Sabtu, 27 April 2013

HUKUM MEMELIHARA JENGGOT

Ishak Doank
maaf sebelumnya
....as... Apa hukum orang yang punya jengot, dan apa dalil ya.....


JAWABAN
FaNo Cahyono
>>> Assalamu'alaykum warahmatullahy wabarakatuh....maaf sbelum aku jawab pertanyaan saudara,,ane ingatkan ucapkanlah salam sbelum ajukan pertanyaan.

Hukum memelihara jenggot menurut agama islam disunnahkan,,

وأما إعفاء اللحية: فلا شك بأنه سنة مطلوبه لقوله صلّى الله عليه وسلم : «خالفوا المشركين، أحْفُوا الشوارب، وأوفوا اللِّحى» ، «جُزُّوا الشوارب وأرْخُوا اللحى، خالفوا المجوس» وروت عائشة: «عشر من الفطرة: قص الشارب، وإعفاء اللحية، والسواك...» الحديث، وعن ابن عمر عن النبي صلّى الله عليه وسلم : «أنه أمر بإحفاء الشوارب، وإعفاء اللحية» (2) .ومعنى إحفاء الشوارب: قص ما طال على الشفتين، حتى يبين بياضهما.ومعنى إعفاء اللحية: توفيرها، خلافاً لما كان من عادة الفرس من قص اللحية، فنهى الشرع عن ذلك.وقد حرم المالكية والحنابلة حلقها، واعتبر الحنفية حلقها مكروهاً تحريمياً، والمسنون في اللحية هو القبضة، وأما الأخذ منها دون ذلك أو أخذها كلها فلا يجوز (3) . وقال الشافعية بكراهية حلقها، فقد ذكر النووي أن العلماء ذكروا عشر خصال مكروهة في اللحية، بعضها أشد من بعض، منها حلقها إلا إذا نبت للمرأة لحية، فيستحب لها حلقها (4

Sedang hukum membiarkan jenggot maka tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya adalah sunah yang dianjurkan berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW :“Bedailah orang-orang musyrik, Cukurlah kumis kalian dan biarkanlah jenggot kalian”“Cukurlah kumis kalian dan biarkanlahjenggot kalian, maka kalian akan menyelisihi orang-orang majusi”Dan ‘Aisyah meriwayatkan, bersabda Rasulullah saw. “Sepuluh yang termasuk fitrah : Mencukur kumis, membiarkanjanggut, menggosok gigi, berkumur, memotong kuku, membersihkan kotoran di badan, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan bercebok”.Dari Ibn Amr dari Nabi SAW “Sesungguhnya Nabi memerintahkan menyamarkan kumis dan membiarkan jenggot”Arti menyamarkan kumis adalah memotong rambut kumis yang memanjang dari kedua bibir hingga terlihat warna putih dari kedua bibirnya, sedang arti membiarkan jenggot adalah menyempurnakannya/tidak menguranginya, berbeda dengan kebiasaan orang-orang persia yang mencukur jenggot mereka, maka syara’ melarangnya.PERNYATAAN PARA ULAMA TENTANG HUKUM MENCUKUR JENGGOT DARI DALIL-DALIL HADITS DIATASKalangan Malikiyyah dan Hanabilah memilih hukum haram mencukur jenggot bagi pria, sedang kalangan Hanafiyyahmenghukuminya makruh tahrim, yang disunahkan dalam jenggot menurut mereka tersisa segenggam tangan, sedang mengambil lebih sedikit dari ukuran tersebut atau menghilangkannya sama sekali maka tidak diperbolehkan.Kalangan Syafi’iyyah lebih cenderung memilih hukum makruh mencukur jenggot, Imam an-Nawawy bahkan menuturkan bahwa terdapat sepuluh hal yang oleh para ulama dipandang makruh dalam hal jenggot diantaranya adalah mencukur jenggot kecuali bagi wanita yang tumbuh jenggotnya maka dianjurkan baginya untuk mencukurnya.al-Fiqh al-Islaam IV/208Wallaahu A'lamu Bis showaab.


Kudung Khantil Harsandi Muhammad
 ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ
ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﻓِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ ﻭَﺃَﺣْﻔُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺞَّ ﺃَﻭْ ﺍﻋْﺘَﻤَﺮَ ﻗَﺒَﺾَ ﻋَﻠَﻰ ﻟِﺤْﻴَﺘِﻪِ
ﻓَﻤَﺎ ﻓَﻀَﻞَ ﺃَﺧَﺬَﻩ

Di riwayatkan dari Abdulloh bin Umar dari Nabi Muhammad SAW,
Beliau bersabda “ Tampillah kalian berbeda
dengan orang-orang musyrik, peliharalah
jenggot dan cukurlah kumis”.
Dan ketika
Ibnu Umar melaksanakan haji atau umrah,
beliau memegang jenggotnya, dan beliau pun
memotong bagian yang melebihi
genggamannya''.

HR. Bukhari, no.5442


PERINTAH NABI SAW AGAR
MEMELIHARA
JENGGOT

Hadits pertama, dari
Ibnu Umar,
Nabi saw bersabda;
ﺃَﺣْﻔُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ ﻭَﺃَﻋْﻔُﻮﺍ
ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ

Potong pendeklah
kumis dan biarkanlah
(peliharalah)
jenggot.
HR. MUSLIM NO. 623

Hadits kedua, dari
Ibnu Umar,
Nabi saw bersabda;
ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﺃَﺣْﻔُﻮﺍ
ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ ﻭَﺃَﻭْﻓُﻮﺍ ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ

Selisilah orang-orang
musyrik. Potong
pendeklah kumis dan
biarkanlah
jenggot.
HR. MUSLIM NO. 625

Hadits ketiga, dari
Ibnu Umar,
beliau berkata;
ﺃَﻧَّﻪُ ﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺈِﺣْﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏِ
ﻭَﺇِﻋْﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﻠِّﺤْﻴَﺔِ.

Beliau saw
memerintahkan
untuk memotong
pendek kumis dan
membiarkan
(memelihara)
jenggot.
HR. MUSLIM NO. 624

Hadits keempat, dari
Abu Huroiroh,
Rasululloh saw
bersabda;
ﺟُﺰُّﻭﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ ﻭَﺃَﺭْﺧُﻮﺍ
ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻤَﺠُﻮﺱَ

Pendekkanlah kumis
dan biarkanlah
(perihalah) jenggot
dan selisilah
Majusi.
HR. MUSLIM NO. 626

Hadits kelima, dari
Ibnu Umar,
Rasulullah saw
bersabda;
ﺍﻧْﻬَﻜُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ ، ﻭَﺃَﻋْﻔُﻮﺍ
ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ

Cukur habislah
kumis dan biarkanlah
(peliharalah)
jenggot.
HR. BUKHARI NO. 5893

Hadits keenam, dari
Ibnu Umar, Nabi
saw bersabda;
ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ، ﻭَﻓِّﺮُﻭﺍ
ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ ، ﻭَﺃَﺣْﻔُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ

Selisilah orang-orang
musyrik. Biarkanlah
jenggot dan
pendekkanlah
kumis.
HR. BUKHORI, NO. 5892

Ulama besar
Syafiiyyah imam
Nawawi
mengatakan ;
Kesimpulannya ada
lima riwayat yang
menggunakan lafadz,
ﺃَﻋْﻔُﻮﺍ ﻭَﺃَﻭْﻓُﻮﺍ ﻭَﺃَﺭْﺧُﻮﺍ
ﻭَﺃَﺭْﺟُﻮﺍ ﻭَﻭَﻓِّﺮُﻭﺍ

Semua lafadz tersebut
bermakna
membiarkan jenggot
tersebut
sebagaimana
adanya.
Lihat Syarh Muslim,
imm Nawawi 1/416,
Maktabah
Syamilah

Imam Nawawi dalam Majmu'nya, Bahwasanya anjuran untuk membiarkan jenggot menurut imam Al Khothobi dan yang lainnya adalah memelihara dan tidak mencukurnya.

Al Majmu' juz I hal.290-291
ﻓﺮﻉ
ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻥ ﺇﻋﻔﺎﺀ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻣﻦﺍﻟﻔﻄﺮﺓ
ﻓﺎﻹﻋﻔﺎﺀ ﺑﺎﻟﻤﺪ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ : ﻫﻮﺗﻮﻓﻴﺮﻫﺎ
ﻭﺗﺮﻛﻬﺎ ﺑﻼ ﻗﺺ ، ﻛﺮﻩ ﻟﻨﺎ ﻗﺼﻬﺎ ﻛﻔﻌﻞﺍﻷﻋﺎﺟﻢ ، ﻗﺎﻝ :
ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺯﻱ ﻛﺴﺮﻯ ﻗﺺ ﺍﻟﻠﺤﻰﻭﺗﻮﻓﻲﺭ ﺍﻟﺸﻮﺍﺭﺏ ،
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﺍﻹﺣﻴﺎﺀ : ﺍﺧﺘﻠﻒﺍﻟﺴﻠﻒ ﻓﻴﻤﺎ ﻃﺎﻝ ﻣﻦ
ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻓﻘﻴﻞ : ﻻ ﺑﺄﺱ ﺃﻥﻳﻘﺒﺾ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻳﻘﺺ ﻣﺎ ﺗﺤﺖ
ﺍﻟﻘﺒﻀﺔ ، ﻓﻌﻠﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮﺛﻢ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ،
ﻭﺍﺳﺘﺤﺴﻨﻪ ﺍﻟﺸﻌﺒﻲ ﻭﺍﺑﻦﺳﻴﺮﻳﻦ ، ﻭﻛﺮﻫﻪ ﺍﻟﺤﺴﻦ
ﻭﻗﺘﺎﺩﺓ ، ﻭﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻳﺘﺮﻛﻬﺎﻋﺎﻓﻴﺔ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ : { ﻭﺍﻋﻔﻮﺍ ﺍﻟﻠﺤﻰ } : ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ :
ﻭﺍﻷﻣﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﻗﺮﻳﺐ ﺇﺫﺍﻟﻢ ﻳﻨﺘﻪ ﺇﻟﻰ ﺗﻘﺼﻴﺼﻬﺎ ; ﻷﻥ
ﺍﻟﻄﻮﻝ ﺍﻟﻤﻔﺮﻁ ﻗﺪ ﻳﺸﻮﻩﺍﻟﺨﻠﻘﺔ . ﻫﺬﺍ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ
ﻭﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺍﻷﺧﺬﻣﻨﻬﺎ ﻣﻄﻠﻘﺎ ، ﺑﻞ ﻳﺘﺮﻛﻬﺎ ﻋﻠﻰ
ﺣﺎﻟﻬﺎ ﻛﻴﻒ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻠﺤﺪﻳﺚﺍﻟﺼﺤﻴﺢ " { ﻭﺍﻋﻔﻮﺍ ﺍﻟﻠﺤﻰ " } ،
ﻭﺃﻣﺎ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦﺷﻌﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺟﺪﻩ { ﺃﻥ
ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢ : ﻛﺎﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻟﺤﻴﺘﻪ ﻣﻦ
ﻋﺮﺿﻬﺎ ﻭﻃﻮﻟﻬﺎ " }ﻓﺮﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺿﻌﻴﻒ ﻻ
ﻳﺤﺘﺞ ﺑﻪ

ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﺫﺍ ﻧﺒﺘﺖ ﻟﻬﺎ ﻟﺤﻴﺔ ﻓﻴﺴﺘﺤﺐ ﺣﻠﻘﻬﺎ ، ﺻﺮﺡ
ﺑﻪ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﺸﺎﺭﺏ ﻭﺍﻟﻌﻨﻔﻘﺔ ﻟﻬﺎ ،
ﻫﺬﺍ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﻭﻗﺎﻝ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ : ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻬﺎ ﺣﻠﻖ
ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻻ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﺘﻬﺎ ﺑﺰﻳﺎﺩﺓ
ﻭﻻ ﻧﻘﺺ
ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻷﺧﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﺎﺟﺒﻴﻦ ﺇﺫﺍ ﻃﺎﻻ ﻓﻠﻢ ﺃﺭ ﻓﻴﻪ ﺷﻴﺌﺎ
ﻷﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ، ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻜﺮﻩ ﻷﻧﻪ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﻟﺨﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ
ﻳﺜﺒﺖ ﻓﻴﻪ ﺷﻲﺀ ﻓﻜﺮﻩ ، ﻭﺫﻛﺮ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺃﺣﻤﺪ ﺃﻧﻪ
ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ، ﻗﺎﻝ : ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺣﻤﺪ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻭﺣﻜﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﻋﻦ
ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ : ﺗﻜﺮﻩ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻓﻲ
ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻭﺍﻟﻨﻘﺺ ﻣﻨﻬﺎ ، ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﺰﻳﺪ ﻓﻲ ﺷﻌﺮ .
ﺍﻟﻌﺬﺍﺭﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﺼﺪﻏﻴﻦ ﺇﺫﺍ ﺣﻠﻖ ﺭﺃﺳﻪ ، ﺃﻭ ﻳﻨﺰﻝ
ﻓﻴﺤﻠﻖ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﺬﺍﺭﻳﻦ ، ﻗﺎﻝ : ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻧﺘﻒ ﺟﺎﻧﺒﻲ
ﺍﻟﻌﻨﻔﻘﺔ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﻐﻴﺮ ﺷﻴﺌﺎ ، ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ
ﺣﻨﺒﻞ : ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺤﻠﻖ ﻣﺎ ﺗﺤﺖ ﺣﻠﻘﻪ ﻣﻦ ﻟﺤﻴﺘﻪ ، ﻭﻻ
ﻳﻘﺺ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻣﻨﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﻀﺔ ﺍﻟﻴﺪ ، ﻭﺭﻭﻱ ﻧﺤﻮﻩ ﻋﻦ
ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻃﺎﻭﺱ ﻭﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﺃﻭﻻ ﻫﻮ
ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ


Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/486219651449395/

TAUBAT KEPADA ALAAH BAGI PELAKU DOSA

Azalia Audrey
aSSAlamualakum
Jika cewek dan cowok sudah banyaaaaaaaak dosa contoh ciuman bibir sam lain buka mahrom
tapi tidak berzina kalau tobat pakah akan diterima?


JAWABAN
Kakek Jhosy
>>> Wa'alaikum salam wr wb
sebesar apapun dosanya kalau ia sungguh2 bertaubat dan tidak ingin mengulanginya pebuatanya maka akan mengampuninya dosa-nya
Allah berfirman dalam surat an-nur:

وتوبوا الى الله جميعاايه المؤمنون لعلكم تفلحون
Artinya” dan taubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman pada Allah supaya kalian termasuk orang-orang yang beruntung”

Allah swt berfirman:
ان الله يحب التوا بين ويحب المتطهرين
sesungguhnya Allah swt itu mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersuci "

Imam Athobaroni dan iamam al Baihaqi meriwayatkan hadits nabi;
التائب حبيب الله والتائب من الذنب كمن لا ذنب له
orang yang bertaubat itu adalah kekasih allah, dan orang yang bertaubat dari dosa itu bagaikan orang yang mempunyai dosa”

قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم
Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang meĀlampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Az Zumar :53)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini : Ayat yang mulia ini merupakan seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik orang-orang kafir atau lainnya, untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah). Ayat ini juga memberitakan bahwa Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa tersebutan meninggalkannya, walaupun dosa apapun juga, walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa arti pengampunan Allah (dalam ayat ini) dengan tanpa taubat, karena orang yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni oleh Allah.
(Tafsir Ibnu Katsir, surat Az-Zumar: 53)

Bahkan sesungguhnya Allah sangat bergembira dengan taubat seseorang di antara hambaNya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
Sesungguhnya Allah lebih sangat gembira dengan taubat hambaNya ketika bertaubat kepadaNya, daripada (gembiranya) seseorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya, di tanah yang gersang. Kemudian kendaraannya lari darinya, sedangkan di atasnya terdapat makanan dan minumannya, sehingga dia putus asa darinya. Lalu dia mendatangi sebuah pohon, kemudian berbaring di bawah naungannya, dia telah putus asa dari kendaraannya. Ketika dia dalam keadaan demikian tiba-tiba kendaraannya berdiri di dekatnya, lalu dia memegang kendalinya. Kemudian dia berkata karena sangat gembiranya: “Wahai Allah Engkau adalah hambaKu, dan aku adalah RabbMu (TuhanMu)Dia keliru berkata sangat gembiranya. [HSR. Bukhari no:6308; Muslim no: 2747, lafazh bagi Muslim.

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(An Nisaa : 48)
Ayat semisal ini juga tersebut di dalam surat yang sama ayat 116:

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُوَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
(An Nisaa : 116)

Setelah menjelaskan tentang kezhaliman syirik, syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini untuk orang yang tidak bertaubat. Adapaun orang yang bertaubat, maka dosa syirik dan dosanya yang lain akan diampuni, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar :53), yaitu (Allah akan mengampuni semua dosa) bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali kepadaNya

Wallohu A'lam bis shawab


Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485964181474942/?comment_id=486108104793883&offset=0&total_comments=91

SHALAT BERJAMA'AH DILAKUKAN DGN CEPAT (Dan lebih utama mana shalat sendirian atau berjama'ah)

Abbi InGin Setyaclalu
Saudaraku mau tanya.
Lebh baekan mana sholat jamaah dgn sendiri ( kalo jama'ah biasa cpt kilat ga kusyu'.
Kalao sendiri it lbh nyaman dan lama dlm arti blm kusyuk tpi mudah2n mendakti.)
Mhn saran nya


JAWABAN
Kakek Jhosy
>>> SEKEDAR PEMBAHSAN Shalat Berjama’ah Dilakukan dengan Cepat

Para ulama’ seringkali menekankan agar menjalankan shalat dengan khusyu’, karena khusyu’ merupakan syarat diterimanya shalat kita di sisi Allah Swt. Akan tetapi banyak diantara golongan yang ketika shalat berjama’ah baik shalat fardhu maupun shalat sunnah dilakukan dengan cepat, terutama ketika shalat tarawih pada waktu bulan Ramadlan. Bagaimanakah hukum shalat berjama’ah yang dilakukan dengan cepat?

1 Tidak sah, apabila kehilangan tuma’ninah atau sampai menghilangkan huruf-huruf surat al-Fatihah.

قاَلَ قُطْبُ اْلإِرْشَادِ سَيِّدُنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَلْوِي اْلحَدَّادُ فيِ النَّصَائِحِ وَلْيَحْذَرْ مِنَ التَّخْفِيْفِ اْلمُفْرِطِ الَّذِيْ يَعْتَادُهُ كَثِيرٌ مِنَ اْلجَهَلَةِ فيِ صَلاَِتهِمْ لِلتَّرَاوِيْحِ حَتىَّ رُبمَّاَ يَقَعُوْنَ بِسَبَبِهِ فيِ اْلإِخْلاَلِ بِشَيْءٍ مِنَ اْلوَاجِبَاتِ مِثْلِ تَرْكِ الطُّمَأْنِيْنَةِ فيِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ وَتَرْكِ قِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ عَلىَ الْْوَجْهِ الًّذِيْ لاَ بُدَّ مِنْهُ بِسَبَبِ اْلعَجَلَةِ فَيَصِيْرُ أَحَدُهُمْ عِنْدَ اللهِ لاَ هُوَ صَلَّى فَفَازَ بِالثَّوَابِ وَلاَ هُوَ تَرَكَ فَاعْتَرَفَ بِالتَّقْصِيرْ ِوَسَلَّمَ مِنَ اْلإِعْجَابِ وَهَذِهِ وَمَا أَشْبَهَهَا مِنْ أَعْظَمِ مَكَايِدِ الشَّيْطَانِ ِلأَهْلِ اْلإِيمْاَنِ يُبْطِلُ عَمَلَ اْلعَامِلِ مِنْهُمْ عَمِلَهُ مَعَ فِعْلِهِ لِلْعَمَلِ فَاحْذَرُوْا مِنْ ذَلِكَ وََتنَبَّهُوْا لَهُ مَعَاشِرَ اْلإِخْوَانِ وَإِذَا صَلَّيْتُمْ التَّرَوِايْحَ وَغَيْرَهَا مِنَ الصَّلَوَاتِ فَأَتمُِّوْا اْلقِيَامَ وَاْلقِرَاءَةَ وَالرُّكُوْعَ وَالسُّجُوْدَ وَاْلخُشُوْعَ وَاْلحُضُوْرَ وَسَائِرَ اْلأَرْكَانِ وَاْلآدَابِ وَلاَ تَجْعَلُوْا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَإِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانُ عَلَى اَّلذِيْنَ آمَنُوْا وَعَلَى رَبهِِّمْ يَتَوَكَّلُوْنَ فَكُوْنُوْا مِنْهُمْ إِنمَّاَ سُلْطَانُهُ عَلَى اَّلذِيْنَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُوْنَ فَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْهُمْ اهـ (اعانة الطالبين ج 1 ص 265 )

Quthbu al-Irsyad sayyidina Abdullah bin Alwi mengatakan di dalam kitab al-Nashaa’inHindarilah pelaksanaan shalat dengan amat cepat seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang yang bodoh dalam melakukan shalat tarawih, yang karena sangat cepatnya mungkin mereka melewatkan sebagian rukun, seperti tanpa thuma’ninah di dalam ruku’ dan sujud, atau membaca surat al-Fatihah tidak dengan sebenarnya karena tergesah-gesa, sehingga shalat salah seorang di antara mereka tidak dinilai oleh Allah Swt. Sebagai shalat yang berpahala, tetapi mereka tidak dianggap meninggalkan shalat. Orang tersebut salam (menutup shalat) dengan bangga (karena bisa melaksanakannya secara cepat). Hal itu dan sejenisnya termasuk tipu daya syetan yang paling besar kepada orang yang beriman untuk merusak amal ibadah yang ia kerjakan. Karena itu, berhati-hatilah dan waspadalah wahai saudara-saudaraku. Apabila anda melaksanakan shalat tarawih dan shalat yang lain maka sempurnakanlah berdirinya, bacaan fatihahnya, ruku’nya, sujudnya, khusu’nya, hudhur-nya, rukun-rukunnya dan adabnya. Janganlah anda menjadikan setan sebagai penguasa diri anda, karena setan tidak mampu mengusai orang-orang yang beriman yang bertawakkal kepada Allah Swt., maka beradalah di dalam kelompok mereka, karena setan itu mampu menguasai orang-orang yang menolongnya dan orang-orang yang menyekutukan Allah Swt. Janganlah anda termasuk orang-orang ini. (I’anah al-thalibin juz 1 halaman 265)

2 Sah, selama masih memenuhi syarat dan rukun shalat itu sendiri, misalnya terpenuhi unsur tuma’ninah. Sesuai dengan hadits Nabi;
كَانَ أَخَفّ النَّاسِ صَلاَةً عَلىَ النَّاسِ وَأَطُوْلُ النَّاسِ صَلاَةً عَنِ النَّاسِ (الجامع الصغير الجزء 2 ص 100)
Nabi Saw. Itu orang yang paling cepat shalatnya ketika mengimami manusia dan orang yang paling lama ketika shalat sendiri. (al-Jami’ al-Shaghir, juz II, hal. 100)

Dan dalam kitab Bujarami ‘Ala al-Khatib juz 2 halaman 126 disebutkan: disunnahkan bagi imam untuk mempercepat shalat dengan tetap menjaga sunnah ab’ad dan sunnah hai’at.
وَيُنْدَبُ أَنْ يُخَفِّفَ الْإِمَامُ مَعَ فِعْلِ الْأَبْعَاضِ وَالْهَيْئَاتِ . ( بجيرامى على الخطيب الجزء 2 ص 126


Wes Qie>>> AL BAJURI 1/192
WALAU KAANA BICHAITSU IDZAA SHOLLAA MUNFARIDAN KHOSYA'A WAIDZAA SHOLLAA FIIL JAMAA'ATI LAM YAKHSYA' FAL INFIROODU AFDLOLU MINAL JAMAA'ATI HAKADZAA AFTAL GHOZALII WATAABI'AHU IBNU 'ABDISSALAM

Apabila solat sendiri jauh lebg husyu' sedangkan solat dg berjamaah tidak husyu' maka sholat sendiri lebih utama menurut imam ghozali dan abdus salam

Link asal
http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485923684812325/

MENBACA DOA SESUDAH BACA SHALAWAT DALAM TAHYAT AKHIR

Azalia Audrey
Assalamulaikum wr wb
Apa saja yang disunnahkan membaca doa dalam tahyat akhir sesudah sholawat?


