nananx Jaluatmaja
Assalamualaikum
Mohon penjelasan bagaimana
bila mendengar adzan tapi dengan sengaja menunda sholat,dan apa hukum
dari menunda sholat mohon penjelasan
JAWABANSyifa Auliea >>. Wa'alaikum salam
Ketahuilah,
bahwa shalat wajib di awal waktu, wajib yang leluasa, artinya boleh
menunda shalat dari awal waktu sampai akhir waktu, yang memang cukup
waktu untuk melaksanakannya, ini dengan syarat berniat ‘azam
(direncanakan) akan shalat di waktu tersebut. Jika dalam waktu hanya
melakukan satu raka’at, tidak dibawah satu raka’at, maka semua raka’at
termasuk melakukan tunai, sedang jika tidak termasuk qodlo.
Seseorang
berdosa, jika menunda shalat sampai melakukan shalat melewati batas
waktu, meskipun dalam waktu dapat melakukan satu raka’at. Betul
demikian, jika mau melakukan shalat selain jum’at lalu masih tersisa
waktu melakukan shalat, baginya boleh tanpa makruh, memperpanjang bacaan
dan dzikir shalat, sampai melewati batas waktu shalat, meskipun tidak
satu raka’at-pun masuk dalam waktu, ini menurut pendapat kuat.
Sebaliknya jika tidak tersisa cukup waktu atau shalatnya shalat jum’at
maka tidak boleh memperpanjang bacaan dan dzikir. Dan juga tidak
disunnahkan mempersingkat rukun-rukun shalat karena untuk mengejar semua
raka’at shalat dalam waktu
Referensi
Fathul mu'in
وَاعْلَمْ
أَنَّ الصَّلاَةَ تَجِبُ بِأَوَّلِ الوَقْتِ وُجُوْباً مُوَسَعاً فَلَهُ
التَّأْخِيْرُ عَنْ أَوَّلِهِ إِلىَ وَقْتٍ يَسَعُهاَ بِشَرْطِ أَنْ
يَعْزَمَ عَلَى فَعْلِهاَ فِيْهِ , وَلَوْ أَدْرَكَ فيِ الوَقْتِ رَكْعَةً
لاَ دُوْنَهاَ فاَلكُلُّ أَدَاءً وَإِلاَّ فَقَضَاءً
وَيَأْثِمُ
بِإِخْرَاجِ بَعْضِهاَ عَنِ الوَقْتِ وَإِنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً نَعَمْ لَوْ
شَرَعَ فيِ غَيْرِ الجُمْعَةِ وَقَدْ بَقِيَ ماَ يَسَعُهاَ جاَزَ لَهُ
بِلاَ كَرَاهَةٍ أَنْ يَطَوِّْلُهاَ بِالقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ حَتَّى
يَخْرُجَ الوَقْتُ وَإِنْ لَمْ يُوَقِعُ مِنْهاَ رَكْعَةً فِيْهِ عَلَى
المُعْتَمَدِ فَإِنْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الوَقْتِ ماَ يَسَعُهاَ أَوْ كاَنَتْ
جُمْعَةً لَمْ يَجُزْ المَدُّ وَلاَ يُسَنُّ الاِقْتِصاَرُ عَلَى
أَرْكاَنِ الصَّلاَةِ ِلإِدْرَاكِ كَلِّهاَ فيِ الوَقْتِ
*********************************************
Disunnahkan
segera melakukan shalat meskipun isya agar diawal waktu, berdasarkan
hadits “Perbuatan shalat yang paling utama ialah melakukan shalat diawal
waktu”. (HR. Thabraniy). Juga disunnahkan menunda shalat jika yakin
akan berjama’ah, meski kurang baik menunda shalat, ini jika tidak sempit
waktu, dan berdasar dugaan akan berjama’ah jika baik menurut kebiasaan,
bukan karena ragu akan berjama’ah, mutlak
Referensi
Fathul mu'in
(فَرْعٌ)
يُنْدَبُ تَعْجِيْلُ صَلاَةِ وَلَوْ عِشَاءً ِلأَوَّلِ وَقْتِهاَ لِخَبَرٍ
"أَفْضَلُ الأَعْماَلِ الصَّلاَةِ ِلأَوَّلِ وَقْتِهاَ" وَتَأْخِيْرُهاَ
عَنْ أَوَّلِهِ لِتَيَقُنِ جَماَعَةٍ أَثْناَءَهُ وَإِنْ فَحِشَ
التَّأْخِيْرُ مَا لَمْ يَضِقُ الوَقْتُ وَلِظَنِّهاَ إِذَا لَمْ يَفْحُشْ
عُرْفاً لاَ لِشَكٍّ فِيْهاَ مُطْلَقاًLink Asal
http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486504238087603/?comment_id=486511371420223&offset=0&total_comments=20
Enjang Galunggung
Assalamu alaikum
maf saya mau tanya apa dalil ya mengusap muka bila selsei salam,trimakasih
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam Warohmatullohi wabarokatuh
Mengusap Wajah setelah Salam ketika Shalat
Salah
satu tradisi yang sering kita lihat setiap selesai shalat, orang-orang
mengusap wajah dengan telapak tangan kanannya. Bagaimanakah hukumnya,
apakah benar hal ini perbuatan bid’ah?
Di sunnahkan mengusap
wajah dengan kedua telapak tangan setelah shalat karena shalat dari segi
bahasa berarti do’a, sehingga orang yang melaksanakan shalat itu juga
bisa dikatakan berdo’a kepada Allah Swt. Oleh karena itu sebenarnya
mengusap wajah setelah salam dalam shalat bukanlah hal yang bisa
dikatakan bid’ah ataupun hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Imam al-Nawawi berpendapat;
(فَائِدَةٌ)
قَالَ النَّوَوِيُّ فِي اْلأَذْكَارِ وَرَوَيْنَا فِي كِتَابِ ابْنِ السنى
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَضَى صَلاَتَهُ مَسَحَ وَجْهَهُ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَالَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ اَللَّهُمَّ
اذْهَبِ الْهَمَّ وَالْحَزَنَ. (إعانة
(Faidah) Imam Nawawi dalam
(kitabnya) al-Adzkar; Kami meriwayatkan (hadits) dalam kitabnya Ibn
al-Sunni, dari sahabat Anas ra., bahwa Rasulullah Saw. Apabila selesai
melaksanakan shalat, beliau mengusap wajahnya dengan tangan kanannya.
Lalu berdo’a saya bersaksi tiada tuhan kecuali dzat yang maha pengasih
dan penyayang. Ya Allah Swt., hilangkanlah dariku kebingungan dan
kesusahan
(I’anah al-Thalibin, juz I, hal.184-185)
Dalam sebuah hadist disebutkan, setiap selesai berdo’a, Rasulullah Saw. Selalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
عَنِ
السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَعَا فَرَفَعَ يَدَيْهِ وَمَسَحَ وَجْهَهُ
بِيَدَيْهِ
Dari Saib bin Yazid dari ayahnya: Apabila Rasulullah
Saw. Berdo’a, beliau selalu mengangkat kedua tangannya lalu mengusap
wajahnya dengan kedua tangannya
(Sunan Abi Dawud bab al-Do’a juz 1)
Azalia Audrey >>> Waalaikumsalam wr wb
قال
ابن السني : أخبرنا سلام بن معاذ ، حدثنا حماد بن الحسن بن عنبسة ، حدثنا
أبو عمر الحوضي ، حدثنا سلام المدائني ، عن زيد العمي ، عن معاوية بن قرة ،
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال : « كان رسول الله صلى الله عليه وسلم
إذا... قضى صلاته مسح جبهته بيده اليمنى ، ثم قال : : أشهد أن لا إله إلا
الله الرحمن الرحيم ، اللهم أذهب عني الحزن »
Ibnu Sinny berkata :
Bercerita kepadaku salam Bin Mu’adz, dari Hammad bin Hasan Bin ‘Anbasah
dari Abu Umar al-Khoudhy dari Salam al-madaa-iny dari Zaid ‘Amy dari
Mu’awiyah Bin Qurroh dari Sahabat Anas Bin Malik Ra dia berkata “Adalah
Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam saat usai sholatnya mengusap
dahi dengan tangan kanan beliau seraya berdoa “Aku bersaksi tiada Tuhan
selain Allah yang Pengasih dan Penyayang, Ya Allah hilangkan kesedihan
dariku”
Majallah albuhuus islaamiyyah 65/360
فائدة ) قال
النووي في الأذكار وروينا في كتاب ابن السني عن أنس رضي الله عنه كان رسول
الله صلى الله عليه وسلم إذا قضى صلاته مسح وجهه بيده اليمنى ثم قال أشهد
أن لا إله إلا هو الرحمن الرحيم اللهم أذهب عني الهم والحزن اه
FAEDAH
Imam Nawawy berkata dalam kitab Al-Adzkaar :
Aku
melihat dalam kitab Imam Ibnu Sinny dari riwayat Sahabat Anas Bin Malik
Ra dia berkata “Adalah Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam saat
usai sholatnya mengusap wajah dengan tangan kanan beliau seraya berdoa
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang Pengasih dan Penyayang, Ya
Allah hilangkan kesedihan dan kegelisahan dariku”
Iaanah atThoolibin I/184
فائدة
: روى ابن منصور : أنه كان إذا قضى صلاته مسح جبهته بكفه اليمنى ثم
أمرَّها على وجهه حتى يأتي بها على لحيته الشريفة وقال : "بسم الله الذي لا
إله إلا هو عالم الغيب والشهادة الرحمن الرحيم ، اللهم أذهب عني الهم
والحزن والغم ، اللهم بحمدك انصرفت ، وبذنبي اعترفت ، أعوذ بك من شرِّ ما
اقترفت ، وأعوذ بك من جهد بلاء الدنيا وعذاب الآخرة".
FAEDAH
Ibnu
Mansyur meriwayatkan bahwa beliau saat usai sholat mengusap dahi dengan
telapak tangan kanan kemudian beliau gerakkan kearah wajah hingga
sampai pada jenggotnya yang muia seraya berdoa “Dengan menyebut asma
Allah yang tiada Tuhan selainNya, Yang Mengetahui yang Ghoib dan nyata
Yang Pengasih dan Penyayang, Ya Allah hilangkan kesedihan, kegelisahan
dan kesusahan dariku, Ya Allah dengan memujiMu aku berpaling (selesai
dari sholat), dengan dosaku aku mengakui, aku berlindung kepadaMu dari
kejelekan yang telah aku perbuat dan aku berlindung kepadaMu dari
keadaan berat dunia dan siksa akhirat”
Bughyah alMustarsyidiin I/99
Wallaahu A'lamu Bis ShowaabLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486619254742768/
Muin Laparocca
Assalam alaikum..bagaimana hukumnya shalat ϑï mesjid yg tempat imamnya lebbih tinggi dari pada tmpt makmum??
JAWABANInnalillahi Wainna Ialaihi Rojiuun >>>
Permasalahan musholla bertingkat yang tangganya di belakang makmum,
jika makmum mendatangi imam bisa menimbulkan berpaling dari arah qiblat
adalah mencacatkan syarat-syarat sholat berjamaah (tidak sah)
بجيرمي على الخطيب ج 2 ص 149
قَالَ
الْقَمُولِيُّ : وَلَوْ صَلَّى الْإِمَامُ بِصَحْنِ الْمَسْجِدِ
وَالْمَأْمُومُ بِسَطْحِ دَارِهِ اُشْتُرِطَ لِصِحَّةِ الصَّلَاةِ مَكَانُ
الِاسْتِطْرَاقِ بَيْنَهُمَا مِنْ غَيْرِ ازْوِرَارٍ وَانْعِطَافٍ ، وَلَا
تَكْفِي الْمُشَاهَدَةُ ز ي وَ أ ج
Apabila imam sholat di loteng
masjid dan makmum ada di loteng rumahnya maka untuk keabsahan sholat
berjama’ah harus ada jalur yang menuju imam dengan tanpa berjalan
menyamping dan memutar, dan tidak cukup hanya dengan melihat pada imam
sajaLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486711241400236/
Ayahe Taqiy
assalaamu'alaikum.td ada kejadian di
rumahku,kambing saya keracunan,sudah kejet kejet lalu saya
sembeleh.apakah halaj daging kambing tersebut?
