Sabtu, 18 Mei 2013

HAL-HAL YANG DIPERBOLEHKAN MEMBATALKAN SHALAT FARDLU


Wes Qie
Assalamu alaikum
wa rohmatullohi
wa barokaatuhu

Deskripsi Masalah

kakek jhosy adalah seorang bisnismen yg super sibuk, ponselnya selalu berdering disetiap waktu baik dari pacar pacar nya dan istri istrinya yg lain dan rekan kerjanya. Suatu hari ketika ia tengah melaksanakan sholat sendirian, ponselnya berdering. Karena merasa terganggu,kakek jhosy mau membatalkan sholatnya untuk mematikan ponselnya.

PERTANYAAN

a. Apakah tindakan kakek jhosy membatalkan sholat hanya untuk mematikan ponselnya bisa dibenarkan?

Kalau mau ditafshil meninjau tahu tidaknya kakek jhosy akan tindakannya.
Dipersilahkan. hehe

b. Sebatas manakah kita diperbolehkan membatalkan sholat fardlu?

atas jawabannya saya ucapkan banyak trimakasih

wassalamu alaikum


JAWABAN
FaNo Cahyono >>> Wa'alaykumusalam warahmatullahy wabarakatuh...nyoba njawab sapa tau benar&klo salah mohon diluruskan.

Jawaban no 1 

Segala hal yang berpotensi mengganggu konsentrasi dalam sholat, sunnah untuk dihindari.Jika ada dugaan ponsel berbunyi di tengah-tengah shalat sehingga mengakibatkan tasywis(gangguan konsentrasi) pada dirinya sendiri; Atau ada kemungkinan tasywis pada orang lain, maka hukumnya makruh. Bahkan haram bila ada dugaan atau keyakinan menyebabkan tasywis pada orang lain yang melebihi batas kewajaran atau lebih dari sekadar menghilangkan kekhusyu’an.

Catatan :Tasywis adalah segala sesuatu yang menyebabkan terganggunya konsentrasi (kekhusyu’an) orang yang sedang shalat.

Referensi ;

1.Nihayatul Zain Juz 1 hal. 80.
2.At Tarmasi Juz 2 hal. 396 – 397.
3.Hawasyi Asysyarwani Juz 4 hal. 61

Ibarot ;

نهاية الزين ج: 1 ص: 80وكره صلاة بمدافعة حدث ويسمى من اتصف بذلك حاقبا بالباء إذا كان مدافعا بالغائط وحاقنا بالنون إذا كان مدافعا بالبول وحاقما بالميم إذا كان مدافعا بهما وحازقا بالزاي إذا كان مدافعا بالريح والعبرة في كراهة ذلك بوجوده عند التحرم ويلحق به ما لو عرض له قبل التحرم فرده وعلم من عادته أنه يعود له في أثناء الصلاة والسنة تفريغ نفسه من ذلك لأنه يخل بالخشوع وإن خاف فوت الجماعة حيث كان الوقت متسعا فإن ضاق وجبت الصلاة مع ذلك إلا إن خاف ضررا لا يحتمل عادة

الترمسى الجزء الثانى ص: 396-397(ويحرم) على كل أحد (الجهر) في الصلاة وخارجها (إن شوش على غيره) من نحو مصل أو قارئ أو نائم للضرر ويرجع لقول المتشوش ولو فاسقا لأنه لا يعرف إلا منه وما ذكره من الحرمة ظاهر لكنه ينافيه كلام المجموع وغيره فإنه كالصريح في عدمها إلا أن يجمع بحمله على ما إذا خف التشويش (قوله على ما إذا خف التشويش) أي وما ذكره المصنف من الحرمة على ما إذا اشتد وعبارة الإيعاب ينبغي حمل قول المجموع وإن آذى جاره على إيذاء خفيف لا يتسامح به به بخلاف جهر يعطله عن القراءة بالكلية انتهى