JAWABAN
Ifas Irama II
>>> Wa'alaikum salam
Ini saya ambil jawaban dari Bahtsul masail Diniyah
Jawaban ustadz Brojol Gemblung dan Ustadz Kakek Jhosy

>>> Brojol Gemblunga <<<
pabila do'anya ma`tsur maka boleh bagi orang yg tidak bisa berbahasa arab untuk menterjemahnya atau membaca terjemahannya. Namun tidak boleh bagi orang yg bisa berbahasa arab menurut qaul ashoh.

- apabila do'anya tidak ma`tsur atau mengarang sendiri maka tidak boleh membaca terjemahannya, baik bagi orang yg bisa atau tidak bisa berbahasa arab, dan shalatnya dihukumi batal.

ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ - ﻣﻐﻨﻲ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ 2/407 :

ﻭَﻳُﺘَﺮْﺟِﻢُ ﻟِﻠﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭﺏِ ﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻟَﺎ ﺍﻟْﻘَﺎﺩِﺭُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ
£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك£ك
ﺍﻟﺸﺮْﺡُ

ﻭَﻳُﺘَﺮْﺟِﻢُ ﻟِﻠﺪُّﻋَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭﺏِ ﻭَﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭﺏِ ﻧَﺪْﺑًﺎ ﻛَﺎﻟْﻘُﻨُﻮﺕِ ﻭَﺗَﻜْﺒِﻴﺮَﺍﺕِ ﺍﻟِﺎﻧْﺘِﻘَﺎﻟَﺎﺕِ ﻭَﺗَﺴْﺒِﻴﺤَﺎﺕِ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮﻉِ ﻭَﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻟِﻌُﺬْﺭِﻩِ ﻟَﺎ ﺍﻟْﻘَﺎﺩِﺭُ ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﻋُﺬْﺭِﻩِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ ﻛَﺎﻟْﻮَﺍﺟِﺐِ ﻟِﺤِﻴَﺎﺯَﺓِ ﺍﻟْﻔَﻀِﻴﻠَﺔِ .

ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ : ﻳَﺠُﻮﺯُ ﻟِﻠْﻘَﺎﺩِﺭِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟِﻘِﻴَﺎﻡِ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻌَﺮَﺑِﻴَّﺔِ ﻣَﻘَﺎﻣَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺍﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ . ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ : ﻟَﺎ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ، ﺇﺫْ ﻟَﺎ ﺿَﺮُﻭﺭَﺓَ ﺇﻟَﻴْﻬِﻤَﺎ ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟْﻮَﺍﺟِﺐِ ، ﻭَﻟَﻔْﻆُ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭﺏِ ﺯَﺍﺩَﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ، ﻭَﻟَﻮْ ﻋَﺒَّﺮَ ﺑِﺎﻟْﻤَﺄْﺛُﻮﺭِ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻭْﻟَﻰ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑَ ﺍﻟْﻤَﺬْﻛُﻮﺭَ ﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺄْﺛُﻮﺭِ .

ﺃَﻣَّﺎ ﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻤَﺄْﺛُﻮﺭِ ﺑِﺄَﻥْ ﺍﺧْﺘَﺮَﻉَ ﺩُﻋَﺎﺀً ﺃَﻭْ ﺫِﻛْﺮًﺍ ﺑِﺎﻟْﻌَﺠَﻤِﻴَّﺔِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﻛَﻤَﺎ ﻧَﻘَﻠَﻪُ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲُّ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺗَﺼْﺮِﻳﺤًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰ ، ﻭَﺍﻗْﺘَﺼَﺮَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﻭْﺿَﺔِ ﻭَﺇِﺷْﻌَﺎﺭًﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔِ ، ﻭَﺗَﺒْﻄُﻞُ ﺑِﻪِ ﺻَﻠَﺎﺗُﻪُ

>>>> Kakek Jhosy <<<<
Adapun Doa dalam tasyahhud akhir sesudah membaca shalawat adalah sunnah

Menurut Hanafiyyah sunnah berdoa dengan doa yang menyerupai lafadz-lafadz alqur'an seperti " ربنا لا تزغ قلوبنا
atau " اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا وإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرةمن عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم
dan tidak berdoa yang menyerupai ucapan manusia seperti hal-nya doa
اللهم زوجني فلانة أو أعطني كذا من الذهب والفضة والمناصب

Menurut Malikiyyah sunnah berdoa sesudah shalawat doa untuk kebaikan dunia dan akhirat seperti "
اللهم اغفر لنا ولوالدينا ولأئمتنا ولمن سبقنا بالإيمان مغفرة عزما اللهم اغفر لنا ما قدمنا وما أخرنا وما أسررنا وما أعلمنا وما أنت أعلم به منا ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Menurut Syafi'ieyyah sunnah berdoa untuk kebaikan dunia akhirat seperti
اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أسرفت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر لا إله إلا أنت

Menurt sunnah berdoa dalam shalat tasyahud akhir seperti
أعوذ بالله من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات ومن فتنة المسيح الدجال

Referensi
الفقه على المذاهب الأربعة الجزء الأول ص ٣٢٩
ومنها الدعاء في التشهد الأخير بعد الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم وفيه تفصيل في المذاهب
الحنفية قالوا : يسن أن يدعو بما يشبه ألفاظ القرآن كأن يقول : " ربنا لا تزغ قلوبنا " أو بما يشبه ألفاظ السنة كأن يقول : " اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا وإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرةمن عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم " ولا يجوز له أن يدعو بما يشبه كلام الناس كأن يقول : اللهم زوجني فلانة أو أعطني كذا من الذهب والفضة والمناصب لأنه يبطلها قبل القعود بقدر التشهد ويفوت الواجب بعده قبل السلام
المالكية قالوا : يندب الدعاء في الجلوس الأخير بعد الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم وله أن يدعو بما شاء من خيري الدنيا والآخرة والأفضل الوارد ومنه : اللهم اغفر لنا ولوالدينا ولأئمتنا ولمن سبقنا بالإيمان مغفرة عزما اللهم اغفر لنا ما قدمنا وما أخرنا وما أسررنا وما أعلمنا وما أنت أعلم به منا ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
الشافعية قالوا : يسن الدعاء بعد الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم وقبل السلام بخيري الدين والدنيا ولا يجوز أن يدعو بشيء محرم أو مستحيل أو معلق فإن دعا بشيء من ذلك بطلت صلاته والأفضل أن يدعو بالمأثور عن النبي صلى الله عليه و سلم كأن يقول : " اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أسرفت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر لا إله إلا أنت " رواه مسلم ويسن أن لا يزيد الإمام في دعائه عن قدر التشهد والصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم
الحنابلة قالوا : يسن للمصلي بعد الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم في التشهد الأخير أن يقول : " أعوذ بالله من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات ومن فتنة المسيح الدجال " وله أن يدعو بما ورد أو بأمر الآخرة ولو لم يشبه ما ورد وله أن يدعو لشخص معين بغير كاف الخطاب وتبطل الصلاة بالدعاء بكاف الخطاب كأن يقول : اللهم أدخلك الجنة يا والدي . أما لو قال : اللهم أدخله الجنة فلا بأس به وليس له أن يدعو بما يقصد منه ملاذ الدنيا وشهواتها كأن يقول : اللهم الرزقني جارية حسناء أو طعاما لذيذا ونحوه فإن فعل ذلك بطلت صلاته ولا بأس بإطالة الدعاء ما لم يشق على مأموم


Dha Kho Chan >>> Cman mw nambah dikt

ﻓﺮﻉ: ﻗﺪ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﻓﺼﻞ ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ ﺍﻹﺣﺮﺍﻡ ﺑﻴﺎﻥ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻐﻴﺮ
ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ. ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ
ﻳﺪﻋﻮ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻪ ﺧﺎﺭﺝ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻣﻦ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﺪﻳﻦ
ﻭﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻟﻪ: ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺭﺯﻗﻨﻲ ﻛﺴﺒﺎ ﻃﻴﺒﺎ ﻭﻭﻟﺪﺍ ﻭﺩﺍﺭﺍ ﻭﺟﺎﺭﻳﺔ ﺣﺴﻨﺎﺀ
ﻳﺼﻔﻬﺎ، ﻭﺍﻟﻠﻬﻢ ﺧﻠﺺ ﻓﻼﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺠﻦ ﻭﺃﻫﻠﻚ ﻓﻼﻧﺎ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ. ﻭﻻ
ﻳﺒﻄﻞ ﺻﻼﺗﻪ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪﻧﺎ،
(AL-MAJMU')

berdo'a di dalam sholat, hukumnya boleh dan tidak
membatalkan sholat... boleh untuk semua do'a-doa
yg diperbolehkan di luar waktu sholat, baik baik
urusan dunia ataupun urusan akhirat


Link asal
http://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485374178200609/

MEMINTA MAAF KEPADA ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Aprilia Violetta
Assalamualaikum... mau tanyk ustad, gmn crnya mintk maaf sm org yg sudh meninggl...? trims..


JAWABAN
Dha Kho Chan >>>
 وعَلَيْكُمْ السلام وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Dosa kepada manusia ada 2:
1. Masalah MENYAKITI hati.

Jk sdh mninggal sya sarankan anda unt berziaroh kemakamnya ( jk tau makamnya) utarakan permintaan maaf anda kepadanya di makamnya. Krn jenazah muslim itu tau dan melihat siapa yg menziarahinya.