JAWABAN
Ibnu Lail >>> Ada 2 kemungkinan matinya kambing tsb.
-
Jika matinya sebab sembelihan, dg ciri2 saat disembelih kambing itu
bergerak dahsyat dan darah yg keluar dr tmpt sembelihan mebgucur deras
mk halal.
- Jika matinya tdk diyaqini krn sembelihan, ragu antara krn
sakitnya atau krn sembelihan, dg tdk ditemukan ciri2 sprti diatas, mk
dihukumi bangkai.
HAYAT/HIDUP menurut Syafiiyyah:
1. HAYAT MUSTAMIRROH.
Wahiya: atthobi'yyah albaaqiyah ilaa khuruujiha bi dzabhin aw nahwihi. Wadzzukaatu tu'atssiru fiiha bil hilli.
2. HAYAT MUSTAQIRROH.
Wahiya
: Maa yuujadu ma'aha alharokatu al-ikhtiyaarotu bi qorooina wa
amaarootin taghlibu alazzhonni baqooul hayaati. Wa min amaarootihi:
infijaaruddammi ba'da qoth'il hulqum wal marii'. Wal ashohhu al-iktifaau
bilharokati assyadiidati.
Wa hadzihi tahillu adzzabiihatu.
FA IN SYAKKA FII WUJUUDIHA, HARUMA, taghliiban littahriim.
3. HAYATUL MADZBUH.
Wahiya: allatii laa yabqoo ma'aha sam'un wa laa ibshoorun wa laa harokatu ikhtiyaarin.
Wa hadzannau'u:
-
In wujida lahu sababun yuhaalu alaihi alhalaaku, KA MAA LAU MARIDHO AL
HAYAWANU BI AKLI NABAATIN MUDHIRRIN, HATTA SHOORO FII AKHIRI RUMQIN, LAM
YAHILLA 'alal mu'tamad.
- In lam yuujad sababun yuhaalu alaihi
alhalaaku, ka an maridho alhayawaanu aw jaa'a hatta shooro fii akhiri
rumqin, fadzabahahu, HALLA AKLUHU.
Untuk kasus diatas (kambing keracunan) lebih cocok masuk ke bagian yg ke 3 (HAYATUL MADZBUH)
mnggo dikoreksi
Intan Nur Azizah >>> waalaikum salam
Halal,kalau wktu mnyembelih mash ada ruhnya
wlaupun tdk ada hayat mustaqiroh.
Referensi:
Al bajuri II hal 286
ﻭﻋﺒﺎﺟﺘﻪ:
ﺍﻣﺎ ﺍﺩ٠ﺍﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﺳﺒﺐ ﻳﺤﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻬﻼﻙ ﻓﻼﻳﺸﺘﺮﻁ
ﺍﻟﺤﻴﺎة ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮة ﺑﻞ ﺗﻜﻔﻲ ﺍﻟﺤﻴﺎة ﺍﻟﻤﺴﺘﻘرة٠
ﻭﻋﻼﻣﺘﻬﺎ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﻓﻘﻂ ﻓﺎﺩ٠ﺍ ﺍﻧﺘﻬﻲ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺍﻟﻲ
حركة مذبوح ﺑﻤﺮﺽ ﺍﻭﺟﻮﻉ ﺛﻢ ذبح ﺣﻞ ﻭﺍﻥ ﻟﻢ
ﻳﺘﻔﺠﺮ ﺍﻟﺪﻡ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﺤﺮﻙ الحركة ﺍﻟﻌﻨﻴﻔة . ﺍﻫﻲ
ﺍﻟﺒﺎﺟﻮﺭﻱ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺹ ٢۸٦
Kudung Khantil Harsandi Muhammad >>> Kifayatul Akhyar 662:
ﻛﻔﺎﻳﺔ ﺍﻷﺧﻴﺎﺭﻓﻲ ﺣﻞ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻹﺧﺘﺼﺎﺭ
ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺤﺴﻴﻨﻲ ﺍﻟﺤﺼﻨﻲ
ﺗﻨﺒﻴﻪ ( ﻻ ﺑﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﺣﻴﺎﺓ ﻣﺴﺘﻘﺮﺓ ﻓﻠﻮ
ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ﻟﻢ ﻳﺤﻞ ﻭﺇﻥ ﺫﺑﺢ ﻭﻗﻄﻊ ﻣﻨﻪ
ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ ﻭﺍﻟﻤﺮﻱﺀ
ﻓﺈﻥ ﻗﻠﺖ ﻓﻤﺎ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﻭﻣﺎ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ؟
ﻓﺎﻟﺠﻮﺍﺏ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﺣﺎﻣﺪ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺼﺒﺎﻍ
ﻭﺍﻟﻌﻤﺮﺍﻧﻲ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ
ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻭﺍﻟﻴﻮﻣﻴﻦ ﻓﺈﻥ ﺫﻛﻴﺖ ﺣﻠﺖ
ﻭﻗﺎﻝ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﺟﺮﺡ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺷﺎﺓ ﺃﻭ ﺍﻧﻬﺪﻡ ﺳﻘﻒ
ﻋﻠﻰ ﺑﻬﻴﻤﺔ ﻓﺬﺑﺤﺖ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺣﻴﺎﺓ ﻣﺴﺘﻘﺮﺓ ﺣﻠﺖ
ﻭﺇﻥ ﺗﻴﻘﻦ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﻬﻠﻚ ﺑﻌﺪ ﻳﻮﻡ ﺃﻭ ﻳﻮﻣﻴﻦ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻴﻬﺎ
ﺣﻴﺎﺓ ﻣﺴﺘﻘﺮﺓ ﻟﻢ ﺗﺤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﺍﻟﺬﻱ
ﻗﻄﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﻭﺇﻥ ﺷﻚ ﻫﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﺣﻴﺎﺓ ﻣﺴﺘﻘﺮﺓ ﺃﻡ ﻻ
ﻓﺎﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ﻟﻠﺸﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻛﺎﺓ ﺍﻟﻤﺒﻴﺤﺔ ﻭﻣﻦ
ﺍﻟﻌﻼﻣﺎﺕ ﺍﻟﺪﺍﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪﺓ
ﻭﺍﻧﻔﺠﺎﺭ ﺍﻟﺪﻡ ﻭﺗﺪﻓﻘﻪ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺬﺑﺢ ﺍﻟﻤﺠﺰﻱ ﻭﺻﺤﺢ ﺃﻧﻪ
ﺗﻜﻔﻲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪﺓ ﻭﺣﺪﻫﺎ
ﻗﻠﺖ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺼﺒﺎﻍ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﺑﺤﻴﺚ ﻟﻮ
ﺗﺮﻛﺖ ﻟﺒﻘﻴﺖ ﻳﻮﻣﺎ ﺃﻭ ﺑﻌﺾ ﻳﻮﻡ ﻭﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﺃﻥ
ﺗﻤﻮﺕ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺮﻓﻌﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﻏﻴﺮﻩ ﺃﻥ ﻻ
ﻳﻨﺘﻬﻲ ﺇﻟﻰ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺣﻴﻦ ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺮﺷﺪ ﻳﻌﺮﻑ
ﺑﺸﻴﺌﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﻭﺻﻮﻝ ﺍﻟﺴﻜﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺤﻠﻘﻮﻡ
ﺗﻄﺮﻑ ﻋﻴﻨﻪ ﻭﻳﺘﺤﺮﻙ ﺫﻧﺒﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ﺑﺄﻥ ﻳﻨﺘﻬﻲ
ﺍﻵﺩﻣﻲ ﺇﻟﻰ ﺣﺎﻟﺔ ﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻌﻬﺎ ﺇﺑﺼﺎﺭ ﻭﻧﻄﻖ ﻭﺣﺮﻛﺔ
ﺍﺧﺘﻴﺎﺭﻳﺔ ﻷﻥ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻗﺪ ﻳﻘﺪ ﻧﺼﻔﻴﻦ ﻭﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﻜﻼﻡ
ﻣﻨﺘﻈﻢ ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﻏﻴﺮ ﺻﺎﺩﺭ ﻋﻦ ﺭﻭﻳﺔ ﻭﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
Hawasyi Al-Syarwany wal 'Abbady 9/320
ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ ﻭﻟﻠﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﻗﺮﺍﺋﻦ ﻭﺃﻣﺎﺭﺍﺕ ﺗﻐﻠﺐ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﻘﺎﺀ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﻓﻴﺪﺭﻙ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻤﺸﺎﻫﺪﺓ ﻭﻣﻦ
ﺃﻣﺎﺭﺍﺗﻬﺎ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪﺓ ﺍﻟﺦ ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻭﺍﻟﺤﻴﺎﺓ
ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﺮﺓ ﻣﺎ ﻳﻮﺟﺪ ﻣﻌﻬﺎ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻻﺧﺘﻴﺎﺭﻳﺔ ﺑﻘﺮﺍﺋﻦ
ﻭﺃﻣﺎﺭﺍﺕ ﺗﻐﻠﺐ ﺍﻟﺦ
ﻭﺃﻣﺎﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺍﻟﻤﺴﺘﻤﺮﺓ ﻓﻬﻲ ﺍﻟﺒﺎﻗﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﺧﺮﻭﺟﻬﺎ ﺑﺬﺑﺢ ﺃﻭ
ﻧﺤﻮﻩ
ﻭﺃﻣﺎ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﺬﺑﻮﺡ ﻓﻬﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻣﻌﻬﺎ ﺳﻤﻊ
ﻭﻻ ﺇﺑﺼﺎﺭ ﻭﻻ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺍﻫـ
KIFAYATUL AKHYAR
662
----
Peringatan !!
Diharuskan pada hewan yang akan disembelih masih memiliki Hayah Mustaqirroh.
Sehingga,
ketika hewan yang akan disembelih sudah sampai pada Hayah al Madzbuh,
maka tidak halal meskipun disembelih dengan memotong semua saluran
makanan dan saluran pernafasannya.
Jika kamu bertanya, Apa yang dimanakan Hayah Mustaqirroh, dan apa itu Hayah al Madzbuh.
Maka
jawabnya, Imam Nawawi berkata ; Syaikh Abu Hamid, Ibnu Shobah, Umroni,
dan lainnya mengemukakan bahwasanya Hayah Mustaqirroh adalah sisa nyawa
hewan yang sekiranya dibiarkan selama satu, dua hari hewan tersebut
masih bisa hidup. Maka ketika disembelih dagingnya hukumnya halal.
Imam
Nawami sebelumnya berkata ; Ketika ada kambing dilukai hewan buas, atau
ada atap rumah menimpa seekor hewan, kemudian hewannya disembelih.
Apabila masih memiliki Hayah Mustaqirroh, maka hukumnya halal, meskipun
dipastikan ketika dibiarkan selama sehari, dua hari akan mati.
---
Tapi,
apabila hewannya sudah tidak memiliki Hayah Mustaqirroh, maka tidak
halal menurut Madzhab yang sudah dijelaskan, dan yang ditetapkan oleh
mayoritas ulama.
Namun apabila diragukan, apakah masih memiliki
Hayah Mustaqirroh atau tidak, maka menurut qoul Shohih hukumnya haram,
karena adanya keraguan dalam penyembelihan yang bisa menghalalkan.
Sebagian
dari tanda-tanda yang menunjukkan adanya Hayah Mustaqirroh adalah
gerakan kuat hewan, mengalir dan menetesnya darah setelah penyembelihan
yang memenuhi syarat.
