Senin, 18 November 2013

AIB AIB NIKAH

Oleh : Kakek Jhosy >>> 

Aib-aib yang membolehkan khiyar

Dan mushonnif memulai menerangkan aib-aib dalam nikah yang memungkinkan pemilihan dalamnya, maka ia berkata (dan perempuan boleh dikembalikan) yakni istri (dengan adnya lima aib) salah satunya (karena sebab gila) baik ituterus menerus atau terputus-putus dan bisa disemnbuhkan atau tidak. Keluar dari kata ayan, maka disitu tidak ada ketetapan khiyar dalam fasakhnya nikah walupun kekal, berbeda bagi Imam Mutawalli (dan) yang kedua, dengan sebab adanya (kusta) dengan huruf dzal yang bertitik dan adalah sebuah penyakit ;memerahnya anggota badan, lalu menghitam kemudian terputus-putus dan selanjutnya bertebaran (dan) yang ketiga sebab adanya (penyakita vitiligo) dan itu memutihnya kulit, hilangnya darah kulit dan apa yang ada dibawahnya dari daging, dan ini bukan panu. Dan bahaq itu yang merubah kulit tanpa menghilangkan darahnya. Untuk panu tidak ada ketetapan khiyar (dan) yang ke empat, dengan sebab (rotaq) yaitu tersumbatnya tempat jimak dengan daging (dan) yang kelima dengan sebab (qorn) yaitu tersumbatnya tempat jimak dengan tulang. Dan selain aib-aib tersebut seperti bau mulut dan ketiak tidak ada ketetapan khiyar

(laki dikembalikan) juga, yakni suami (karen alima aib: gila, judam, vitiligo) maknanya telah berlalu (dan) dengan adanya (jabb) yaitu terpotongnya dzakar semuanya atau sebagianya, dan sisanya bukan hasafah. Dan jika masih ada sisa hasafah sekedarnya atau lebih maka tidak ada khiyar (dan) dengan sebab (impoten) dengan dlommahnya a’ain, yitu tidak mampu melakukan wati’ di qubul dikarenakan tidak adanya kekuatan yang membuatnya ereksi, karena kejiwaannya ataupun alat kelaminnya. Dan disyaratkan dalam aib-aib tersebut melaporkannya pada qodli. Dan tidak hanya suami istri yang bersangkutan saja yang saling rela dalam fasakh. Ini dalam apa yang dimaksud oleh Imam Mawardi dan lainya, tapi dhohir nasnya bertentangan dengan itu.


Referensi   
فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب     
العيوب التي تجوز رد المرأة والرجل
 ثم شرع في عيوب النكاح المثبتة للخيار فيه، فقال: (وترد المرأة) أي الزوجة (بخمسة عيوب): أحدها (بالجنون)، سواء أطبق أو تقطع قبل العلاج أو لا، فخرج الإغماء؛ فلا يثبت به الخيار في فسخ النكاح ولو دام، خلافا للمتولي. (و) ثانيها بوجود (الجُذام) بذال المعجمة، وهو علة يحمر منها العضو ثم يسود ثم يتقطع ثم يتناثر. (و) الثالث بوجود (البرص)، وهو بياض في الجلد يذهب دم الجلد وما تحته من اللحم؛ فخرج البهق، وهو ما يُغيِّر الجلد من غير إذهاب دمِّه؛ فلا يثبت به الخيار. (و) الرابع بوجود (الرتق)، وهو انسداد محل الجماع بلحم. (و) الخامس بوجود (القَرن)، وهو انسداد محل الجماع بعَظْم. وما عدا هذه العيوب كالبخر والصنان لا يثبت به الخيار

ويرد الرجل) أيضا أي الزوج (بخمسة عيوب: بالجنون، والجذام، والبرص). وسبق معناها. (و) بوجود (الجَبِّ)، وهو قطع الذكر كله أو بعضه والباقي منه دون الحشفة؛ فإن بقي قدرها فأكثر فلا خيار. (و) بوجود (العُنة) بضم العين، وهو عجز الزوج عن الوطء في القبل لسقوط القوة الناشرة لضعف في قلبه أو آلته
ويشترط في العيوب المذكورة الرفع فيها إلى القاضي. ولا ينفرد الزوجان بالتراضي بالفسخ فيها كما يقتضيه كلام الماوردي وغيره، لكن ظاهر النص خلافه

Tidak ada komentar:

Posting Komentar