Imam Ibnu Hajar dalam Fatawi al Fiqhiyyah al
Kubra telah menjelaskan kalau mayit bisa
mengetahui orang yang menziarahinya dan dia akan
merasa tentram dengan orang kehadiran orang itu,
berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh
Ibnu Abu al Dunia,
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺭﺟﻞ ﻳﺰﻭﺭ ﻗﺒﺮ ﺃﺧﻴﻪ ﻭ ﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﻻ ﺍﺳﺘﺄﻧﺲ ﻭ ﺭﺩ ﺣﺘﻰ
ﻳﻘﻮﻡ
“Tidaklah dari seseorang yang menziarahi makam
saudaranya dan duduk didekatnya kecuali
saudaranya akan merasa tentram hingga dia berdiri
untuk pulang.”
Dan telah shahih hadits,
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﺣﺪ ﻳﻤﺮ ﺑﻘﺒﺮ ﺃﺧﻴﻪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻴﺴﻠﻢ
ﻋﻠﻴﻪ ﺇﻻ ﻋﺮﻓﻪ ﻭ ﺭﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ
“Tidaklah dari seseorang yang melewati makam
saudaranya yang mukmin yang dia mengenalnya di
dunia lalu dia bersalam kepadanya, melainkan
saudaranya itu akan mengenalnya dan menjawab
salamnya.”
Dari semua keterangan diatas, maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa mayit tahu orang yang
menziarahinya dan dia akan merasa dengan orang
itu hingga orang itu selesai dan pulang kerumahnya.

Setelah anda menyesali dan meminta maaf dimakamnya, mk langkah slanjutnya seringlah memintakan ampun atas dosanya ( mendoakannya) atau bersodakoh atas namanya. Krna ibadh yg dilakukan atas nama mayit akan sampai kpdnya. Dgn bgtu spa tau dia mnerima permintaan maaf anda.

2. Jk dosa anda berhubungan dgn hutang kpdnya mka bayarlah hutang tersebut. Krna dia udh mninggal mk bayarkan kpd ahli warisnya. Jk ahli warisnya tdk ada maka sodakohkanlah uang itu unt kemaslahatan umat islam atas nama almarhum. Agar pahalanya mngalir kpdnya dan dia disana lega krn jg mncicipi apa yg dia miliki di dunia.

ﺛﻢ ﺭﺃﻳﺖ ﻓﻰ ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻌﺎﺑﺪﻳﻦ ﻟﻠﻐﺰﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺍﻟﺘﻰ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ
ﺇﻣﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﻳﺠﺐ ﺭﺩﻩ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻜﻨﺔ ﻓﺈﻥ ﻋﺠﺰ ﻟﻔﻘﺮ ﺍﺳﺘﺤﻠﻪ ﻓﺈﻥ
ﻋﺠﺰ ﻋﻦ ﺍﺳﺘﺤﻼﻟﻪ ﻟﻐﻴﺒﺘﻪ ﺃﻭ ﻣﻮﺗﻪ ﻭﺃﻣﻜﻦ ﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﻋﻨﻪ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﺇﻻ
ﻓﻠﻴﻜﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﺴﻨﺎﺕ ﻭﻳﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﺘﻀﺮﻉ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻰ ﺃﻥ ﻳﺮﺿﻴﻪ
ﻋﻨﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ .ﺍﻫـ
“Kemudian aku melihat dalam kitab Minhaj
al-‘Aabidiin karya al-Ghozaly dikatakan : Bahwa dosa
yang terjadi antar sesama hamba-hamba Allah
adakalanya berhubungan dengan harta benda Dan
wajib mengembalikan harta tersebut (pada pemilik
harta) bila dalam kondisi berkemungkinan, bila tidak
mampu karena kefakirannya maka mintalah halal
darinya, bila tidak mampu meminta halal karena
ketiadaannya atau telah meninggalnya dan (pemilik
tanggungan) berkemungkinan bersedekah, maka
bersedekahlah dengan atas namanya, dan bila masih
tidak mampu maka perbanyaklah berbuat kebajikan,
kembalikan segalanya pada Allah, rendahkanlah diri
dihadapanNya agar kelak dihari kiamat Allah
meridhoi beban tanggungan harta (yang masih
belum tertuntaskan)”
Hasyatul Jamal V/388
Wallahu A'lam Bis showaab

Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485322354872458/?comment_id=485502364854457&offset=0&total_comments=10

Rabu, 24 April 2013

100 DOSA BESAR DIANTARA 467 DOSA BESAR MENURUT IBNU HAJAR ALHAITAMY


100 DOSA BESAR DIANTARA 467 DOSA BESAR MENURUT IBNU HAJAR ALHAITAMY

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

الكَبِيْرَةُ الأُولىَ ؛ الشِّرْكُ الأَكْبَرُ

Dosa Besar Pertama ; Syirik Besar. menyekutukan Allah SWT

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ ؛ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ وَهُوَ الرِّيَاءُ
Dosa Besar Kedua ; Syirik Kecil, yaitu Riya, ibadah bukan karena Allah.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ الغَضَبُ بِالبَاطِلِ وَالحِقْدُ وَالحَسَدُ
Dosa besar ketiga ; Marah yang batil, Dendam dan Dengki.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ ؛ الكِبْرُ وَالعُجْبُ وَالخُيَلاَءُ
Dosa besar keempat ; Takabur, Ujub dan Membesar-besarkan diri.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ ؛ الغِشُّ
Dosa besar kelima ; Menipu.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ ؛ النِّفَاقُ
Dosa besar keenam ; Munafiq.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ ؛ البَغْيُ
Dosa besar ketujuh ; Berbuat jahat.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ ؛ الإِعْرَاضُ عَنْ الخَلْقِ اسْتِكْبَارًا وَاحْتِقَارًا لَهُمْ
Dosa besar kedelapan ; Berpaling atau menjuhkan diri dari Makhluk karena kesombongan dan menghinakan mereka.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ ؛ الخَوْضُ فِيْمَا لاَ يَعْنِي
Dosa besar kesembilan ; Tenggelam pada sesuatu yang tidak bermanfaat, seperti tenggelam dalam permainan.

الكَبِيْرَةُ العَاشِرَةُ ؛ الطَّمَعُ
Dosa besar kesepuluh ; Thoma, Rakus.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ عَشْرَةَ ؛ خَوْفُ الفَقْرِ
Dosa besar kesebelas ; Takut akan kefakiran, takut jatuh miskin atau melarat.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ عَشْرَةَ ؛ سَخَطُ المَقْدُورِ
Dosa besar kedua belas ; Membenci sesuatu yang telah ditaqdirkan Allah SWT.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ عَشْرَةَ ؛ النَّظَرُ إِلىَ الأَغْنِياَءِ وَتَعْظِيْمُهُمْ لِغِنَاهُمْ
Dosa besar ketiga belas ; Memandang orang kaya dan mengagungkan mereka karena kekayaannya.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ عَشْرَةَ ؛ الإِسْتِهْزَاءُ بِالفُقَرَاءِ لِفَقْرِهِمْ
Dosa besar keempat belas ; Merendahkan orang fakir karena kefakirannya.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ عَشْرَةَ ؛ الحِرْصُ
Dosa besar kelima belas ; Sibuk mencari dunia sehingga lupa ibadah.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ عَشْرَةَ ؛ التَّنَافُسُ فيِ الدُّنْياَ وَالمُبَاهَاةُ بِهاَ
Dosa besar keenam belas ; Berlebihan dalam dunia dan bermewah-mewahan.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ عَشْرَةَ ؛ التَّزَيُّنُ لِلْمَخْلُوقِيْنَ بِمَا يَحْرُمُ التَّزَيُّنُ بِهِ
Dosa besar ketujuh belas ; Berhias karena ingin dihormati oleh sesama makhluk dengan sesuatu yang diharamkan.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ عَشْرَةَ ؛ المُدَاهَنَةُ
Dosa besar kedelapan belas ; Takut untuk menegakkkan kebenaran.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ عَشْرَةَ ؛ حُبُّ المَدْحِ بِمَا لاَ يَفْعَلُهُ
Dosa besar kesembilan belas ; Senang pujian dengan sesuatu kebaikan yang tidak dilakukannya.

الكَبِيْرَةُ العِشْرُونَ ؛ الاِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الخَلْقِ عَنْ عُيُوْبِ النَّفْسِ
Dosa besar kedua puluh ; Sibuk mencari aib orang lain, tidak sadar akan aib diri sendiri.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ نِسْيَانُ النِّعْمَةِ
Dosa besar kedua puluh satu ; Melupakan nikmat Allah.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ الحَمِيَّةُ لِغَيْرِ دِيْنِ اللهِ
Dosa besar kedua puluh dua ; Mementingkan sesuatu yang tidak penting berdasar ajaran agama Allah SWT.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ تَرْكُ الشُّكْرِ
Dosa besar kedua puluh tiga ; Tidak bersyukur.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ عَدَمُ الرِّضَا بِالقَضَاءِ
Dosa besar kedua puluh empat ; Tidak ridlo akan ketentuan Allah SWT.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ هَوَانُ حُقُوقِ اللهِ تَعَالىَ وَأَوَامِرِهِ عَلَى الإِنْسَانِ
Dosa besar kedua puluh lima ; Merendahkan hak Allah dan merendahkan perintahNya terhadap manusia.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ سُخْرِيَتُهُ بِعِبَادِ اللهِ تَعَالىَ وَازْدِرَاؤُهُ لَهُمْ وَاحْتِقَارُهُ إيَّاهُمْ
Dosa besar kedua puluh enam ; Mentertawakan hamba Allah, menyinggung dan menghina mereka …. (menghakimi)

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ اتِّبَاعُ الهَوَى وَالإِعْرَاضُ عَنْ الحَقِّ
Dosa besar kedua puluh tujuh ; Menuruti hawa nafsu dan berpaling dari kebenaran.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ المَكْرُ وَالخِدَاعُ
Dosa besar kedua puluh delapan ; Berbuat makar dan licik.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالعِشْرُونَ ؛ إرَادَةُ الحَياَةِ الدُّنْياَ
Dosa besar kedua puluh sembilan ; Menginginkan kehidupan senang di dunia, tanpa memperhatikan akhirat.

الكَبِيْرَةُ الثَّلاَثُونَ ؛ مُعَانَدَةُ الحَقِّ
Dosa besar ketiga puluh ; Menentang kebenaran.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ سُوءُ الظَّنِّ بِالمُسْلِمِ
Dosa besar ketiga puluh satu ; Buruk sangka terhadap sesama muslim.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ عَدَمُ قَبُولِ الحَقِّ إذَا جَاءَ بِمَا لاَ تَهْوَاهُ النَّفْسُ أَوْ جَاءَ عَلَى يَدِ مَنْ تَكْرَهُهُ وَتُبْغِضُهُ
Dosa besar ketiga puluh dua ; Tidak mau menerima kebenaran jika kebenaran itu datang tidak sesuai hawa nafsunya, atau kebenaran itu dari seseorang yang tidak disukainya.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ فَرَحُ العَبْدِ بِالمَعْصِيَةِ
Dosa besar ketiga puluh tiga ; Merasa gembira karena berbuat maksiat.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ الإِصْرَارُ عَلَى المَعْصِيَةِ
Dosa besar ketiga puluh empat ; Membiasakan diri berbuat maksiat.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ مَحَبَّةُ أَنْ يُحْمَدَ بِمَا يَفْعَلُهُ مِنْ الطَّاعَاتِ
Dosa besar ketiga puluh lima ; Senang dipuji apabila melakukan suatu ibadah.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ الرِّضَا بِالحَيَاةِ الدُّنْياَ وَالطُّمَأْنِيْنَةُ إلَيْهَا
Dosa besar ketiga puluh enam ; Ridlo dalam kehidupan dunia dan merasa nyaman di dunia, tanpa memperhatikan akhirat.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ نِسْيَانُ اللهِ تَعَالىَ وَالدَّارِ الآَخِرَةِ
Dosa besar ketiga puluh tujuh ; Melupakan Allah SWT dan akhirat.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ الغَضَبُ لِلنَّفْسِ وَالاِنْتِصَارُ لَهَا بِالبَاطِلِ
Dosa besar ketiga puluh delapan ; Marah karena hawa nafsu serta menuruti-nya dalam kejahatan.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالثَّلاَثُونَ ؛ الأَمْنُ مِنْ مَكْرِ اللهِ بِالِاسْتِرْسَالِ فيِ المَعَاصِيْ مَعَ الاِتِّكَالِ عَلَى الرَّحْمَةِ
Dosa besar ketiga puluh sembilan ; Merasa aman dari murka Allah, dengan bermaksiat yang bersandar pada rahmat Allah.