Dan imam Nawawi sendiri menshohihkan bahwasanya cukup dengan adanya gerakan yang kuat saja.
Muallif
berkata ; Ibnu Sholah berpendapat bahwasanya Hayah Mustaqirroh adalah
sekira hewannya dibiarkan, niscaya akan bisa bertahan hidup selama
sehari, atau beberapa jam. Sedang selain Hayah Mustaqirroh adalah sekira
akan mati seketika jika dibiarkan
Wes Qie >>> Waalaikum salam
halal selama mrh ada hayatun mustaqirrotun atau tanda kehidupan
BUGHYATUL MUSTARSYIDIN 256
FAAIDATUN
I'TAMAD FITTUCHFATI CHILLUDZ DZABIICHATI FIIMB IDYA ROFA'A YADAHU
LINACHWI IDLTHIROOBIHAA AU IN FALATAT SYAFROTUHU FARODDAHAA FAURON
FIIHIMB WAKADZAA LAU DZABAHA BISYAFROTIN KA AALATIN FAQOTHO'A BA'DLOL
WBJIBI TSUMMA ADROKAHU AKHORUN FAATAMMAHU BISIKIININ UKHORO QOBLA ROF'IL
AWWALI SAWAAUN AWAJADATIL CHAYAATUL MUSTAQIRROTU 'INDA SYURUU'ITS
TSAANII AMLAA WAMITSLUHU 'AIN SYIN. WALAU JARICHA DZI'BUN SYAATAN
FAQOTHO'A BA'DLO CHULQUUMIHAA WABAKIXAT CHAYAATUN MUSTAQIRROTUN
FADYUBIBHAT FII MAUDLI'IL JARHI WA ATAMMAHB CHALLAT QOOLAHU ABU
MAKHROMATI
Pengarang bertendensi pada keterangan dalam kitab
tuhfatul muhtaj dg menghukumi kehalalan hewan yg di sembelih. Apabila
org yg menyembelih mengangkattangannya di karnakan hewan tsb selalu
bergerak ketika d sembelih atau pisaunya jatuh, kemudian ia
mengembalikan seketika dalam dua masalah tadi maka hukum nya halal.
Begitu pula jika seseong menyembelih dg alat tajam yg bs memotong
sebagian yg wajib kemudian ada org lain meneruskan penyembelihan tsb dg
mggunakan pirau yg lainnya sblm pirau yg pertama di angkat baik hewan yg
di sembelih tu msh di temukan tanda tanda kehidupan ketika org yg ke 2
memulainya atau pun tdk. Begitu pula menurut ALI SYIBRO MULISY. DAN
apabila ada harimau melukai kambing dan harimau tsb telah memotong
sebagian tenggorokan kambing tsb dan kambing tsb msh ada tanda" khdpan,
kemudian kambing tsb di sembelih pada tempat yg terluka dan org yg
menyembelih menyempurnakan smbelihannya maka kambing tsb hukumnya halalLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486534598084567/
Ilmatul Mukarramach
Assalamualaikuma
misalny ada perempuan
di jimak sama anjing trus px ank manusia apakah anak itu najis atau
suci?juga sebaliknya jika px anak berupa anjing najis atau suci?
JAWABAN
Kakek Jhosy
>>> Komentar mushonnif itu bisa mencakup pada Anak adam Jima'
dengan Anjing dan Melahirkan berupa Anjing maka hukumnya Najis dan
apabila berupa Manusia/anak adam maka Hukumnya Suci menurut Imam Romli
adapun Menurut Imam Ibnu Hajar hukumnya Najis yang di Ma'fu dan Wajib
Sholat baginya meskipun menjadi Imam dan Boleh Masuk Masjid serta
berkumpul dengan Manusia lainnya serta tidak Menajiskan jika bersentuhan
dengan badannya meski dalam keadaan Basah.
Referensi
ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺒﺎﺟﻮﺭﻱ ﺹ ١٠٤ ﺷﺮﻛﺔ ﺍﻟﻤﻌﺎﺭﻕ
ﻭﺷﻤﻞ
ﻛﻼﻣﻪ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﺪ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﻭﺁﺩﻣﻲ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﻓﻨﺠﺲ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ
ﺻﻮﺭﺓ ﺁﺩﻣﻲﻓﻄﺎﻫﺮ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺮﻣﻠﻲ ﻭﻧﺠﺲ ﻣﻌﻔﻮ ﻋﻨﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮﻓﻴﺼﻠﻲ ﻭﻟﻮ ﺍﻣﺎﻣﺎ ﻭﻳﺪﺧﻞ
ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻳﺨﺎﻟﻂ ﺍﻟﻨﺎﺱﻭﻻﻳﻨﺠﺴﻬﻢ ﺑﻠﻤﺴﻪ ﻣﻊ ﺭﻃﻮﺑﺔ
Innalillahi
Wainna Ialaihi Rojiuun >>> وقال ايضا - لوزنا كلب او خترير علي
ادمية فو لدت ادميا كان الولد بنجسا و مع ذلك هو مكلف با الصلاة و غيرها ،
وظا هر انه يعفي عما يضطر الي ملا مسته و انه تجوز اما مته اذ لا اعا دة
عليه ودخو له المسجد حيث لا رطو بة للجما عة ونحو ها ، انتهي
Wanita
yang punya anak dr anjing, mka hukum anak itu najis. akan tetapi ia
tetap berkewajibn melakukan semua kewajiban sbg seorang muslim. Namun,
selama itu tetap mendapatkn kemurahn spt diperbolehkan menjdi imam
sholat, masuk masjid dan ibadah lainnya. Karena secara fisik najis, maka
setiap air yg jatuh setelah melakukn mandi atau wudlu airnya dihukumi
najis. sehingga ketika masuk masjid, maka harus dalam keadaan kering.
Begitu jg saat bersuci maka hendaknya dg cara mengucurkn air bukan dg
menceburkn diri ke dalam air yg sedikit
Fathul Mu'inLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486998068038220/
Ifas Irama
Assalamu'alaikum...?lgi" bismillah, bagaimana
hukumnya bca bismillah ketika mo bca niat sholat...?contoh
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM... USHOLLI FARDHOL MAGHRIBI TSALATSA ROKAATIN
LILLAHI TA'ALA. monggo
JAWABANDha Kho Chan >>>
ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻷﻣﺮ ﻣﺎ ﻳﻌﻢ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻛﺎﻟﻘﺮﺃﺓ ﻭﺍﻟﻔﻌﻞ ﻛﺎﻟﺘﺄﻟﻴﻒ, ﻭﻣﻌﻨﻰ
ﺫﻯ ﺑﺎﻝ ﺃﻯ ﺻﺎﺣﺐ ﺣﺎﻝ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﻬﺘﻢ ﺑﻪ ﺷﺮﻋﺎ ﺃﻯ ﺑﺄﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻦ
ﺳﻔﺎﺳﻒ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﺤﺮﻣﺎ ﻭﻻ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ. ﻭﻳﺸﺘﺮﻁ ﺃﻳﻀﺎ ﺃﻥ ﻻ
ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻛﺮﺍ ﻣﺤﻀﺎ ﻭﻻ ﺟﻌﻞ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻟﻪ ﻣﺒﺪﺃ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ
ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﺔ, ﻭﺧﺮﺝ ﻣﺎ ﺟﻌﻞ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻟﻪ ﻣﺒﺪﺃ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ
ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﺔ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ﻓﻼ ﻳﺒﺪﺅ ﺑﺎﻟﺒﺴﻤﻠﺔ ﻭﻻ ﺑﺎﻟﺤﻤﺪﻟﺔ ﺑﻞ ﺑﺎﻟﺘﻜﺒﻴﺮ
ﻣﺜﻼ.ﺍﻫـ
“Setiap perkara yang mengandung kebaikan yang
tidak diawali dengan basmalah kurang berkah”
Yang dimaksud ‘setiap perkara’ menjcakup semua
jenis ucapan seperti bacaan dan semua jenis
perbuatan seperti mengarang (kitab).
Yang dimaksud ‘yang mengandung kebaikan’ adalah
setiap keadaan yang oleh syara’ dipandang penting
untuk diawali dengan bismillah bukan hal yang
haram bukan pula hal yang makruh.
Disyaratkan juga bukan berupa dzikiran murni dan
bukan hal yang oleh syara’ ditetapkan
keberadaannya dengan selain basmalah dan
hamdalah seperti shalat yang oleh syara’ telah
ditetapkan tidak diawali dengan basmalah dan
hamdalah tapi awalilah dengan takbir.
Tuhfah al-Muriid hal. 3
ﻭﻳﺸﺘﺮﻁ ﺍﻥ ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻻﻣﺮ ﺫﻛﺮﺍ ﻣﺤﻀﺎ ﺑﺎﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺫﻛﺮﺍ ﺃﺻﻼ
ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﺫﻛﺮﺍ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﺾ ﻛﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺘﺴﻦ ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ﻓﻴﻪ ﺑﺨﻼﻑ
ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﻤﺤﺾ ﻛﻼ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ. ﻭﺍﻥ ﻻ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻣﺒﺘﺪﺃ ﻏﻴﺮ
ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﺔ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﺟﻌﻞ ﻟﻬﺎ ﻣﺒﺘﺪﺉ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ
ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﺔ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ.ﺍﻩـ
Disyaratkan juga keberadaan perkara yang diawali
dengan basmalah bukan berupa dzikiran murni
seperti bacaan alQuran karena secara asalnya bukan
berbentuk dzikiran maka disunahkan saat mulai
membacanya membaca basmalah, berbeda bila
berupa dzikir murni seperti kalimat tahlil ‘LAA
ILAAHA ILLALLAAH’ maka tidak disunahkan diawali
dengan basmalah.
Dan disyaratkan pula bukan hal yang oleh syara’
ditetapkan keberadaannya diawali dengan selain
basmalah dan hamdalah seperti shalat yang oleh
syara’ telah ditetapkan tidak diawali dengan
basmalah dan hamdalah yakni diawali dengan takbir.
Hasyiyah al-Baajuury I/11
_______________________
ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻻ ﺗﺸﺮﻉ ﻓﻴﻪ ﻓﺴﺘﺔ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﺍﻟﻀﺎﺑﻂ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ:
ﺍﻷﻭﻝ ﻣﺎﺟﻌﻞ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻟﻪ ﻣﺒﺪﺃﻏﻴﺮ ﺍﻟﺒﺴﻤﻠﺔ ﻛﺎﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺫﺍﻥ
ﻑﺇﻥ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﺟﻌﻞ ﻣﺒﺪﺃﻫﻤﺎ ﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻭﻛﺎﻟﺤﺞ ﻭﺍﻟﻌﻤﺮﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﺟﻌﻞ
ﻣﺒﺪﺃﻫﻤﺎ ﺍﻟﺘﻠﺒﻴﺔ ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﺎﻛﺎﻥ ﺫﻛﺮﺍ ﻣﺡﺿﺎ ﻛﻼﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺤﻤﺪﻩ.
Sedang perkara yang tidak disyariatkan diawali
dengan basmalah maka terdapat enam bagian ;
1. Hal yang oleh syara’ ditetapkan keberadaannya
diawali dengan selain basmalah seperti shalat, adzan
karena oleh syara’ telah ditetapkan permulaannya
memakai takbir, dan seperti haji dan umrah yang
oleh syara’ telah ditetapkan permulaannya dengan
talbiyah.
2. Bukan berupa dzikiran murni seperti kalimat ‘LAA
ILAAHA ILLALLAAH MUMMADAN ROSUULULLAAH,
SUBHAANALLAAH WA BIHAMDIHI.
Hasyiyah husain almaky almaliky 146
Wallaahu A'lamu Bis ShowaabLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/487259688012058/
Ifas Irama
Assalamu'alaikum..?bagaimana hukumnya baca bismillah ketika mau makan bawang mirah atau bawang putih pak astidz....?