حواشي الشرواني ج: 4 ص: 61قوله ورفع صوته ولو في المسجد أي حيث لا يشوش على نحو مصل وقارىء ونائم فإن شوش بأن أزال الخشوع من أصله كره فإن زاد التشويش حرم ونائي وفي سم عن الإيعاب ما يوافقه زاد الكردي علي بافضل قال ابن الجمال يكفي قول المتأذي لأنه لا يعلم إلا منه اهـ


Dha Kho Chan >>>
 وعَلَيْكُمْ السلام وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ : ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﻭﺃﺩﻟﺘﻪ ﺝ 2 - ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ 220 ﺍﻟﺸﺎملة
ﻟﻸﺩﻟﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻲﺓ ﻭﺍﻵﺭﺍﺀ ﺍﻟﻤﺬﻫﺒﻴﺔ ﻭﺃﻫﻢ ﺍﻟﻨﻈﺮﻱﺍﺕ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ
ﻭﺗﺤﻘﻴﻖ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻨﺒﻮﻱﺓ ﻭﺗﺨﺮﻳﺠﻬﺎﺛﺎﻟﺜﺎ ـ ﻣﺎ ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻷﺟﻠﻪ:ﻗﺪ ﻳﺠﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ، ﻭﻗﺪ ﻳﺒﺎﺡ ﻟﻌﺬﺭ (2) .ﺃﻣﺎ ﻣﺎ
ﻳﺠﺐ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻓﻬﻮ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻲ- 1: ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻟﻮ
ﻓﺮﺿﺎ ﺑﺎﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺷﺨﺺ ﻣﻠﻬﻮﻑ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻐﺚ ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﻲ ﺑﻌﻴﻨﻪ،
ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺷﺎﻫﺪ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ﻭﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ، ﺃﻭ ﺻﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﻴﻮﺍﻥ، ﺃﻭ
ﺍﻋﺘﺪﻯ ﻋﻠﻴﻪ ﻇﺎﻟﻢ، ﻭﻫﻮ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺇﻏﺎﺛﺘﻪ.ﻭﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ
ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻨﺪﺍﺀ ﺃﺣﺪ ﺍﻷﺑﻮﻳﻦ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﺳﺘﻐﺎﺛﺔ؛ ﻷﻥ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ2. - ﻭﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺃﻳﻀﺎ ﺇﺫﺍ ﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﻇﻦ
ﺍﻟﻤﺼﻠﻲ ﺧﻮﻑ ﺗﺮﺩﻱ ﺃﻋﻤﻰ، ﺃﻭ ﺻﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻓﻲ ﺑﺌﺮ ﻭﻧﺤﻮﻩ.
ﻛﻤﺎ ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺧﻮﻑ ﺍﻧﺪﻻﻉ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﺍﺣﺘﺮﺍﻕ ﺍﻟﻤﺘﺎﻉ ﻭﻣﻬﺎﺟﻤﺔ
ﺍﻟﺬﺋﺐ ﺍﻟﻐﻨﻢ؛ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺃﻭﺍﻟﻤﺎﻝ، ﻭﺇﻣﻜﺎﻥ
ﺗﺪﺍﺭﻙ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻌﺪ ﻗﻄﻌﻬﺎ، ﻷﻥ ﺃﺩﺍﺀ ﺣﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﺴﺎﻣﺤﺔ.ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﻪ ﻭﻟﻮ ﻓﺮﺿﺎ ﻟﻌﺬﺭ ﻓﻬﻮ ﻣﺎ
ﻳﺄﺗﻲ1: - ﺳﺮﻗﺔ ﺍﻟﻤﺘﺎﻉ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﺮﻭﻕ ﻟﻐﻴﺮﻩ، ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ
ﺍﻟﻤﺴﺮﻭﻕ ﻳﺴﺎﻭﻱ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﻓﺄﻛﺜﺮ2. - ﺧﻮﻑ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻋﻠﻰ ﻭﻟﺪﻫﺎ، ﺃﻭ
ﺧﻮﻑ ﻓﻮﺭﺍﻥ ﺍﻟﻘﺪﺭ، ﺃﻭﺍﺣﺘﺮﺍﻕ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ. ﻭﻟﻮ ﺧﺎﻓﺖ
ﺍﻟﻘﺎﺑﻠﺔ )ﺍﻟﺪﺍﻳﺔ( ﻣﻮﺕ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻭ ﺗﻠﻒ ﻋﻀﻮ ﻣﻨﻪ، ﺃﻭ ﺗﻠﻒ ﺃﻣﻪ
ﺑﺘﺮﻛﻬﺎ، ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻦ ﻭﻗﺘﻬﺎ، ﻭﻗﻄﻌﻬﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ
ﻓﻴﻬﺎ3. - ﻣﺨﺎﻓﺔ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﺼﻮﺹ ﺃﻭ ﻗﻄﺎﻉ ﺍﻟﻄﺮﻕ4. - ﻗﺘﻞ
ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﺍﻟﻤﺆﺫﻱ ﺇﺫﺍ ﺍﺣﺘﺎﺝ ﻗﺘﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﻋﻤﻞ ﻛﺜﻴﺮ5. - ﺭﺩ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﺇﺫﺍ
ﺷﺮﺩﺕ6. - ﻣﺪﺍﻓﻌﺔ ﺍﻷﺧﺒﺜﻴﻦ )ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ( ﻭﺇﻥ ﻓﺎﺗﺘﻪ
ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ7. - ﻧﺪﺍﺀ ﺃﺣﺪ ﺍﻷﺑﻮﻳﻦ ﻓﻲ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻨﺎﻓﻠﺔ، ﻭﻫﻮﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ
ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﺃﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻳﻀﺔ ﻓﻼ ﻳﺠﻴﺒﻪ ﺇﻻ ﻟﻠﻀﺮﺭ، ﻭﻫﺬﺍ ﻣﺘﻔﻖ
ﻋﻠﻴﻪ(2). ﻣﺮﺍﻗﻲ ﺍﻟﻔﻼﺡ: ﺹ60