الكَبِيرَةُ الأَرْبَعُونَ ؛ اليَأْسُ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ
Dosa besar keempat puluh ; Putus asa dari rahmat Allah SWT.

الكَبِيرَةُ الحَادِيَةُ وَالأَرْبَعُونَ وَالثَّانِيَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ سُوءُ الظَّنِّ بِللَّهِ تَعَالىِ وَالقُنُوطُ مِنْ رَحْمَتِهِ
Dosa besar keempat puluh satu dan empat puluh dua ; Buruk sangka kepada Allah dan putus asa dari rahmat Allah SWT.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ تَعَلُّمُ الْعِلْمِ لِلدُّنْياَ
Dosa besar keempat puluh tiga ; Mencari ilmu Agama untuk mendapatkan kehidupan dunia.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ كَتْمُ الْعِلْمِ
Dosa besar keempat puluh empat ; Menyembunyikan ilmu.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ عَدَمُ العَمَلِ بِالْعِلْمِ
Dosa besar keempat puluh lima ; Tidak melakukan amal ibadah dengan berdasar ilmunya.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ الدَّعْوَى فيِ الْعِلْمِ أَوْ الْقُرْآنِ أَوْ شَيْءٍ مِنَ العِبَادَاتِ زَهْوًا وَافْتِخَارًا بِغَيْرِ حَقٍّ وَلاَ ضَرُورَةٍ
Dosa besar keempat puluh enam ; Dakwah atau menyampaikan ajaran ilmu agama, alqur’an atau suatu ibadah, dengan keras (kasar) dan sombong yang tidak benar dan tidak dalam keadaan darurat.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ إضَاعَةُ نَحْوِ العُلَمَاءِ وَالاِسْتِخْفَافُ بِهِمْ
Dosa besar keempat puluh tujuh ; Menyia-nyiakan Ulama dan merendahkan mereka.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالتَّاسِعَةُ وَالأَرْبَعُونَ ؛ تَعَمُّدُ الْكَذِبِ عَلَى اللهِ تَعَالىَ أَوْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dosa besar keempat puluh delapan dan keempat puluh sembuilan ; Sengaja mendustakan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

الكَبِيْرَةُ الخَمْسُونَ ؛ مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً
Dosa besar kelima puluh ; Memberlakukan perbuatan buruk.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ تَرْكُ السُّنَّةِ
Dosa besar kelima puluh satu ; Meninggalkan sunnah, (ingkar).

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ التَّكْذِيْبُ بِالْقَدَرِ
Dosa besar kelima puluh dua ; Mendustakan qodar (taqdir Allah SWT).

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ عَدَمُ الْوَفَاءِ بِالعَهْدِ
Dosa besar kelima puluh tiga ; Tidak memenuhi janji, tidak tepat janji.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالخَامِسَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ مَحَبَّةُ الظَّلَمَةِ أَوْ الْفَسَقَةِ بِأَيِّ نَوْعٍ كَانَ فِسْقُهُمْ ، وَبُغْضُ الصَّالِحِيْنَ
Dosa besar kelima puluh empat dan lima puluh lima ; Senang dolim atau fasiq berbuat apa saja dan benci orang soleh.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ أَذِيَّةُ أَوْلِياَءِ اللهِ وَمُعَادَاتُهُمْ
Dosa besar kelima puluh enam ; Menyakiti wali Allah atau kekasih Allah dan menentangnya.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ سَبُّ الدَّهْرِ مِنْ عَالَمٍ بِمَا يَأْتِي
Dosa besar kelima puluh tujuh ; Mencaci waktu atau keadaan alam, karena sesuatu yang akan terjadi.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ الكَلِمَةُ الَّتِي تَعْظُمُ مَفْسَدَتُهَا وَيَنْتَشِرُ ضَرَرُهَا مِمَّا يُسْخِطُ اللهَ تَعَالىَ
Dosa besar kelima puluh delapan ; Mengungkapkan kata yang tidak disukai Allah, bahayanya besar dan akan menyebar.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالخَمْسُونَ ؛ كُفْرَانُ نِعْمَةِ المُحْسِنِ
Dosa besar kelima puluh sembilan ; Menginkari nikmat Allah SWT yang berbuat kebaikan.

الكَبِيْرَةُ السِّتُّونَ ؛ تَرْكُ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ سَمَاعِ ذِكْرِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dosa besar keenam puluh ; Tidak membaca sholawat kepada Nabi SAW disaat mendengar Nabi Shallallohu alaihi wasallam.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ قَسْوَةُ الْقَلْبِ بِحَيْثُ تَحْمِلُ صَاحِبَهَا عَلَى مَنْعِ إطْعَامِ المُضْطَرِّ مَثَلاً
Dosa besar keenam puluh satu ; Keras hati sehingga tidak merasa tersentuh oleh keadaan orang miskin yang sangat membutuhkan.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّالِثَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ الرِّضَا بِكَبِيْرَةٍ مِنَ الكَبَائِرِ أَوْ الإِعَانَةُ عَلَيْهَا بِأَيِّ نَوْعٍ كَانَ
Dosa besar keenam puluh dua dan enam puluh tiga ; Ridlo dengan dosa besar dan Membantu orang berbuat dosa.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ مُلاَزَمَةُ الشَّرِّ وَالفُحْشِ حَتَّى يَخْشَاهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ
Dosa besar keenam puluh empat ; Membiasakan diri berbuat jahat dan buruk, sehingga orang mengkhawatirkan itu.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ كَسْرُ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْرِ
Dosa besar keenam puluh lima ; Memecahkan uang emas dan uang perak atau pencucian uang.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ ضَرْبُ نَحْوِ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْرِ عَلَى كَيْفِيَّةٍ مِنَ الغِشِّ الَّتِي لَوْ اطَّلَعَ عَلَيْهَا النَّاسُ لَمَا قَبِلُوْهاَ
Dosa besar keenam puluh enam ; Membuat seperti uang emas atau perak dengan tujuan menipu, apabila digunakan maka orang tidak akan menrimanya, pemalsuan uang.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ الأَكْلُ أَوْ الشُّرْبُ فيِ آَنِيَةِ الذَّهَبِ أَوْ الفِضَّةِ
Dosa besar keenam puluh tujuh ; Makan atau minum di wadah yang terbuat dari emas atau perak.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ نِسْياَنُ الْقُرْآنِ أَوْ آَيَةٍ مِنْهُ بَلْ أَوْ حَرْفٍ
Dosa besar keenam puluh delapan ; Lupa bacaan Al-Qur’an atau salah satu ayatnya, bahkan satu huruf pun.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالسِّتُّونَ ؛ الجِدَالُ وَالمِرَاءُ وَهُوَ المُخَاصَمَةُ وَالمُحَاجَجَةُ وَطَلَبُ الْقَهْرِ وَالغَلَبَةِ فيِ الْقُرْآنِ أَوْ الدِّينِ
Dosa besar keenam puluh sembilan ; Permusuhan, pertengkaran, pemaksaan, mengubah Al-Qur’an atau aturan agama.

الكَبِيْرَةُ السَّبْعُونَ ؛ التَّغَوُّطُ فيِ الطُّرُقِ
Dosa besar ketujuh puluh ; Buang hajat di jalan.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ عَدَمُ التَّنَزُّهِ مِنَ الْبَوْلِ فيِ البَدَنِ أَوْ الثَّوْبِ
Dosa besar ketujuh puluh satu ; Tidak menghidar dari buang air kecil mengenai badan atau baju.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ تَرْكُ شَيْءٍ مِنْ وَاجِبَاتِ الوُضُوءِ
Dosa besar ketujuh puluh dua ; Meninggalkan salah satu kewajiban wudlu.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ تَرْكُ شَيْءٍ مِنْ وَاجِبَاتِ الغُسْلِ
Dosa besar ketujuh puluh tiga ; Meninggalkan salah satu kewajiban mandi besar.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ كَشْفُ العَوْرَةِ لِغَيْرِ ضَرُورَةٍ وَمِنْهُ دُخُولُ الحَمَّامِ بِغَيْرِ مِئْزَرٍ سَاتِرٍ لَهَا
Dosa besar ketujuh puluh empat ; Membuka aurat bukan darurat, seperti masuk WC umum (bersama-sama) tanpa pakaian.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ وَطْءُ الحَائِضِ
Dosa besar ketujuh puluh lima ; Menggauli istri yang sedang haid.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ تَعَمُّدُ تَرْكِ الصَّلاَةِ
Dosa besar ketujuh puluh enam ; Sengaja meninggalkan shalat.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ تَعَمُّدُ تَأْخِيْرِ الصَّلاَةِ عَنْ وَقْتِهَا أَوْ تَقْدِيْمِهَا عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ كَسَفَرٍ أَوْ مَرَضٍ عَلَى الْقَوْلِ بِجَوَازِ الجَمْعِ بِهِ
Dosa besar ketujuh puluh tujuh ; Sengaja menunda atau mendahulukan shalat tanpa udzur, seperti dalam perjalanan, sakit atau menjalankan pendapat yang membolehkan shalat jama’.

الكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ النَّوْمُ عَلَى سَطْحٍ لاَ تَحْجِيْرَ بِهِ
Dosa besar ketujuh puluh delapan ; Tidur di tempat terbuka dan tidak memakai penutup badan.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالسَّبْعُونَ ؛ تَرْكُ وَاجِبٍ مِنْ وَاجِبَاتِ الصَّلاَةِ المُجْمَعِ عَلَيْهَا أَوْ المُخْتَلَفِ فِيْهَا عِنْدَ مَنْ يَرَى الوُجُوبَ كَتَرْكِ الطُّمَأْنِينَةِ فيِ الرُّكُوعِ أَوْ غَيْرِهِ
Dosa besar ketujuh puluh sembilan ; Meninggalkan salah satu kewajiban shalat, baik wajib menurut sepakat Ulama atau wajib bukan sepakat, hanya memandang dari sisi Ulama yang menyatakan wajib. Seperti tidak Tumaninah dalam ruku’.

الكَبِيْرَةُ الثَّمَانُونَ ؛ الوَصْلُ وَطَلَبُ عَمَلِهِ
Dosa besar kedelapan puluh ; Menyambung rambut (kepala) dengan rambut lain dan mencari perbuatan itu.

الكَبِيْرَةُ الحَادِيَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ الوَشْمُ وَطَلَبُ عَمَلِهِ
Dosa besar kedelapan puluh satu ; Menusuk bagian tubuh dengan sejenis jarum, seperti susuk.

الكَبِيْرَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ وَشْرُ الأَسْنَانِ أَيْ تَحْدِيْدُهَا وَطَلَبُ عَمَلِهِ
Dosa besar kedelapan puluh dua ; Membentuk gigi dengan besi untuk keindahan dan mencari perbuatan itu.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ التَّنْمِيْصُ وَطَلَبُ عَمَلِهِ وَهُوَ جَرْدُ الْوَجْهِ
Dosa besar kedelapan puluh tiga ; Menghilangkan atau mencabut bulu muka, bulu alis dsb. dan mencari perbutan itu.

الكَبِيْرَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ المُرُورُ بَيْنَ يَدَيْ المُصَلِّي
Dosa besar kedelapan puluh empat ; Melewat di hadapan orang shalat.

الكَبِيْرَةُ الخَامِسَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ إطْبَاقُ أَهْلِ القَرْيَةِ أَوْ البَلَدِ أَوْ نَحْوِهِمَا عَلَى تَرْكِ الجَمَاعَةِ فيِ فَرْضٍ مِنَ المَكْتُوبَاتِ الخَمْسِ وَقَدْ وُجِدَتْ فِيْهِمْ شُرُوطُ وُجُوبِ الجَمَاعَةِ
Dosa besar kedelepan puluh lima ; Semua punduduk suatu tempat tidak melaksanakan shalat fardu berjama’ah, sedang telah memenuhi syarat untuk berjama’ah.

الكَبِيْرَةُ السَّادِسَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ إمَامَةُ الإِنْسَانِ لِقَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ
Dosa besar kedelapan puluh enam ; Mendirikan seorang Imam, tetapi kaumnya tidak menyukainya.

الكَبِيْرَةُ السَّابِعَةُ وَالثَّمَانُونَ وَالكَبِيْرَةُ الثَّامِنَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ قَطْعُ الصَّفِّ وَعَدَمُ تَسْوِيَتِهِ
Dosa besar kedelapan puluh tujuh dan delapan puluh delapan ; Memutuskan barisan shalat dan tidak meluruskannya.

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالثَّمَانُونَ ؛ مُسَابَقَةُ الإِمَامِ
Dosa besar kedelapan puluh sembilan ; Berlomba-lomba untuk menjadi imam shalat.

الكَبِيْرَةُ التِّسْعُونَ وَالحَادِيَةُ وَالتِّسْعُونَ وَالثَّانِيَةُ وَالتِّسْعُونَ ؛ رَفْعُ الْبَصَرِ إلىَ السَّمَاءِ ، وَالالْتِفَاتُ فيِ الصَّلاَةِ ، وَالاِخْتِصَارُ
Dosa besar kesembilan puluh, sembilan puluh satu dan sembilan puluh dua ; Menaikkan pandangan ke langit saat shalat, memalingkan kepala saat shalat dan mempersingkat shalat.

الكَبِيْرَةُ الثَّالِثَةُ وَالرَّابِعَةُ وَالخَامِسَةُ وَالسَّادِسَةُ وَالسَّابِعَةُ وَالثَّامِنَةُ وَالتِّسْعُونَ ؛ اتِّخَاذُ القُبُورِ مَسَاجِدَ ، وَإِيقَادُ السُّرُجِ عَلَيْهَا ، وَاِتِّخَاذُهَا أَوْثَاناً ، وَالطَّوَافُ بِهَا ، وَاسْتِلاَمُهَا ، وَالصَّلاَةُ إلَيْهَا
Dosa besar kesembilan puluh tiga, sembilan puluh empat, sembilan puluh lima, sembilan puluh enam, sembilan puluh tujuh dan sembilan puluh delapan ; Menjadikan kuburan sebagai mesjid, Menyalakan penerangan di kuburan, Menyembah kuburan, Towaf di kuburan, Mencium dari jauh pada kuburan dan shalat diatas kuburan. (Tujuan menyembah kuburan).

الكَبِيْرَةُ التَّاسِعَةُ وَالتِّسْعُونَ ؛ سَفَرُ الإِنْسَانِ وَحْدَهُ
Dosa besar kesembilan puluh sembilan ; Berpergian sendiri (yang dipastikan akan membahyakan dirinya).

الكَبِيْرَةُ المِائَةُ ؛ سَفَرُ المَرْأَةِ وَحْدَهَا بِطَرِيْقٍ تَخَافُ فِيْهَا عَلَى بُضْعِهَا
Dosa besar keseratus ; Berpergian sendiri bagi wanita (yang dipastikan akan membahayakan kehormatan dirinya).

CUPLIKAN DARI KITAB :

الزواجر عن اقتراف الكبائر للإمام ابن حجر الهيتمي
(رحمه الله تعالى)

https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485212031550157/

Selasa, 23 April 2013

HUKUM OLAH RAGA

Pozank Bin Puzink >>> KLASIFIKASI JENIS PERMAINAN DAN OLAHRAGA

Dari sekian macam cabang permainan dan olah raga yang ada, dapat dibagi menjadi dua:
1. Sarana / alat untuk berperang seperti: pacuan kuda, unta, gajah (musabaqoh) dan memanah, menembak (munadlolah) dll. Hukum mengikutinya sunat baik ada janji iwadl atau tidak. 2. Bukan sebagai sarana/alat untuk berperang seperti. Yang kedua ini dapat dikelompokkan menjadi 4:
1.Permainan yang membahayakan seperti tinju, panjat tebing, gulat, akrobat (sircus), terjun payung, pencak silat, tinju, matador dan sebagainya. Hukum mengikuti permainan ini boleh selama ada penyangkaan kuat akan keselamatan sang pemain dan tidak ada perjanjian iwadl.
2.Permainan yang mengandalkan kepandaian otak seperti catur. Permainan ini boleh selama tidak menjadikan lalai meninggalkan sholat dan tanpa ada iwadl.
3.Permainan yang mengandalkan keberuntungan semata seperti dadu, domino, remi, yang hukum mengikutinya mutlaq haram.
4.Permainan yang menggunakan hewan. Dan permainan ini mungkin terjadi:
Menyakitkan hewan seperti: adu domba, kerapan sapi (sesuai kabar yang diterima), sambung ayam dll. Hukum permainan haram mutlaq.
Tidak menyakitkan hewan seperti adu burung (manggung)i dll. Permainan ini boleh bila tanpa iwadl.

A. HUKUM GULAT, TINJU DAN FOOT BALL.

Olahraga gulat diperbolehkan selama tidak ada iwadl dalam perjanjian akad, kecuali bila mengikuti ulama’ yang mengatakan boleh mengeluarkan iwadl dengan bertendensi dari lahiriyah hadits kisah Rasulallah yang melakukan gulat dengan Rukanah yang menjanjikan iwadl. Adapun tinju yang notabene-nya membahayakan seperti memukul kepala, juga diperbolehkan selama ada penyangkaan kuat akan keselamatan seperti pemain memakai helm pengaman, tidak menimbulkan permusuhan dan tidak ada perjanjian iwadl.

selanjutnya cabang yang paling banyak menyedot perhatian insan dunia; sepak bola. Sepak bola seperti keterangan diatas adalah terkategori olahraga yang bukan sarana perang dan hukumnya diperbolehkan selama tidak ada ‘iwad. Lalu bagaimana dengan menontonnya? Jika pemain dapat menutup aurat, maka tanpa memandang penontonnya apakah sejenis atau tidak hukumnya diperbolehkan. Dasar diperbolehkan menonton pemain yang tidak sejenis adalah kisah sayyidah Aisyah ra. yang pernah menonton permainan perang-perangan (hirobah) yang dilakukan oleh shahabat laki-laki, beliau bukan melihat aurat tapi gerak permainan.

B. ATLET WANITA 

Olahraga yang menjadi sarana perang sangat dianjurkan bagi laki-laki sebagai sang ahli jihad. Namun bagi kaum hawa yang terang bukan ahli jihad tentu hukumnya berbeda. Jika mereka melakukan musabaqoh atau munadlolah atas dasar perjanjian ‘iwadl, maka ulama’ khilaf; sebagian mengatakan haram dan sebagian lain mengatakan makruh, dan bila tanpa ‘iwadl hukumnya hanya makruh. Semua itu dengan catatan tidak terdapat unsur tujuan tasyabbuh dengan laki-laki. Menilik alasan bahwa wanita bukan ahli jihad maka semua permainan atau olahraga selain sarana perang juga diperbolehkan bagi mereka selama tidak ada iwadl dan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum diatas.

Lalu bagaimana bila olahraga yang diikuti kaum hawa adalah sepakbola, tinju, angkat besi, binaraga dan gulat? Olahraga yang penulis sebutkan adalah jenis olahraga yang identik dengan kekasaran yang menjadi ciri khas laki-laki pun pula sangat bertentangan dengan karekter wanita yang lembut penuh perasaan. Untuk itu olahraga tersebut tidak boleh dilakukan oleh wanita karena alasan tasyabbuh. Kecuali keadaan berubah seperti yang terjadi dinegara-negara kiblat sepak bola benua Eropa. Hukum diatas lepas dari mungkarat yang hampir pasti wujud disetiap pertandingan-pertandingan.

C. KONSEKWENSI BEROLAHRAGA 

Setiap sebab pastilah akan menimbulkan akibat (musabbab), baik akibat tersebut menjadi tujuan atau tidak. Dalam permainan gulat dan tinju misalnya, hal-hal yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi, seperti retak tulang dan nyawa melayang. Dan dalam hal ini tentu cedera atau kematian tersebut biasanya dilakukan oleh lawan main. Oleh karenanya, fiqh secara tegas menuntut tanggung jawab dari pemain lawan tersebut dengan harus membayar diyat atau qishos sesuai dengan unsur sengaja atau tidaknya (khotho’), lantaran antar pemain tidak memberi izin secara lisan kepada lawannya akan adanya akibat buruk yang akan menimpa. Sedangkan melakukan tackling untuk mengambil bola yang dikuasai lawan yang lazim ada dalam permainan sepak bola hukumnya adalah haram apabila ada unsur sengaja. Lalu akibat dari tackling tersebut hukumnya sama dengan akibat dalam gulat yakni tanggung jawab qishos atau membayar diyat.

D. RITUAL MENDATANGI DUKUN ATAU MAKAM KERAMAT.

Untuk menambah kepercayaan diri dalam bertanding, mendapatkan kekuatan supranatural yang menjadikan tambah kuat dan mendapat berkah atau sekedar mohon do’a restu adalah sebagian dari sekian tujuan seorang pemain/atlet yang akan melakoni pertandingan atau pertarungan. Mereka begitu bersemangat pergi ke tempat orang-orang linuweh, paranormal atau makam-makam yang dianggap keramat. Lalu haramkah semua ini??? 

Seseorang yang memohon kepada Allah dengan menjadikan seorang yang sholih atau amal sholih sebagai tawassul hukumnya sunat dan dianjurkan. Dan apabila memohon kepada seseorang baik yang sudah mati atau belum namun dia tetap mengi’tikadkan bahwa Allahlah yang dapat memberi manfaat atau madlarat, maka permohonan semacam ini tidaklah diharamkan meskipun tidak baik. Ketentuan ini sama halnya ketika kita minta “ilmu kekebalan tubuh” sama mbah yai. Bahkan jika sekedar “ngalap barokah” kepada para waliyullah malah sangat dianjurkan. Sedangkan apabila dia beri’tikad bahwa orang tersebut bisa memberi manfaat atau madlarat, secara tegas hukumnya haram dan orang tersebut kufur. Tafsil ini pun juga berlaku untuk kebiasaan atlet diatas, karena kita tidak bisa mengklaim yang dilakukannya adalah haram dengan tanpa memandang sisi tujuan.

E. KEDUDUKAN WASIT DAN HAKIM GARIS

Dalam pertandingan sepak bola atau tinju yang resmi wasit adalah sebuah keharusan. Wasitlah yang akan memimpin jalannya pertandingan sebagai sang pengadil lapangan.

Wasit dalam kaca mata fiqh bisa berstatus muhakkam apabila diangkat secara lisan oleh kedua belah pihak yang akan bertanding. Dan jika tidak diangkat oleh kedua pihak seperti ketika pertandingan diatur dan dijadwal oleh panitia atau organisasi yang mengurusi olahraga maka wasit hanya berstatus sebagai rais atau mudir yang diberi hak mengatur semua yang ada dalam lika-liku pertandingan, mulai dari memberi peringatan sampai menentukan sah dan tidaknya gol. Sedangkan status hakim garis adalah sebagai syahid.