JAWABAN
Dha Kho Chan
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
469. Membaca basmalh unt perkara makruh
Bgmn hukmnya membaca basmlah unt perkaraaa maakruh smisal makan bawang merah dll?
Jwb:
Hukuumnya makruh
Referenssi:
Hamisy fathil wahhab 1 hal 4
وعبارته:
ويكره التسميه" علىالمكروه لد'اته كالبصل وتحرم علىالمحرم لد'اته كالخمر
(هامس فتح الوهاب الجزء الاول ص ٤)
Dari Jabir bin Abdillah Radliallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ﻣـﻦ ﺃﻛـﻞ ﺗـﻮﻣـﺎ ﺍﻭ ﺑـﺼـﻼ ﻓـﻠـﻴﻌـﺘﺰﻟـﻨـﺎ ﻣـﺴﺴــﺠـﺪﻧـﺎ
Artinya:
“Barangsiapa yang makan bawang putih dan bawang
merah, hendaklah ia menjauhkan diri dari masjid
kami” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/487252861346074/
Liiendhaa Iiswantii Kurniiasiih
Assalamu'alaikum
mau tnya,
klo kita pernah punya nadzar misalnya saat kenaikan kelas berjanji mau
puasa, itu niat puasanya gimana? ph sma ky puasa ramadhan?
JAWABAN
Innalillahi Wainna Ialaihi Rojiuun >>> Wa'alaikum salam
Niat itu letaknya di qalbu (hati)oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"sesungguhnya
amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat, dan bagi setiap orang apa
yang dia niatkan. (Muttafaqun 'alaih, dari shahabat 'Umar ibnu Khaththab
radhiallahu 'anhu)
Dan niat itu bukan amalan anggota tubuh, cukup dalam hati dan tak perlu dilafadzkan.
Kalau
sudah niat untk berpuasa nazar maka lakukanlah karena ridho Allah. Dan
perlu diketahui Rasullah tak pernah melafadzkan dan menentukan
bunyi/kalimat/lafadz niat tersebut
intinya pean cukup niat dalam hati (besok saya puasa nadazar ) itu sudah cukup dan sah?
Ini lafadz-nya niat
نويت صوم النذر لله تعالى
NAWAITU SHAUMAN NADZRI LILLAHI TA'ALAALink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/487399747998052/
Yusuf Chakam
assalamualaikum. sobat ku semua boleh apa tidak air satu gelas aqua kita gunakan untuk wudhu
JAWABAN
Kudung Khantil Harsandi Muhammad >>> Wa alaikum salam
Dalam
bab Tayammum ketika seseorang hanya menemukan sedikit air yang hanya
cukup digunakan untuk pembasuhan sebagian anggota wudlu, maka tetap
wajib menggunakan air tersebut.
Ini sesuai dengan kaidah;
AL MAESUR LAA YASQUTHU BIL MA'SUR
Untuk kekurangannya, nanti diganti dengan tayammum.
Jadi, tidak boleh langsung melakukan tayammum tanpa mempergunakan air yang ada dahulu.
Raudloh al Thalibin I/32
ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﺍﻟﺠﻨﺐ ، ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻜﻔﻴﻪ ﻟﻄﻬﺎﺭﺗﻪ ،
ﻭﺟﺐ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻇﻬﺮ ، ﺛﻢ ﻳﺠﺐ ﺍﻟﺘﻴﻤﻢ ﺑﻌﺪﻩ
ﻟﻠﺒﺎﻗﻲ ، ﻓﻴﻐﺴﻞ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ ﻭﺟﻬﻪ ، ﺛﻢ ﻳﺪﻳﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ
، ﻭﻳﻐﺴﻞ ﺍﻟﺠﻨﺐ ﻣﻦ ﺟﺴﺪﻩ ﻣﺎ ﺷﺎﺀ . ﻭﺍﻷﻭﻟﻰ :
ﺃﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ . ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺪﺛﺎ ﺟﻨﺒﺎ ،
ﻭﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻲ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻭﺣﺪﻩ ، ﻓﺈﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺎﻟﻤﺬﻫﺐ :
ﺃﻧﻪ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻷﺻﻐﺮ ﻓﻲ ﺍﻷﻛﺒﺮ ، ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻟﺠﻨﺐ ﺍﻟﻤﺤﺾ .
ﻭﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ : ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ، ﺗﻮﺿﺄ ﺑﻪ ﻋﻦ ﺍﻷﺻﻐﺮ ، ﻭﺗﻴﻤﻢ ﻋﻦ
ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ، ﻳﻘﺪﻡ ﺃﻳﻬﻤﺎ ﺷﺎﺀ . ﻫﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺢ ﺍﻟﻤﻮﺝﻭﺩ
ﻟﻠﻐﺴﻞ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ ﺇﻻ ﺛﻠﺠﺎ ، ﺃﻭ ﺑﺮﺩﺍ ﻻ ﻳﻘﺪﺭ
ﻋﻠﻰ ﺇﺫﺍﺑﺘﻪ ، ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ .
ﻭﻕﻳﻞ : ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻘﻮﻻﻥ . ﻓﺈﻥ ﺃﻭﺟﺒﻨﺎ ، ﺗﻴﻤﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻮﺟﻪ
ﻭﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ، ﺛﻢ ﻣﺴﺢ ﺑﻪ ﺍﻟﺮﺃﺱ ، ﺛﻢ ﺗﻴﻤﻢ ﻟﻠﺮﺟﻠﻴﻦ . ﻫﺬﺍ
ﻛﻞﻩ ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﺗﺮﺍﺑﺎ . ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪﻩ ، ﻭﺟﺐ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ
ﺍﻟﻨﺎﻗﺺ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ . ﻭﻗﻴﻞ : ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻘﻮﻻﻥ .
ﻗﻠﺖ : ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﺇﻻ ﺗﺮﺍﺑﺎ ﻻ ﻳﻜﻔﻴﻪ ﻟﻠﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ،
ﻭﺟﺐ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ . ﻭﻗﻴﻞ : ﻓﻴﻪ ﺍﻟﻘﻮﻻﻥ .
ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻣﺎﺀ ، ﻭﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﻳﺸﺘﺮﻱ ﺑﻪ ﺑﻌﺾ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻴﻪ
ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺀ ، ﻓﻔﻲ ﻭﺟﻮﺑﻪ ﺍﻟﻘﻮﻻﻥ . ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻣﺎﺀ ،
ﻭﻻ ﺗﺮﺍﺑﺎ ، ﻑﻓﻲ ﻭﺟﻮﺏ ﺷﺮﺍﺀ ﺑﻌﺾ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻲ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺎﻥ . ﻭﻟﻮ ﺗﻴﻤﻢ ، ﺛﻢ ﺭﺃﻯ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻜﻔﻴﻪ ، ﻓﺈﻥ
ﺍﺣﺘﻤﻞ ﻋﻨﺪﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﻜﻔﻴﻪ ، ﺑﻄﻞ ﺗﻴﻤﻤﻪ ، ﻭﺇﻥ ﻋﻠﻢ
ﺑﻤﺠﺮﺩ ﺭﺅﻳﺘﻪ ، ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻜﻔﻴﻪ ، ﻓﻌﻠﻰ ﺍﻟﻘﻮﻟﻴﻦ ﻓﻲ
ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ . ﺇﻥ ﺃﻭﺟﺒﻨﺎﻩ ، ﺑﻄﻞ . ﻭﺇﻻ ﻓﻼ . ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ
ﻋﻠﻴﻪ ﻧﺠﺎﺳﺎﺕ ، ﻭﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﻳﻐﺴﻞ ﺑﻌﻀﻬﺎ ، ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺟﻨﺒﺎ ، ﺃﻭ ﻣﺤﺪﺛﺎ ، ﺃﻭ ﺣﺎﺋﺾﺍ ،
ﻭﻋﻠﻰ ﺑﺪﻧﻪ ﻧﺠﺎﺳﺔ ، ﻭﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻲ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ، ﺗﻌﻴﻦ
ﻟﻠﻨﺠﺎﺳﺔ ، ﻓﻴﻐﺴﻠﻬﺎ ﺛﻢ ﻳﺘﻴﻤﻢ . ﻓﻠﻮ ﺗﻴﻤﻢ ﺛﻢ ﻏﺴﻠﻬﺎ ،
ﺟﺎﺯ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺻﺢ ، ﻭﺑﻘﻴﺖ ﻟﻬﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﺮﻭﻉ ،
ﺍﺳﺘﻘﺼﻴﺘﻬﺎ ﻓﻲ ﺷﺮﺣﻲ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ﻭ ﺍﻟﺘﻨﺒﻴﻪ . ﻭﺍﻟﻠﻪ
ﺃﻋﻠﻢ .
----------
Ketika
orang yang junub atau memiliki hadats hanya menemukan air yang tidak
mencukupi untuk bersucinya, maka wajib bagi keduanya untuk menggunakan
air tersebut menurut qoul Adhhar. Kemudian wajib melakukan tayammum
setelahnya guna mensucikan anggota yang lain yang belum terbasuh.
Maka,
bagi orang yang hadats basuhlah wajahnya, lalu kedua tangannya secara
urut. Sedang bagi yang junub, basuhlah bagian dari anggotanya tubuhnya
yang mana saja, tapi yang lebih utama didahulukan pembasuhan anggota
wudlu. Seandainya dia adalah orang yang berhadats sekaligus junub dan
dia hanya menemukan air yang hanya cukup digunakan buat wudlu saja, maka
diperinci ;
I. Apabila mengikuti Madzhab yang menyatakan hadats
kecil bisa tercover dalam hadats besar, maka statusnya seperti orang
yang murni junub.
II. Apabila ikut yang mengatakan hadats kecil tidak
bisa tercover dalam hadats besar, maka maka air yang ada digunakan
untuk berwudlu dalam rangka menghilangkan hadatsnya, dan melakukan
tayammum guna menghilangkan janabahnya. Sedang pelaksanaannya terserah
mana yang mau didahulukan.
Keterangan diatas semuanya ketika air
yang ada memang bisa digunakan untuk bersucu. Sehingga ketika yang ada
adalah salju atau es balok yang tidak bisa untuk dicairkan, maka tidak
wajib menggunakannya menurut Madzhab.Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486956691375691/
Nananx Jaluatmaja
Assalamualaikum
mohon penjelasan apa magsud dari hadist Qudsi
JAWABAN
Kudung Khantil Harsandi Muhammad >>> Pengertian Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Nabi saw dari Allah swt.
Para ulama sepakat bahwa hadits qudsi
bukanlah Al Qur’an meskipun Nabi
saw meriwayatkannya langsung dari Allah
saw.
Bentuk Periwayatan Hadits Qudsi
Para perawi hadits qudsi ketika
meriwayatkan hadits qudsi, memiliki dua
model/bentuk kalimat periwayatan, yaitu :
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺮﻭﻳﻪ ﻋﻦ ﺭﺑﻪ ﻋﺰ ﻭ ﺟﻞّ
Rasulullah bersabda dalam hadits yang
diriwayatkan dari Rabb-nya ‘Azza wa
Jalla…
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻌﺎﻟﻰ ﻓﻴﻤﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﻋﻨﻪ ﺅﺳﻮﻟﻪ
Allah Ta’ala berfirman dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Rasulullah dari-Nya…
Jumlah Hadits Qudsi
Jumlah hadits qudsi jika dibandingkan
dengan hadits Nabi lainnya tidaklah
banyak. Jumlahnya sekitar 200 buah
hadits.