B. ANGGARAN NEGARA UNTUK OLAHRAGA 

Setiap tahun pemerintah pusat maupun daerah telah menetapkan anggaran khusus untuk cabang olahraga. PSSI misalnya sebagai induk cabang sepakbola Nasional setiap tahunnya harus mengeluarkan kocek -selain subsidi dari sponsor utama- untuk club-club peserta ligina, pembinaan team PSSI junior, membantu klub juara liga ketika mengikuti piala champion dll. Sementara pemerintah derah pun juga harus memberikan dana milyaran untuk menyokong club atau cabang olahraga di daerah.

Sebenarnya bolehkah menggunakan uang negara untuk urusan yang kadang banyak terjadi kemungkaran-kemungkaran? Jawabnya tentu; jika ada maslahah maka boleh dan jika tidak ada maslahah tentu tidak boleh. Dan kami menganggap penggunaan uang negara tersebut hukumnya haram karena tidak adanya maslahah apalagi jika banyak terjadi kemungkaran.

E. MENGGELAR EVENT OLAHRAGA 

Diakui atau tidak, olahraga adalah hiburan masyarakat yang bisa menghilangkan segala kepenatan aktifitas sehari-hari agar tidak cepat stres. Perhelatan akbar dari berbagai cabang olahraga yang diadakan oleh pemerintah diakui sangat menghibur mereka para maniak olahraga, meskipun pemerintah sendiri kadang harus menanggung kerugian lantaran pemasukan tidak sepadan dengan pengeluaran.

Entah atas dasar apa pergelaran tersebut, yang jelas dari semua macam event olahraga baik berskala nasional seperti Liga Indonesia maupun internasinal seperti piala Tiger semua masuk dalam satu lintas hukum yaitu: jika cabang olahraga yang diadakan mengarah pada persiapan jihad maka mengeluarkan uang negara diperbolehkan, dan bila tidak begitu maka boleh selama ada maslahah serta dalam setiap pertandiangan tidak terdapat kemungkaran-kemungkaran. Kalaupun toh ada maslahah, pemerintahpun tetap harus memperhatikan dan lebih mengutamakan maslahah yang lebih penting dan krusial seperti membangun jalan-jalan yang rusak, penanganan tuna wisma dan orang gila dll,

F. SANGSI KEPADA CLUB

Sudah menjadi aturan tertulis dalam organisasi olahraga baik cabang sepak bola atau basket, apabila diantara pemain atau suporter pendukung ada yang melakukan kesalahan seperti mencederai lawan, melakukan doping atau jika superter, mereka turun mengganggu jalannya pertandingan, maka berhak mendapat sangsi yang telah ditentukan oleh induk cabang olahraga tersebut. Bahkan kadang club yang dibela pemain atau yang didukung suporter yang juga harus menanggungnya.

Dalam Fiqh Islam tidak dikenal hukum “kesalahan seorang tapi sangsi dibebankan kepada orang lain”. Suporter -seperti Juventini, Bonek Mania dll.- bukanlah termasuk komponen club, oleh karena itu ketika suporter melakukan kesalahan yang sampai harus mendapat sangsi seperti harus membayar segala kerugian atau harus melakoni pertandingan usiran yang ditanggung club, maka sangsi tersebut tidak benar. Kemudian apabila club harus didenda akibat kesalahan pemainnya, maka baik pemain atau pelatih berstatus ajir (sewa) atau tidak hukumnya sama dengan suporter diatas.

G. STATUS PIALA DAN SABUK JUARA.

Piala bergilir dan sabuk emas adalah materi permasalan disini. Jika kita menengok piala UBER, THOMAS atau gelar tinju WBA, pasti kita akan tahu bahwa piala atau sabuk tersebut harus dilepas saat sang kampiun kalah. Sikap Islam mengenai point masalah ini adalah sebagai berikut; Pihak penyelenggara adalah orang yang punya wa’du (janji) memberi pinjaman (ariyah) berupa piala atau sabuk juara kepada siapa yang menjadi jawara sampai kembali diadakan pertandingan perebutan. Berarti piala atau sabuk juara tersebut berstatus muar (pinjaman) yang tidak bisa dijual. Hal ini sesuai dengan kenyataan, yakni ketika sang juara bertahan kalah maka harus menyerahkan piala atau sabuk tersebut kepada sang juara baru.

G. MENJUAL CLUB

Bagi mereka maniak bola bukanlah hal asing saat mendengar club dijual. Klub yang mengalami kebangkrutan akibat pengeluaran dan pemasukan yang tidak seimbang atau sponsor utama sebagai pemasok dana kebutuhan club bangkrut akhirnya membuat pemilik klub terpaksa harus menjual clubnya baik sebagian atau semuanya.

Membahas kasus penjualan klub ini dapat ditilik melalui bab iktishos yang berupa hak asbaq. Jika club adalah sebuah organisasi, maka club termasuk ikhtishos yang tidak boleh dijual, namun bisa dilepas tangan melalui tanazul. Secara de facto menjual club saat ini biasanya termasuk juga pemain, pelatih dan aset yang dimiliki klub dalam lembar saham. Jika benar demikian tentu penjualan tersebut sah dan masuk qaidah tafriqushhofqoh yakni dua akad dengan satu harga; club lewat tanazul, pemain dan pelatih lewat ijaroh dan aset lewat bai’.

H. SIKAP PEMERINTAH TERHADAP TINJU NASIONAL.

Kenyataan dalam bertinju, pemainnya ada yang memakai helm dan ada yang tidak. Biasanya yang tidak memakai helm rentan sekali cedera bahkan bisa sampai nyawapun melayang. Sedangkan yang memakai helm frekwensi cederanyapun relatif sangat kecil. Seperti yang telah dipaparkan diatas mengenai hukum bertinju, maka disinipun tetap merujuk hukum diatas. Jika big macht dilakukan antar pemain mahir versus pemain mahir atau semua memakai helm pengaman dan terjadi kecelakaan, maka pemerintah tidak berhak melarang lantaran hukum tinjunya tidak haram. Namun yang menjadi polemik adalah yang mati terkategori ahli maksiat atau syahid? Dalam menyikapi kasus ini tampaknya ulama’ berbeda. Sedangkan apabila petinjunya tidak mahir maka wajib bagi pemerintah melarang, karena bertinju hukumnya haram.

I. ATLET PELATNAS

Dengan segala upaya untuk mengharumkan dan mengangkat nama bangsa dimata Internasional, pemerintah melalui olahraga menjaring pemain-pemain berbakat untuk dibina dalam pelatnas melalui induk cabang olahraga yang mengurusinya, seperti dalam bulu tangkis ada PBSI dll. Setelah mereka melewati porsi latihan yang ditatapkan pelatih masing-masing atau dikirim berlatih ke negara lain, merekapun dijadikan duta bangsa lewat diikut sertakan dalam event-event internasional seperti Olimpiade, Asian Games dsb. Dan ketika menjadi jawara atau kampiun merekapun mendapat hadiah dan medali. Lha yang jadi masalah untuk siapa hadiah tersebut? Kita tahu bahwa mereka bermain untuk dan atas nama negara, jadilah mereka pekerja atau pegawai negara. Dengan begitu hadiah yang diterima menjadi milik negara, kecuali jika hadiah khusus (bonus) atau jika mereka bermain atas nama pribadi. Sedangkan perjanjian potong pajak negara sebenarnya adalah; jika mereka bermain untuk dirinya sendiri, maka tidak boleh ada potong pajak kecuali atas dasar kerelaan, kemudian jika bermain untuk negara maka jika –misal- hadiah yang diterima 100 juta dan dipotong pajak 30 % maka yang 70 % tidak boleh atau haram diterima atlet, karena semua hadiah tersebut adalah milik negara dan pemerintah memberikan hadiah kepada atlet tersebut tidak ada dasar maslahah.

WA IBAROTUHA

Alat atau sarana perang
( ألباجوري :2/307)
( قوله وتصح المسابقة ) أي بعوض وبغيره على تفصيل يأتي في العوض كما سيذكره المصنف وسيدخل عليه الشارح بقوله واعلم إن عوض المسابقة الخ وقوله على الدواب أي التي تنفع في القتال _ إلى أن قال _ وبينه بالأنواع الخمسة فلا تجوز المسابقة على غيلرها .

Permainan berbahaya , perkiraan , pemikiran dan menyakitkan hewan.
( الفتاوي الكبرى : 4 / 262)
اهـ فعلم منه ما قلناه لإن التردد بالسيوف والرماح ومراماة الأحجار السهام قد يقع فيها جرح وهلاك ومع ذلك لم ينضروا إليه لغلبة السلامة وكونه نافعا للحرب ليس هو العلة في التجويز مطلقا وإنما هو علة بالتجويز بعوض ألا ترى إلى تجويزهم والمراماة بالسهام والأحجار بلا عوض مع عدم نفيها في الحرب وليس علة ذلك إلا غلبة السلامة فيها فهكذا ما في السؤال يجوز لغلبة السلامة وإن فرض أنه غير نافع في الحرب وليس هذا من الإشارة على مسلم بالسلاح المنهي عنها لأن محل النهي في إشارة مخيفة أو يتولد عنها الهلاك قريبا غير نادر كما هو ظاهر.

( ألسرقاوي : 2/424_ 425)
بخلاف الطاب فحرام مطلقا وكذا مهارسة الديكة ومناطحة الكباشلأنه سفه ومن فعل قوم لوط الذين أهلكهم الله تعالى بذنوبهم الخ.

( نهاية المحتاج : 8 / 295 )
( ويحرم اللعب بالنرد على الصحيح ) لخبر مسلم ( من لعب بالنرد كأنما غمس يده لحم خنزير ودمه في رواية لأبي داود ( وقد عصى الله ورسوله ) وهو صغيرة وفارق الشطرنجي بأن معتمده الحساب الدقيق والفكر الصحيح ففيه تصحيح الفكر ونوع من التدبير. ومعتمد النرد الحزر والتخمين المؤدي إلى غاية من السفاهة والحمق . قال الرافعي ما حاصله : ويقاس بهما ما في معناهما من أنواع اللهو
.
Gulat , Tinju dan Foot ball
البجيرمي على الخطيب: 4/294
تنبيه: يحل اصطياد الحية من الحاذق في صنعته – إلى أن قال – ويؤخذ من كلامه أيضا حل أنواع اللعب الخطرة من الحاذق بها أي كالبهلوان حيث غلب على ظنه سلامته وإذا مات يموت شهيدا ويحل التفرج عليه حيث جازت وإلا فلا. 

(الجمل: 5/280)
ومع كونه حلالا إذا مات فاعله يكون عاصيا إذ الشرط سلامة العاقبة ومنه المسمى بالبهلوان ولا عبرة بظن يتبين خطؤه ويحل التفرج على ذلك حينئذ.

ألشرقاوي : 2 / 424
وكذا لعب البهلوان وكل أنواع اللعب الخطرة كالحكم فتجوز من الحاذق العارف بها حيث خلت عن الخصام المعروف عند اهلها وغلبت السلامة. 

الباجوري: 2/306-307
الأصل بالمسابقة وتصح المسابقة على الدواب أي على ما هو الأصل قوله وتصح المسابقة أي بعوض وغيره على تفصيل يأتي بالعوض كما سيذكره المصنف وسيدخل عليه الشارح بقوله واعلم أن عوض المسابقة الخ. وقوله على الدواب أي التي تنقع في القتال –إلى أن قال- وبينه بالأنواع الخمسة فلا تجوز المسابقة على غيرها الخ.