Contoh Hadits Qudsi
ﻋَﻦْ ﺃَﺑﻲ ﺫﺭٍّ ﺍﻟﻐِﻔَﺎﺭْﻱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋَﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻴﻤَﺎ ﻳَﺮْﻭﻳﻪ ﻋَﻦْ ﺭَﺑِِّﻪِ ﻋﺰَّ ﻭﺟﻞ
ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ:
Dari Abu Dzal Al Ghifary , dari Nabi saw dalam hadits yang diriwayatkan
dari Rabb-nya ‘Azza wa Jalla, bahwasanya
Allah berfirman :
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻧِّﻲْ ﺣَﺮَّﻣْﺖُ ﺍﻟﻈُّﻠْﻢَ ﻋَﻠَﻰ
ﻧَﻔْﺴِﻲْ ﻭَﺟَﻌَﻠْﺘُﻪُ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻣُﺤَﺮَّﻣَﺎً ﻓَﻼ
ﺗَﻈَﺎﻟَﻤُﻮْﺍ،
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya
Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-
Ku. Dan Aku menjadikannya sebagai hal
yang haram dilakukan diantara kalian,
maka janganlah kalian saling menzhalimi.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺿَﺎﻝٌّ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﻫَﺪَﻳْﺘُﻪُ ﻓَﺎﺳْﺘَﻬْﺪُﻭْﻧِﻲ
ﺃَﻫْﺪِﻛُﻢْ،
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua
adalah orang yang tersesat kecuali yang
Aku beri petunjuk. Maka mintalah
petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberi kalian petunjuk.
ﻳَﺎﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺟَﺎﺋِﻊٌ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﺃَﻃْﻌَﻤْﺘُﻪُ ﻓﺎَﺳْﺘَﻄْﻌِﻤُﻮﻧِﻲ
ﺃُﻃْﻌِﻤْﻜُﻢْ،
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua
adalah orang yang kelaparan kecuali yang
Aku beri makan. Maka mintalah makan
kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi
kalian makan.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﻋَﺎﺭٍ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﻛَﺴَﻮْﺗُﻪُ ﻓَﺎﺳْﺘَﻜْﺴُﻮْﻧِﻲْ
ﺃَﻛْﺴُﻜُﻢْ،
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua
adalah orang yang telanjang kecuali
orang yang Aku beri pakaian. Maka
mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku
akan memberi kalian pakaian.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺨْﻄِﺌُﻮْﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻔِﺮُ
ﺍﻟﺬُّﻧُﻮْﺏَ ﺟَﻤِﻴْﻌَﺎً ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻧِﻲْ ﺃَﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ،
Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua
adalah orang yang melakukan kesalahan
di sepanjang malam dan siang. Dan Aku
mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Maka
mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya
Aku akan mengampuni kalian.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻟَﻦْ ﺗَﺒْﻠُﻐُﻮْﺍ ﺿَﺮِّﻱْ ﻓَﺘَﻀُﺮُّﻭْﻧِﻲْ ﻭَﻟَﻦْ
ﺗَﺒْﻠُﻐُﻮْﺍ ﻧَﻔْﻌِﻲْ ﻓَﺘَﻨْﻔَﻌُﻮْﻧِﻲْ،
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya
kalian tidak akan dapat meraih bahaya
dari-Ku, kemudian menimpakannya pada-
Ku. Kalian juga tidak akan dapat meraih
manfaat dari-Ku, lalu memberikannya
kepada-Ku.
ﻳَﺎﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﻭَّﻟَﻜُﻢْ ﻭَﺁﺧِﺮَﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻧْﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺟِﻨَّﻜُﻢْ
ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺗْﻘَﻰ ﻗَﻠْﺐِ ﺭَﺟُﻞٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﺯَﺍﺩَ ﺫَﻟِﻚَ
ﻓَﻲْ ﻣُﻠْﻜِﻲْ ﺷَﻴْﺌَﺎً.
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya
orang-orang terdahulu dan sekarang dari
kalian, baik kalangan manusia dan jin,
seluruhnya bertaqwa sebagaimana
taqwanya hati orang yang paling
bertaqwa diantara kalian, maka hal
tersebut tidak akan menambahkan
kekuasaan-Ku sedikitpun.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﻭَّﻟَﻜُﻢْ ﻭَﺁﺧِﺮَﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻧْﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺟِﻨَّﻜُﻢْ
ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻓْﺠَﺮِ ﻗَﻠْﺐِ ﺭَﺟُﻞٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﻧَﻘَﺺَ
ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻣُﻠْﻜِﻲْ ﺷَﻴْﺌَﺎً،
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya
orang-orang terdahulu dan sekarang dari
kalian, baik kalangan manusia dan jin,
seluruhnya berbuat jahat sebagaimana
jahatnya hati orang yang paling jahat
diantara kalian, maka hal tersebut tidak
akan mengurangi kekuasaan-Ku
sedikitpun.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﻟَﻮْ ﺃﻥَّ ﺃَﻭَّﻟَﻜُﻢْ ﻭَﺁﺧِﺮَﻛُﻢْ ﻭَﺇﻧْﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺟِﻨَّﻜُﻢْ
ﻗَﺎﻣُﻮْﺍ ﻓِﻲْ ﺻَﻌِﻴْﺪٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻓَﺴَﺄَﻟُﻮْﻧِﻲْ ﻓَﺄَﻋْﻄَﻴْﺖُ ﻛُﻞَّ ﻭَﺍﺣِﺪٍ
ﻣَﺴْﺄَﻟَﺘَﻪُ ﻣَﺎ ﻧَﻘَﺺَ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻤَّﺎ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺇِﻻَّ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ
ﺍﻟﻤِﺨْﻴَﻂُ ﺇَﺫَﺍ ﺃُﺩْﺧِﻞَ ﺍﻟﺒَﺤْﺮَ،
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya
orang-orang terdahulu dan sekarang dari
kalian, baik kalangan manusia dan jin,
seluruhnya berdiri di sebuah bukit, lalu
semuanya meminta sesuatu kepada-Ku,
dan Aku penuhi keinginan mereka
semuanya, maka hal tersebut tidaklah
mengurangi sedikit pun apa yang ada di
sisi-Ku, kecuali hanya seperti
berkurangnya air laut jika sebuah jarum
dicelupkan ke dalamnya.
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫِﻲَ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻜُﻢْ ﺃُﺣْﺼِﻴْﻬَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ
ﺃُﻭَﻓِّﻴْﻜُﻢْ ﺇِﻳَّﺎﻫَﺎ ﻓَﻤَﻦْ ﻭَﺟَﺪَ ﺧَﻴْﺮَﺍً ﻓَﻠﻴَﺤْﻤَﺪِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻣَﻦْ
ﻭَﺟَﺪَ ﻏَﻴْﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻼَ ﻳَﻠُﻮْﻣَﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻧَﻔْﺴَﻪُ
ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya
itu semua adalah amalan kalian. Aku
menghitungnya dan menyempurnakan
balasannya untuk kalian.
Maka barangsiapa yang mendapatkan
kebaikan, hendaknya dia memuji Allah.
Dan barangsiapa yang mendapatkan
selain itu, maka janganlah dia menyalahkah kecuali pada dirinya.
HR. MUSLIMLink Asa
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486823531389007/
Zie Foe Slukutuy
ASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.
sahabat fillah semuanya..selamat sore semoga kalian tetap di jalan Ridholillahi taala...
>>>sahabat ku semua,mohon pencerahannya yah..
sebagaimana
yang kita ketahui bahwa seorang laki2 lebih utama jika melaksanakan
sholat di masjid,dan seorang wanita lebih utama adalah di rumahnya...
namun
saya msh bingung nich,menurut ilmu syar'i lebih utama mana seorang
suami pergi sholat di masjid atau di rumah untuk mengimami sholat dlm
keluarga (untuk istri dan anak2)???
JAWABANAzalia Audrey >>> Wa'alaikum salam
Fardlu kifayah bihaytsu yadhharus syi'aar...
Kalau di rumah ya gak dapet syiarnya dong.
هي فرض كفاية في حق الرجال المقيمين في المكتوبات الخمس المؤديات بحيث يظهر الشعار
Jadi tidak menggugurkan kewajiban jika :
Dilakukan selain laki2
Dilakukan Musafir
Dilakukan dalam shalat qadla'
Dilakukan dalam selain shalat 5 waktu
Dilakukan di tempat yang tidak menampakkan syiar.
Syiar
akan diperoleh jika dilakukan di tempat umum yang setiap orang bisa
mengaksesnya, tidak seperti dalam kamar atau musholla pribadi. Dan tidak
cukup dalam satu wilayah yang luas jika hanya ada satu jamaah saja,
karena kewajiban syiar it
u melingkupi seluruh wilayah sehingga jumlah jamaah harus disesuaikan dengan luasnya wilayah.
وتسن للنساء وللمسافرين وللمقضية خلف مثلها
Shalat jamaah sunnah bagi wanita, musafir dan orang yang qadla' shalat di belakang qadla' yang sama.
نعم
لو كان إذا ذهب إلى المسجد وترك أهل بيته لصلوا فرادى أو لتهاونوا أو
بعضهم في الصلاة أو لو صلى في بيته لصلى جماعة وإذا صلى في المسجد صلى وحده
فصلاته في بيته أفضل
Mughnil Muhtaj 1/229
Cuman perlu kita pilah2 dulu karena banyak kemungkinan yang terjadi terkait shalatnya perempuan di masjid atau di rumah.
وجماعة المرأة والخنثى في البيت أفضل منها في المسجد
jamaah wanita dan khuntsa di rumah lebih baik dari jamaah di masjid
(Mughnil Muhtaj)
ويكره لذوات الهيئات حضور المسجد
makruh bagi wanita yang "menarik" hadir di masjid.
(Mughnil Muhtaj)
واصحهما ... لا تتأكد في حقهن كتأكدها في حق الرجال فلا يكره لهن تركها
Pendapat
yang lebih shahih terkait kesunnahan jamaah bagi wanita, tidak
dikuatkan kesunnahan jamaah bagi wanita seperti dikuatkannya bagi
lelaki, maka tidak makruh bagi wanita meninggalkan jamaah
(AlMajmu')
Dengan pertimbangan di atas, maka :
1.
Shalat wanita di rumah secara berjamaah lebih baik dari shalat di
masjid meski berjamaah, ini berlaku bagi setiap jenis wanita
(tua/muda/dsb)
2. Shalat wanita muda di rumah lebih utama dari di
masjid meski di rumah sendirian dan di masjid jamaah, karena makruh
hadirnya wanita muda di masjid sedang ia tidak makruh meninggalkan
jamaah.
3. Shalat wanita tua di masjid berjamaah lebih utama dari
shalat sendiri di rumah karena ia tidak makruh hadir di masjid dan
sunnah jamaah.
Lantas bagaimana menyiasati shalat wanita muda di
rumah agar dapet jamaah, sementara suami tetap dapet keutamaan jamaah di
masjid?
Pilihan yang diungkapkan dalam Mughnil Muhtaj bahwa jika
ahli rumah akan shalat sendirian jika suami pergi ke masjid maka lebih
utama lelaki shalat di rumah, tampaknya melihat jumlah karena yang
dipakai untuk menyebut ahli rumah adalah shighat jama'. Apakah kalau
cuman istri seorang akan tetap mengorbankan shalat berjamaahnya lelaki
di masjid?
قال الشافعي والأصحاب ويؤمر الصبي بحضور المساجد وجماعات الصلاة ليعتادها
(Al-Majmu')
As-Syafi'i dan ashhab berkata : Anak2 lelaki diperintahkan hadir di masjid dan berjamaah shalat agar terbiasa.
Pernyataan
itu menyiratkan bahwa lelaki tetap condong diutamakan di masjid
meninggalkan sang istri shalat sendirian atau berjamaah dengan anak
perempuan di rumah karena suami dan anak2 lelakinya ke masjid. Untuk
menyiasati bisa dilakukan saran Kang Hanya Ingin Ridlo Robby. Setelah
shalat di masjid, suami i'aadah di rumah berjamaah dengan istri. Atau
cukup istri berjamaah dengan anak perempuan atau pembantunya. Jadi semua
dapet nilai optimal dari jamaahnya.
*** Tambahan***
Hukum
Sholat berjama'ah terjadi Khilaf menurut Imam Ar-rofi'i dan Imam Mawardi
Hukumnya adalah Sunnah Mu'akkad dan menurut Imam Nawawi Qoul muLtamad
Hukumnya Fardhu Kifayah yang mana apabila dalam satu Kampung tidak ada
yang Sholat Berjama'ah maka Satu Kampung di Hukumi Haram semua.
Ibarotnya
نهاية الزين ص 117
صلاة الجماعة فى أدء مكتوبة غير جمعة سنة مؤكدة عند الرفعى والماوردى، والمعتمد عند النووى وغيره أنها في غير جمعة فرض كفاية لرجال.
***Tambahan****
Kalau
cuman seorang, semisal cuman istri, maka akan mudah mengontrolnya untuk
shalatnya menunggu suami pulang dari masjid dan i'adah. Ibarot2
tampaknya condong untuk bahkan membiarkan istri shalat sendiri daripada
suami tidak ke masjid. Dan
Secara logika, kalau semua suami
mengambil kebijakan shalat dengan istri di rumah karena kalau istri ke
masjid makruh misalnya, maka masjid akan cenderung kosong.
Namun
kalau ahli rumahnya banyak seperti diungkap dalam ibarot mughnil muhtaj
di atas, maka akan sulit mengontrol untuk menunggu suami pulang
karenanya langsung dikatakan lebih afdhol jamaah di rumahLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486466198091407/
War Respeck Unity
Asalamualaikum ya akhy ya ukhty apa hukumnya KB bgi pasutri
JAWABANKakek Jhosy >>>> Wa'alaikum salam
Bila
niatnya cuma ingin mengatur jarak kelahiran, maka boleh. Apalagi kalau
tujuannya agar pendidikan anak- anaknya menjadi lebih ter-arah.
Bila
niatnya ingin memutuskan kelahiran, maka hukumnya harom, terkecuali ada
udzur syar’i, misalnya kata dokter yang ahli lagi adil, ada masalah
besar yang membahayakan jiwanya jika mengandung.
Syarqowi juz II/ 332
وعبارته: واما استعمال ما يقطع الحبل من اصله فهو حرام بخلاف ما يقطعه بل يبطئه مدة فلا يحرم بل ان كان لعذر كتربية ولد لم يكره ايضا
Referensi
البجورى على فتح القريب في كتاب النكاح جزء 2 ص 93
وَكَذَا
اِسْتِعْمَالُ اْلإِمْرَأَةِ الشَّيْءَ الَّذِي يَبْطِئُ الْحَبْلَ
وَيَقْطَعُهُ مِنْ أَصْلِهِ فَيُكْرَهُ فِي اْلأَوَّلِ وَيُحْرَمُ فِي
الثَّنِي. وَعِنْدَ وُجُوْدِ الضَّرُوْرَةِ فَعَلَى الْقَاعِدَةِ
الْفِقَهِيَّةِ إِذَا تَعَارَضَتْ الْمَفْسَدَتَانِ رُوْعِيَ أَعْظَمُهُمَا
ضَرَرًا بِارْتِكَابِ أَخَفِّهِمَا مَفْسَدَةٌ إهـــ
Demikian
halnya wanita yang menggunakan sesuatu (seperti obat atau alat
kotrasepsi) yang dapat memperlambat kehamilan, hal ini hukumnya makruh.
Sedangkan apabila sampai memutus keturunan maka hukumnya haram, dan
ketika dalam keadaan darurat maka sesuai dengan qaidah fiqhiyah “Ketika
terjadi dua mafsadat (bahaya) maka hindari mafsadat yang lebih besar
dengan melakukan mafsadat yang paling ringanLink ASAL
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486450908092936/?comment_id=486454658092561&offset=0&total_comments=5
Chaya Maymey
, asslamualaikum,
, bgne cerita.ny,
,
inisial ANDI, lagi duduk d.wrung kopi, duduk dgn santai.ny. tiba.tiba
ANDI jatuh k.blakang (nyonglet), kpala bagian blkang kbentur lantai.
,
2hari dpriksa k.dokter tdk ada kemajuan, kplanya tdk bs dgerakkan.
Kemudian andi pergi k.''orang pinter'' (entah siapa yg dmksud)..
Mnurut ''orang pinter'' tdi andi kena BERRIT (madura), bhsa indo.ny sbangga makhluk halus,
makhluk
halus td minta sesajen brupa '' 1 lencer rokok + segenggam nasi
putih''. Kemudian andi mnuruti dan tak lama kpla.nya mulai bs
dgerakkan,,
, pertnyaan,,
1. Bolehkan menuruti permintaan sbangsa makhluk halus (mgkn jin) tuk tujuan sembuh,,,??
2. Apa tindakan andi bs masuk syirik d.atas tu...???
3. Penasaran siapa yg mkan sesajen itu ya, 'n' dksih siapa...??
, wasslam,
JAWABAN
Dha Kho Chan
Kudung Khantil Harsandi Muhammad
Pozank Bin Puzink
Saya lengkapi biar jawabanya gotong royong
Telah
menjadi tradisi orang-orang jawa sejak dahulu, dan sampai sekarang
tradisi tersebut masih dilakukan dibeberapa daerah,sebelum panen
masyarakat menyiapkan sesajian untuk diletakkan disawah, ada lagi yang
meletakkan sesajen disebelah sumur yang dianggap keramat, atau
ditempat-tempat lain yang dianggap keramat oleh penduduk,didaerah
pesisir biasanya tradisi seperti ini dilakukan dengan cara membuat
sesajen yang kemudian diangkut dengan perahu, lalu dibuang dilaut.
Bagaimana fiqh memandang tradisi-tradisi tersebut ? Apakah
tradisi-tradisi tersebut bertentangan dengan syari'at atau tidak ?
JAWABAN
Tradisi-tradisi diatas hukumnya diperinci sebagai berikut
1.
Harom,jika tujuannya untuk mendekatkan diri ( Taqorrub ) pada jin,
bahkan bisa menyebabkan kemurtadan jika bertujuan memuliakan dan
mengabdi ( Ibadah ) pada jin.
2. Boleh, jika hanya bertujuan
bersedekah untuk mendekatkan diri pada Alloh ( Taqorrub Ilalloh ) untuk
menjaga diri dari keburukan jin, asalkan tidak dilakukan dengan
menyia-akan harta benda.
Catatan : Sebenarnya kalau bisa, sekedar
bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada Alloh itu juga tidak
pantas dilakukan ditempat-tempat tersebut, agar orang-orang awam tidak
meyakini bahwa penghuni tempat-tempat tersebut memang dapat mendatangkan
malapetaka kalau tidak diberikan sesajen, atau keyakinan-keyakinan lain
yang bertentangan dengan agama.
Referensi
Bulghotut Thullab Fi Talkhishi Fatawi Masyayikhil Anjab, Hal : 90-91
مسألة
-ث : العادة المطردة فى بعض البلاد لدفع شر الجن من وضع طعام أو نحوه فى
الأبيار أو الزرع وقت حصاده وفى كل مكان يظن أنه مأوى الجن وكذلك إيقاد
السرج فى محل ادخار نحو الأرز الى سبعة أيام من يوم الإدخار ونحو ذلك كل
ذلك حرام حيث قصد به التقرب إلى الجن بل إن قصد التعظيم والعبادة له كان
ذلك كفرا-والعياذ بالله- قياسا على الذبح للأصنام المنصوص فى كتبهم.
وأما
مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله ليدفع شر ذلك الجن فجائز ما لم يكن فيه
إضاعة مال مثل الإيقاظ المذكور انفا, فإن ذلك ليس هو التصدق المحمود شرعا
كما صرحوا أن الإيقاد أمام مصلى التراويح وفوق جبل أحد بدعة.
قلت : حتى إن مجرد التصدق بنية التقرب إلى الله لا ينبغى فعله فى خصوص تلك الأماكن لئلا يوهم العوام ما لا يجوز إعتقاده.
Tradisi
yang sudah mengakar disebagian masyarakat yang menyajikan makanan dan
semacamnya kemudian diletakkan didekat sumur atau tanaman yang hendak
dipanen dan ditempat-tempat lain yang dianggap tempatnya Jin, dan
tradisi lain seperti menyalakan beberapa lampu ditempat penyimpanan padi
selama tuju hari yang dimulai dari hari pertama menyimpan padi
tersebut, begitu pula tradisi-tradisi lain seperti dua contoh diatas itu
hukumnya Harom, jika memang bertujuan mendekatkan diri kepada
Jin,bahkan bisa menyebabkan kekafiran ( murtad ) jika sertai tujuan
memuliaan dan wujud pengabdian.Keputusan hukum ini diqiyaskan dengan
hukum penyembelihan hewan yang dipersembahkan untuk berhala yang
disebutkan oleh Fuqoha' dalam kitab-kitab mereka.
Adapun jika
sekedar bersedekah dengan tujuan mendekatkan diri pada Alloh untuk
menghindarkan diri dari kejahatan yang dilakukan oleh Jin tersebut,maka
diperbolehkan,selama tidak dengan cara menyia-nyiakan harta bendaseperti
tradisi menyalakan lampu yang baru saja disebutkan,karena hal tersebut
tidak termasuk dalam sedekah yang terpuji dalam pandangan syari'at,
sebagaimana ulama' menjelaskan bahwa menyalakan lampu didepan tempat
sholat tarawih dan diatas gunung Arofah itu dikategorikan bid'ah.
Saya
berkata : Bahkan sekedar bersedekah dengan niat mendekatkan diri pada
Alloh pun tak pantas dilakukan ditempat-tempat ditempat-tempat tersebut,
agar orang awam tidak salah faham,lalu meyakini hal yang tidak
seharusnya diyakini
Wallohu a'alam Bishawab
Link Asalhttps://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486324218105605/
Azalia Audrey
Assalamualaikum
gimana hukum shalat Nisfu sya'ban?
banyak diantara adat kita sesudah shalat magrib langsung shalat sunnah nisfuh sya'ban?
JAWABAN
Kakek Jhosy >>> Wa'alaikum salam
Adapun
sHalat yang dikenal pada malam-malam yang dicintai dan pada malam nisfu
Sya’ban ’ adalah bid’ah yang jelek, sedangkan hadist-hadist (mengenai
hal itu) adalah palsu
Referensi
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء الثاني ص ٢٣٩
والصلاة المعروفة ليلة الرغائب ونصف شعبان بدعة قبيحة وحديثها موضوع
Referensi
Fatawa Ar-Ramli As-Syafi’i juz I
سُئِلَ
) عَنْ الصَّلَاةِ الَّتِي يُسَمُّونَهَا صَلَاةَ الرَّغَائِبِ هَلْ لَهَا
أَصْلٌ , وَهَلْ وَرَدَ فِيهَا أَحَادِيثُ أَمْ لَا ؟ ( فَأَجَابَ )
بِأَنَّهُ لَمْ يَصِحَّ فِي شَهْرِ رَجَبٍ صَلَاةٌ مَخْصُوصَةٌ تَخْتَصُّ
بِهِ , وَالْأَحَادِيثُ الْمَرْوِيَّةُ فِي فَضْلِ صَلَاةِ الرَّغَائِبِ
فِي أَوَّلِ جُمُعَةٍ مِنْ شَهْرِ رَجَبٍ كَذِبٌ بَاطِلٌ , وَهَذِهِ
الصَّلَاةُ بِدْعَةٌ عِنْدَ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ وَمِمَّنْ ذَكَرَ
ذَلِكَ مِنْ أَعْيَانِ الْعُلَمَاءِ الْمُتَأَخِّرِينَ مِنْ الْحُفَّاظِ
أَبُو إسْمَاعِيلَ الْأَنْصَارِيِّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ السَّمْعَانِيِّ
وَأَبُو الْفَضْلِ بْنُ نَاصِرٍ وَأَبُو الْفَرْجِ بْنُ الْجَوْزِيِّ
وَغَيْرُهُمْ , وَإِنَّمَا لَمْ يَذْكُرْهَا الْمُتَقَدِّمُونَ ;
لِأَنَّهَا أُحْدِثَتْ بَعْدَهُمْ وَأَوَّلُ مَا ظَهَرَتْ بَعْدَ
الْأَرْبَعِمِائَةِ فَلِذَلِكَ لَمْ يَعْرِفْهَا الْمُتَقَدِّمُونَ وَلَمْ
يَتَكَلَّمُوا فِيهَا
Dia ditanya tentang sholat Roghoib, apakah ada asalnya, dan hadits-haditsnya ditemukan atau tidak?