(نهاية المحتاج : 6 / 191)
قلت : ألأصح التحريم كهو ) أي كنظره ( إليها و الله أعلم )_ إلى ان قال _ وليس في حديث عائشة أنها نظرت وجوههم وابدانهم وإنما نظرت لعبهم وحرابهم , ولا يلزمه تعمدنظر البدنوإن وقعت من غير قصد صرفته حالا.

Atlet wanita

الجمل : 5/250 
قوله للرجال المسلمين قال الصيمري ولا يجوز المسابقة بين رجل وامرأة كما لا تجوز بين اثنتين قال غيره ولو بلا عوض ومما ينازعه ما سيأتي بمسابقة عائشة للنبي صلى الله عليه وسلم الذي يتجه الجواز حيث لم تقصد التشبه بالرجال.

Konsekwensi berolahraga

(غسعاد الرفيق : 99
(و)منها ( الضرب) لمسلم أو ذمي (بغير حق)أي مسوغ شرعي _ إلى ان قال _ وقال عليه الصلاة والسلام : إن الله يعذر الذين يعذبون الناس في الدنيا: وفي رواية يعذبون وهي اعم من تعذيب الناس وغيرهم . وقال عليه الصلاة والسلام : لا يقف أحدكم موقفا يضرب فيه رجلا فإن لعنة الله تنزل على من حضره حيث لم يدفعوا عنه . 

(إعانة الطالبين : 4/ 120)
(فرع) لو تصارعا مثلا ضمن بقود أو دية كل منهما ما تولد في الأخر من الصراعة لأن كلا لم يأذن فيما يؤدي الى نحو قتل او تلف عضو قال شيخنا ويظهر انه لا اثر لا عتياد ان لا مطالبة في ذلك بل لا بد في انتفائها من صريح الإذن .
Ritual
(غاية المسترشدين : 297)
وعبارة ك وأما التوسل بالأنبياء والصالحين وهو أمر محبوب ثابت في أحاديث الثابتة وقد أتبكوا على طلبه بل ثبت التوسل بالأعمال الصالحة وهي أعراض فبالذوات أولى أما الجعل وسائط بين العبد وبين ربه فإن كان يدعوهم كما يدعو الله تعالى بالأمور فيتاكد تأثيرهم في شيئ من دون الله فهو كفر وإن كان مراده التوسل بهم إلى الله تعالى في قضاء مهماته مع اعتقاده أن الله هو النافع الضار المؤثر في الأمور فالظاهر عدم كفره وإن كان فعله قبيحا . 
(حاشية الصاوي : 3/ 281)
(ولا تدع ) تعبد( مع الله إلها أخر لا إله إلا هو كل شيء هالك إلا وجهه. قوله تعبد : أشار بذلك إلى أن المراد بالدعاء العبادة وحينئذ فليس في الأية دليل علي ما زعمه الخوارج من ان الطلب من الغير حيا او ميتا شرك فإنه جهل مركب لأنه سؤال الغير من حيث إجراء الله النفع والضرر على يده قد يكون واجبا لأنه من التمسك بالأسباب ولا ينكر الأسباب إلا جحود او جهول

(حاشية الصاوي : 3/ 291)
قوله (يرجون نفعها ) هذا هو وجه الشبه _إلي ان قال _ وحمل المفسر ألأولياء علي الأصنام مخرج لللأولياء بمعنى المتولين في خدمة ربهم , فإن اتخاذهم بمعنى التبرك بهم والإلتجاء لهم والتعلق بأذيالهم مأمور به و وهم اسباب عادية تنزل الرحمات والبركات عندهم لابهم خلافا لمن جهل وعاند وزعم ان التبرك بهم شرك .

Wasit dan hakim garis
(البجيرمي على الخطيب : 5/272) 
ويندب أن يكون عند الغرض شاهدان على ما وقع من إصابة أو خطأ وليس لهما أن يمدح المصيب ولا أن يضم المخطأ لن ذلك يحل بالنشاط ويمنع أحدهما من أذية صاحبه بالتبجح والفخر عليه

(قليوبي وعميرة : 4/270)
فرع: يندب حضور شاهدين عند الغرض يشهد على المصيب والمخطئ ويطلب منهما عدم مدح الأول وعدم ذم الثاني.

(الأدب النبوي: 96)
أولو الأمر هم الذين وكل إليهم القيام بالشؤن العامة , والمصالح المهمة فيدخل فيهم كل من ولى أمرا من أمور المسلمين من ملك ووزير ورئيس ومدير ومأمور وعمدة وقاض ونائب وضابط وجندي وقد أوجب الرسول صلى الله عليه وسلم السمع لأوامر هؤلاء والمبادرة إلى تنفيذها سواء كانت محبوبة له أم بغيضة إليه .

(الأدب النبوي : 205)
الشرح: الرعية أمانة في يد الراعي يجب عليه القيام بحفظها وحسن التعهد لها والعمل لمصلحتها ممن ولاه الله شؤون الخلق من ملك وأمير ورئيس ووزير ومدير ومأمور –إلى أن قال- يجب عليه أن يحوطهم بنسخه –إلى أن قال- فليكن لنفوسهم واقيا ومالهم راعيا ولعرضهم ضائنا ويضرب على أيدي المفسدين بيد من حديد لا يحركها إلا التربية والتأديب . 
Anggaran negara untuk olahraga
( ألأشباه و النظائر : 83)
تصرف الإمام منوط بالمسلحة

Menggelar event olahraga
( ألباجوري : 2/ 309)
ويجوز شرط المال من غير المتسابقين من الإمام أو الأجنبي كأن يقول الإمام من سبق منكما فله علي كذا من مالي أو من بيت المال ويكون ما يخرجه من بيت المال من سهم الصالح وكأن يقول الأجنبي من سبق منكما فله علي كذا لأنه من بذل المال على طاعة.

( الأشباه والنظائر: 84)
( ومنها ) أنه لا يجوز له أن يقدم من بيت المال غير الأحوج إلخ
Sanksi kepada club
( التفسير المنير : 1/474)
( ولا تزر وازرة وزر أخرى )أي لا تحمل نفس حاملة للإثم أثم نفس أخرى بطيبة النفس حتى يمكن تخلص النفس الثانية عن إثمها ولكن يحمل عليها القصاص فلا تؤخذ نفس أخرى فكل واحد مقتص بذنب نفسه وهذا قطع لأطماع الكفار حيث كانوا يزعمون أنهم إن لم يكونوا على الحق فالعقاب على أسلافهم الذين قلدوهم الدين الفاسد

Ø Status piala dan sabuk penghargaan
( ترشيح المستفيدين : 263)
تتمة: تجمع على أن الوفاء بالوعد بالخير مطلوب وهل هو مستحب أو واجب ذهب الثلاثة إلى الأول وإن في تركه كراهة شديدة وعليه أكثر العلماء قال مالك إن اشترط الوعد بسبب كقوله تزوج ولك كذا ونحو ذلك وجب الوفاء به وإن كان الوعد مطلقا لم يجب اهـ رحمة واختار وجوب الوفاء عن الشافعية تقي الدين السبكي كما مر ذلك في البيع في بيان بيع العمدة. 

( البيجيرمي : 3/280)
والشرط الثالث مملوك أي أن يكون للعاقد عليه ولاية فلا يصح بيع فضول وإن أجازه المالك لعدم ولايته على المعقود عليه (قوله أن يكون) إنما فسر بذلك لأن كلام المتن قاصر على الملك فأشار إلى أن المدار على الولاية بملك أو وكالة أو ولاية كالأب والجد والوصي مثلا أو إذن من الشارع كالملتقط فيما يخاف فساده فله بيعه. 

ا( ألأشباه والنظائر: 196) 
األسادسة الملك إما للعين والمنفعة معا وهذا الغالب أو للعين فقط –إلى أن قال- وإما للمنفعة فقط كمنافع العبد الموصى بمنفعته أبدا وكالمستأجر والموقوف علىمعين وقد يملك الانتفاع دون المنافع كالمستعير والعبد الذي أوصي بمنفعته مدة حياة الموصى له –إلى أن قال- ومن ملك الإنتفاع فليس له الإجارة قطعا ولا الإعارة في األأصح.

Ø Menjual club
( ألأشباه والنظائر: 191)
القول في الملك وفيه مسائل الأولى في تفسيره وقال ابن السبكي هو حكم شرعي يقدر في عين أو منفعة يقتضي تمكن من ينسب إليه من انتفاعه والعوض عنه من حيث هو كذلك –إلى أن قال- وخرج أيضا الإختصاص في المساجد والربط ومقاعد الأسواق إذ لا ملك فيها مع التمكن من التصرف . 
( نهاية المحتاج للرملي : 5/ 336)
ومن شرع في عمل إحياء ولم يتمه _ إلى أن قال _ لكن الأصح انه لا يصح بيعه ولا هبته كما قاله الماوردي خلافا للدارمي لما مر من أنه غير ملك وحق التملك لايباع كحق الشفعة والثاني يصح بيعه وكأنه باع حق الإختصاص .

( مجلة مجمع الفقه الإسلام : 3/ 2374)
فخلاضة الحكم في بيع حق الأسبقبة أنه وإن كان بعض الفقهاء يجوزون هذا البيع ولكن معظمهم على عدم جوازه ولكن يخوز عندهم النزول عنه بمال على وجه الصلح والله سبحانه أعلم.

( ألأشباه والنظائر : 76)
( فصل ) ومن هذه القاعدة تفيق الصفقة وهي إن تجمع في عقد بين حرام وحلال وتجري في أبواب وفيها غالبا قولان أو وجهان أصحهما ألصحة في الحلال والثاني البطلان في الكل .

Ø Sikap pemerintah terhadap tinju
( ألأدب النبوي : 47)
فإمام الناس من ملك أو أمير راع كفيل وحافظ امين مسؤل عن أهل مملكته أو امارته فعليه اقامة العادلة فيهم وردالحقوق لأربابها واحترام حرياتهم في دلئرة الحق والأدب واستشارتهم في الأمور وأللإجتماع لنصائحهم والذود عن كرامتهم والحرص على مصالحهم والدفاع عن حقوقهم وفتح الأبواب لمعايشهم وتذليل السبل لتنمية ثروتهم والضرب على أيدي الناس المفسدين والتنكيل بالمجرمين الخائنين والعمل على قطع الفساد في الأرض ومنع الجرائم منها إلى غير ذلك مما ترقى به المة وتسلم من الأضرار .

Ø Atlet pelatnas
(ألأشباه والنظائر : 84 )
( مسئلة ) يصح الإستئجار لكل مالا تجب له نية _ إلى أنقال _ لا القضات والإمامة ولو في نفل فيما يعطاه الإمام على ذلك فمن باب الأرزاق والمسامحة فلو امتنع المعطي من إعطاع ما قلالاه لم تجز له المطالبة به ولا لعقد النكاح كالجعالة عليه الخ .

( إسعاد الرفيق : 2/ 57)
ومنها أكل ما يدخل على الشخص بسبب ( المكس ) وهو ما ترتبه الظلمة من السلاطين في أموال الناس بقوانين إبتدعوها .

( إسعاد الرفيق : 2/ 97)
( والغضب ) وهو الإستيلاء علي حقوق الغير ظلما _ إلى أن قال _ ولقوله عليه الصلاة والسلام لا يحل لأحد أن يأخذ عصا أخيه بغيلر طيب نفس منه

  • Www.Piss-KTB

Link asal : https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/485311661540194/