Dia
menjawab, bahwasanya sholat khusus yang ditentukan pada bulan Rajab itu
tidak shahih. Dan hadits-haditsnya yang diriwayatkan mengenai sholat
roghoib pada awal Jum’at di Bulan Rajab itu adalah dusta lagi batil.
Sholat roghoib ini bid’ah menurut Jumhur (mayoritas) ‘Ulama, di
antaranya yang menyebutkan demikian (bid’ahnya sholat roghoib) itu dari
pemuka-pemuka ulama mutaakhirin yaitu para hafidz: Abu Isma’il
Al-Anshori, Abu Bakar bin As-Sam’ani, Abul Fadhl bin Nashir, Abul Faraj
bin Al-Jauzi dan lainnya. Sholat roghoib itu sama sekali tidak
disebutkan oleh ulama terdahulu, karena hanyalah diada-adakan secara
baru (oleh orang-orang) setelah mereka. Pertama-tama munculnya adalah
setelah tahun 400 (Hijriyah), maka dengan demikian tidak dikenal oleh
ulama terdahulu, dan mereka tidak membicarakannya
>>>NB<<<<
Sedangkan
Sholat yang dikenal dengan sholat roghoib yaitu 12 roka’at dilakukan
antara maghrib dan isya’ malam Jum’at pertama di bulan Rajab. Dan sholat
malam nishfu sya’ban adalah 100 roka’at. Dua jenis sholat itu (sholat
roghoib dan sholat malam nishfu sya’ban) adalah bid’ah dan munkar,
kedua-duanya buruk, dan jangan terkecoh dengan disebutkannya kedua
sholat itu dalam kitab Qutul Qulub, dan kitab Ihya’ ‘Ulumid Dien. Dan
jangan terkecoh dengan hadits yang disebutkan dalam dua kitab itu,
karena sesungguhnya itu adalah batil. Dan jangan terkecoh dengan
sebagian imam yang samar atasnya hukum kedua sholat itu lalu mengarang
lembaran-lembaran mengenai disukainya (mengerjakan) kedua sholat itu,
karena hal itu adalah salah. Syaikh Imam Abu Muhammad Abdul Rahman bin
Isma’il Al-Maqdisi menyusun kitab spesifik mengenai batilnya kedua
sholat itu, maka bagus dan indahlah isinya, semoga Alloh merahmatinya
Referensi
قال النووي رحمه الله في "المجموع الجزء الثالث ص ٥٤٨
الصلاة
المعروفة بصلاة الرغائب , وهي ثنتا عشرة ركعة تصلى بين المغرب والعشاء
ليلة أول جمعة في رجب , وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وهاتان الصلاتان
بدعتان ومنكران قبيحتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب , وإحياء علوم
الدين , ولا بالحديث المذكور فيهما فإن كل ذلك باطل ، ولا يغتر ببعض من
اشتبه عليه حكمهما من الأئمة فصنف ورقات في استحبابهما فإنه غالط في ذلك ,
وقد صنف الشيخ الإمام أبو محمد عبد الرحمن بن إسماعيل المقدسي كتابا نفيسا
في إبطالهما فأحسن فيه وأجاد رحمه الله " انتهى
وقال النووي – أيضاً - في "شرح مسلم
قاتل
الله واضعها ومخترعها , فإنها بدعة منكرة من البدع التي هي ضلالة وجهالة
وفيها منكرات ظاهرة . وقد صنف جماعة من الأئمة مصنفات نفيسة في تقبيحها
وتضليل مصليها ومبتدعها ودلائل قبحها وبطلانها وتضليل فاعلها أكثر من أن
تحصر " انتهى
Referensi
وقال ابن عابدين في "حاشيته الجزء الثاني ص ٢٦
قال في ( البحر ) ومن هنا يعلم كراهة الاجتماع على صلاة الرغائب التي تفعل في رجب في أولى جمعة منه وأنها بدعة . .
وللعلامة
نور الدين المقدسي فيها تصنيف حسن سماه "ردع الراغب عن صلاة الرغائب" أحاط
فيه بغالب كلام المتقدمين والمتأخرين من علماء المذاهب الأربعة " انتهى
باختصار
وسئل ابن حجر الهيتمي رحمه الله : هل تجوز صلاة الرغائب جماعة أم لا؟
فأجاب
: " أما صلاة الرغائب فإنها كالصلاة المعروفة ليلة النصف من شعبان بدعتان
قبيحتان مذمومتان وحديثهما موضوع فيكره فعلهما فرادى وجماعة " انتهى
Referensi
وجاء في "الموسوعة الفقهية الجزء ٢٢ ص ٢٦٢
نص
الحنفية والشافعية على أن صلاة الرغائب في أول جمعة من رجب , أو في ليلة
النصف من شعبان بكيفية مخصوصة , أو بعدد مخصوص من الركعات بدعة منكرة
وقال
أبو الفرج بن الجوزي : صلاة الرغائب موضوعة على رسول الله صلى الله عليه
وسلم وكذب عليه . قال : وقد ذكروا على بدعيتهما وكراهيتهما عدة وجوه منها :
أن الصحابة والتابعين ومن بعدهم من الأئمة المجتهدين لم ينقل عنهم هاتان
الصلاتان , فلو كانتا مشروعتين لما فاتتا السلف , وإنما حدثتا بعد
الأربعمائة انتهى
Pozank Bin Puzink >>> oke boos
Ini keterangan dari Ianat tholbin
اعانة ج 1 ص 271
فائدة)
أما الصلاة المعروفة ليلة الرغائب ونصف شعبان ويوم عاشوراء فبدعة قبيحة
وأحاديثها موضوعة قال العلامة الكردي واختلف العلماء فيها فمنهم من قال لها
طرق إذا اجتمعت وصل الحديث إلى حد يعلم به في فضائل الأعمال ومنهم من حكم
على حديثها بالوضع ومنهم النووي وتبعه الشارح
Syeikh Al Kurdy berkata :
Para Ulama berbeda pendapat mengenai hadis-hadis yang berhubungan
dengan salat sunah mutlak malam Nishfu Sya’ban, diantara para ulama ada
yang mengatakan bahwa hadis tersebut (meskipun Dloif) memiliki banyak
jalur riwayat, yang secara keseluruhan (akumulasi) hadis tersebut boleh
dilaksanakan dalam hal Fadlailul A’mal. Diantara ulama yang lain
menghukuminya sebagai hadis palsu, seperti Imam Nawawi dan Syekh
Zainuddin Al Malibary”
Referensi
الفتاوى الكبرى ج 2 ص 469
مسئلة
فى صلاة نصف شعبان) الجواب إذا صلى الإنسان ليلة النصف وحده أو فى جماعة
خاصة كما كان يفعل طوائف من السلف فهو أحسن. وأما الإجتماع فى المساجد على
صلاة مقدرة كالإجتماع على مائة ركعة بقراءة ألف قل هو الله أحد دائما فهذا
بدعة لم يستحبها أحد من الأئمة والله أعلم
Apabila seseorang shalat
sunah mutlak pada malam nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah,
sebagaimana dilakukan oleh segolongan ulama salaf, maka hukumnya adalah
baik. Adapun kumpul-kumpul di masjid dengan salat yang ditentukan,
seperti shalat seratus raka’at dengan membaca surat al Ikhlash sebanyak
seribu kali, maka ini adalah perbuata bid’ah yang sama sekali tidak
dianjurkan oleh para ulama”
NB.
Shalat raghaib, yakni shalat
12 rakaat pada Jum’at pertama bulan Rajab dan shalat 100 ataupun 10
rakaat pada pertengahan bulan Sya’ban hukumnya khilaf.
Haram karena tergolong bid’ah qabihah menurut kebanyakan ulama.
Boleh
sesuai hikayah dari al-Kurdy tentang khilafiyah status hadits shalat
raghaib, dengan demikian status fasid atas qaul al-Ghazali juga bisa
ditinjau ulang dan menjadi khilafiyah, secara tersirat didukung pula
oleh Ibnu Shalah.
Boleh dengan bentuk kompromi menjalankan shalat sunah mutlak ataupun shalat sunah lainnya.
Referensi
الكتاب: فتاوى الكبرى الفقهية ج2 ص81-82
وسئل
نفع الله به عن صوم منتصف شعبان هل يستحب على ما رواه ابن ماجه أن النبي
قال: إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها فإن الله
ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا ) أو لا يستحب وهل هذا الحديث صحيح
أو لا؟ وإن قلتم باستحبابه فلم لم يذكره الفقهاء وما المراد بقيام ليلها
أهو صلاة البراءة أم لا؟
فأجاب بأن الذي صرح به النووي رحمه الله في
المجموع أن صلاة الرغائب وهي ثنتا عشرة ركعة بين المغرب والعشاء ليلة أول
جمعة من شهر رجب وصلاة ليلة النصف من شعبان مائة ركعة بدعتان قبيحتان
مذمومتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب، وفي أحياء علوم الدين ولا
بالحديث المذكور فيهما فإن كل ذلك باطل ولا ببعض من اشتبه عليه حكمهما من
الأئمة فصنف ورقات في استحبابهما فإنه غالط في ذلك، وقد صنف ابن عبد السلام
كتاباً نفيساً في إبطالهما فأحسن فيه وأجاد اهــــ
Referensi
غاية التلخيص ص92
(مسألة):
صلاة الرغائب من البدع المنكرة كما ذكره ابن عبد السلام وتبعه النووي في
إنكارها، وهي جائزة بمعنى لا إثم على فاعلها، والجماعة فيها جائزة أيضاً،
نعم لو صلاها معتقداً صحة أحاديثها الموضوعة أثمWallohu a'lambis shawab
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486422108095816/
Rizki Agustin HIdayattullah
Assalamu,alaikum,, Gimna Hukum'y BrZiaroh Prmpuan campur dngn Laki2, Apkh boleh/tdk ??...
JAWABAN
Wes Qie >>>
وَسُئِلَ
رضي اللَّهُ عنه عن زِيَارَةِ قُبُورِ الْأَوْلِيَاءِ في زَمَنٍ مُعَيَّنٍ
مع الرِّحْلَةِ إلَيْهَا هل يَجُوزُ مع أَنَّهُ يَجْتَمِعُ عِنْدَ تِلْكَ
الْقُبُورِ مَفَاسِدُ كَثِيرَةٌ كَاخْتِلَاطِ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
وَإِسْرَاجِ السُّرُجِ الْكَثِيرَةِ وَغَيْرِ ذلك فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ
زِيَارَةُ قُبُورِ الْأَوْلِيَاءِ قُرْبَةٌ مُسْتَحَبَّةٌ وَكَذَا
الرِّحْلَةُ إلَيْهَا وَقَوْلُ الشَّيْخِ أبي مُحَمَّدٍ لَا تُسْتَحَبُّ
الرِّحْلَةُ إلَّا لِزِيَارَتِهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم رَدَّهُ
الْغَزَالِيُّ بِأَنَّهُ قَاسَ ذلك على مَنْعِ الرِّحْلَةِ لِغَيْرِ
الْمَسَاجِدِ الثَّلَاثَةِ مع وُضُوحِ الْفَرْقِ فإن ما عَدَا تِلْكَ
الْمَسَاجِدَ الثَّلَاثَةَ مُسْتَوِيَةٌ في الْفَضْلِ فَلَا فَائِدَةَ في
الرِّحْلَةِ إلَيْهَا وَأَمَّا الْأَوْلِيَاءُ فَإِنَّهُمْ مُتَفَاوِتُونَ
في الْقُرْبِ من اللَّهِ تَعَالَى وَنَفْعِ الزَّائِرِينَ بِحَسْبِ
مَعَارِفِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ فَكَانَ لِلرِّحْلَةِ إلَيْهِمْ فَائِدَةٌ
أَيُّ فَائِدَةٍ فَمِنْ ثَمَّ سُنَّتْ الرِّحْلَةُ إلَيْهِمْ لِلرِّجَالِ
فَقَطْ بِقَصْدِ ذلك وَانْعَقَدَ نَذْرُهَا كما بَسَطْت الْكَلَامَ على ذلك
في شَرْحِ الْعُبَابِ بِمَا لَا مَزِيدَ على حُسْنِهِ وَتَحْرِيرِهِ وما
أَشَارَ إلَيْهِ السَّائِلُ من تِلْكَ الْبِدَعِ أو الْمُحَرَّمَاتِ
فَالْقُرُبَاتُ لَا تُتْرَكُ لِمِثْلِ ذلك بَلْ على الْإِنْسَانِ فِعْلُهَا
وَإِنْكَارُ الْبِدَعِ بَلْ وَإِزَالَتُهَا إنْ أَمْكَنَهُ
وقد ذَكَرَ
الْفُقَهَاءُ في الطَّوَافِ الْمَنْدُوبِ فَضْلًا عن الْوَاجِبِ أَنَّهُ
يُفْعَلُ وَلَوْ مع وُجُودِ النِّسَاءِ وَكَذَا الرَّمَلُ لَكِنْ أَمَرُوهُ
بِالْبُعْدِ عَنْهُنَّ فَكَذَا الزِّيَارَة يَفْعَلُهَا لَكِنْ يَبْعُدُ
عَنْهُنَّ وَيَنْهَى عَمَّا يَرَاهُ مُحَرَّمًا بَلْ وَيُزِيلُهُ إنْ
قَدَرَ كما مَرَّ هذا إنْ لم تَتَيَسَّرْ له الزِّيَارَةُ إلَّا مع وُجُودِ
تِلْكَ الْمَفَاسِدِ فَإِنْ تَيَسَّرَتْ مع عَدَمِ الْمَفَاسِدِ فَتَارَةً
يَقْدِرُ على إزَالَةِ كُلِّهَا أو بَعْضِهَا فَيَتَأَكَّدُ له
الزِّيَارَةُ مع وُجُودِ تِلْكَ الْمَفَاسِدِ لِيُزِيلَ منها ما قَدَرَ
عليه وَتَارَةً لَا يَقْدِرُ على إزَالَةِ شَيْءٍ منها فَالْأَوْلَى له
الزِّيَارَةُ في غَيْرِ زَمَنِ تِلْكَ الْمَفَاسِدِ بَلْ لو قِيلَ يُمْنَعُ
منها حِينَئِذٍ لم يَبْعُدْ
وَمَنْ أَطْلَقَ الْمَنْعَ من الزِّيَارَةِ
خَوْفَ ذلك الِاخْتِلَاطِ يَلْزَمُهُ إطْلَاقُ مَنْعِ نَحْوِ الطَّوَافِ
وَالرَّمَلِ بَلْ وَالْوُقُوفِ بِعَرَفَةَ أو مُزْدَلِفَةَ وَالرَّمْيِ
إذَا خُشِيَ الِاخْتِلَاطُ أو نَحْوُهُ فلما لم يَمْنَعْ الْأَئِمَّةُ شيئا
من ذلك مع أَنَّ فيه اخْتِلَاطًا أَيَّ اخْتِلَاطٍ وَإِنَّمَا مَنَعُوا
نَفْسَ الِاخْتِلَاطِ لَا غَيْرُ فَكَذَلِكَ هُنَا وَلَا تَغْتَرَّ
بِخِلَافِ من أَنْكَرَ الزِّيَارَةَ خَشْيَةَ الِاخْتِلَاطِ فإنه
يَتَعَيَّنُ حَمْلُ كَلَامِهِ على ما فَصَّلْنَاهُ وَقَرَّرْنَاهُ وَإِلَّا
لم يَكُنْ له وَجْهٌ
Ditanya ra dengan dia dari mengunjungi makam
orang-orang kudus dalam waktu tertentu dengan perjalanan ke Apakah
diperbolehkan meskipun dia bertemu ketika mereka kuburan banyak
kejahatan komplikasi laki-laki dan perempuan dan Asiraj pelana banyak
dan begitu dia menjawab mengunjungi makam orang-orang kudus kandung
kemih yang tidak diinginkan serta perjalanan ke dan berkata Sheikh Abu
Muhammad bukan perjalanan mustahabb hanya untuk perdamaian saw menjawab
Ghazali yang diukur pada perjalanan blok tiga masjid dengan kejelasan
perbedaannya adalah dengan pengecualian dari tiga masjid datar dalam
kredit tidak ada titik dalam perjalanan untuk itu dan orang tua mereka
متفاوتون dalam kedekatan Allah dan kepentingan pengunjung, menurut
pengetahuan mereka dan rahasia mereka adalah untuk perjalanan mereka
kegunaan bunga itu kemudian diberlakukan perjalanan kepada mereka hanya
untuk laki-laki dengan maksud untuk itu dan memegang bersumpah sebagai
disederhanakan pidato dalam menjelaskan العباب termasuk tidak lebih pada
digolongkan dan mengeditnya dan menunjukkan cairan dari orang-mode atau
Valqhrb tabu tidak memberikan seperti ini, tapi pria tersebut
melakukannya dan penolakan mode dan bahkan dihapus ons tersebut
Para
ulama laki-laki dalam delegasi pradaksina serta tugas yang dia lakukan,
bahkan dengan kehadiran perempuan, serta pasir, tapi memerintahkan dia
untuk dimensi tentang mereka فكذا kunjungi melakukannya tetapi hanya
mereka dan menyelesaikan apa yang dianggap tabu dan bahkan menghilangkan
bahwa sebanyak lebih jika tidak difasilitasi kunjungannya, tetapi
dengan adanya kejahatan tersebut difasilitasi Dengan tidak jahat
Kadang-kadang diperkirakan untuk menghapus semua atau bagian dari Fatakd
kunjungannya dengan adanya kejahatan tersebut untuk menghapusnya
sebanyak dia dan kadang-kadang tidak dapat menghapus sesuatu yang lebih
baik untuk kunjungan nya ke orang jahat bahkan jika dikatakan untuk
mencegah mereka kemudian tidak berpaling
Itu dicegah dari mengunjungi
takut bahwa pencampuran wajib untuk meluncurkan mencegah beberapa
berkeliaran, pasir dan bahkan berdiri Arafah dan Muzdalifah dan
melemparkan jika ia takut pencampuran atau jadi ketika ia tidak mencegah
para imam apa-apa dengan yang menyulitkan komplikasi apapun, tetapi
membantah sama pencampuran tidak non-begitu juga di sini dan tidak
tertipu oleh selain dari membantah kunjungan karena takut pencampuran
harus membawa kata-katanya pada apa فصلناه dan قررناه dinyatakan tidak
memiliki wajah
fatwal kubro il fiqhiyah 2 /24
Pozank Bin Puzink >>> Ikut
Termasuk Madzinnatul Ikhtilath. Dan hukumnya di tafsil / perinci sebagai berikut
1. HARAM dan termasuk dosa besar apabila yakin akan adanya fitnah (Seperti kita saling gnobrol dll)
bersentuhan, berpacaran, dan lain lain)
2. HARAM yang bukan termasuk dosa besar apabila ada prasangka kuat akan terjadinya fitnah.
3. MAKRUH apabila ada kekhawatiran akan terjadinya fitnah.
4. MUBAH (Boleh) apabila yakin tidak adanya fitnah.
Ihya’ ‘Ulumuddin Juz IV Hal. 36
I’anatuth Tholibin Juz III Hal 263
Al majmu’ Juz IV Hal. 484
Is’adurrofiq Juz II Hal. 67 dan 136
Referensi
ﻭﻓﻰ ﺍﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻟﻺﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻰ ﻣﺎﻧﺼﻪ
ﻭﺗﺤﺼﻞ ﻣﻈﻨﺔ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻭﻧﻌﻨﻰ ﺑﺎﻟﻤﻈﻨﺔ ﻣﺎ ﻳﺘﻌﺮﺽ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﻪ ﻟﻮﻗﻮﻉ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻏﺎﻟﺒﺎ ﺇﻫـ
ﻭﻓﻰ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﻟﻠﻌﻼﻣﺔ ﺃﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺷﻄﺎ ﺍﻟﺪﻣﻴﺎﻃﻰ ﻣﺎﻧﺼﻪ
ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺼﻼﺡ : ﻭﻟﻴﺲ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﺑﺨﻮﻑ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻏﻠﺒﺔ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﻮﻗﻮﻋﻬﺎ ﺑﻞ ﻳﻜﻔﻰ ﺃﻥ ﻻﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻧﺎﺩﺭﺍ ﺇﻫـ
ﻭﻓﻰ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﻟﻼﻣﺎﻡ ﺯﻛﺮﻳﺎ ﻣﺤﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺑﻦ ﺷﺮﻑ ﺍﻟﻨﻮﻭﻯ ﻣﺎﻧﺼﻪ
ﻭﻗﺪ ﻧﻘﻞ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺣﻀﺮﺕ ﻭﺻﻠﺖ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺟﺎﺯ ﻭﻗﺪ ﺛﺒﺘﺖ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ
ﺍﻟﻤﺴﺘﻔﻴﻀﺔ ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻛﻦ ﻳﺼﻠﻴﻦ ﺧﻠﻒ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻰ ﻣﺴﺠﺪﻩ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻭﻷﻥ
ﺍﺧﺘﻼﻁ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺑﺎﻟﺮﺟﺎﻝ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺧﻠﻮﺓ ﻟﻴﺲ ﺑﺤﺮﺍﻡ ﺇﻫـ
ﻭﻓﻰ ﺇﺳﻌﺎﺩ ﺍﻟﺮﻓﻴﻖ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﺎﻟﻢ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﺎ ﺑﺼﻴﻞ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ
ﺧﺎﺗﻤﺔ { ﻣﻦ ﺃﻗﺒﺢ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻭﺃﺷﺪ ﺍﻟﻤﺤﻈﻮﺭﺍﺕ ﺍﺧﺘﻼﻁ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺑﺎﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻤﻮﻋﺎﺕ ﻟﻤﺎ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ
ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻭﺍﻟﻔﺘﻦ ﺍﻟﻘﺒﻴﺤﺔ ﺇﻫـ
5- ﻭﻓﻰ ﺍﺳﻌﺎﺩ ﺍﻟﺮﻓﻴﻖ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﺎﻟﻢ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﺎ ﺑﺼﻴﻞ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻣﺎﻧﺼﻪ
ﻗﺎﻝ ﻓﻰ ﺍﻟﺰﻭﺍﺟﺮ ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺒﺎﺋﺮ ﻟﺼﺮﻳﺢ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻳﻨﺒﻐﻰ ﺣﻤﻠﻪ ﻟﻴﻮﺍﻓﻖ ﻗﻮﺍﻋﺪﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺍﺫﺍ ﺗﺤﻘﻘﺖ
ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﺃﻣﺎ ﻣﺠﺮﺩ ﺧﺸﻴﺘﻬﺎ ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻭﻣﻊ ﻇﻨﻬﺎ ﺣﺮﺍﻡ ﻏﻴﺮ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﺇﻫـLink Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485983878139639/?comment_id=486405381430822&offset=0&total_comments=42