shalat terkadang wajib karena situasi
darurat dan terkadang boleh karena adanya udzur.

A.Memutus shalat wajib karena situasi darurat,
diantaranya :

1. Shalat boleh diputus meskipun shalat wajib
karena minta tolongnya seseorang yang mengaduh
meskipun tidak minta pertolongan pada orang yang
tengah shalat, seperti saat ia melihat seseorang
jatuh didalam air, diterkam binatang, dianiaya orang
dhalim dan ia mampu memberi pertolongan.Menurut
Hanafiyyah memutus shalat karena akibat panggilan
salah satu dari kedua orang tua bila bukan karena
meminta pertolongan (seperti contoh diatas)
hukumnya tidak boleh karena memutus shalat tanpa
darurat tidak diperbolehkan.
2. Shalat juga boleh diputus bila seorang yang
tengah shalat memiliki praduga akan terjatuhnya
orang yang buta, anak kecil atau selain mereka
berdua dalam semacam sumur atau lainnya, seperti
bolehnya memutus shalat saat melihat akan terlalap
dan terbakarnya harta benda oleh kobaran api,
diserngnya kambing oleh anjing hutan, karena
didalamnya terdapat unsure menyelamatkan jiwa
dan harta benda dan masih memungkinkannya
menjalankan shalat setelah memutusnya sebab
“Hak-hak Allah dibangun berdasarkan kemurahan”

B.Hal-hal yang dianggap udzur yang membolehkan
seseorang memutus shalat meskipun shalat wajib:
1. Pencurian harta benda meski pun milik orang lain
bila harta yang dicuri bernilai satu dirham keatas.
2. Kekhawatiran seorang ibu akan anaknya,
hangusnya masakan, membludaknya panci
masakan.Seorang dukun bayi bila mengkhawatirkan
matinya atau cacatnya anak yang hendak dilahirkan
atau cacatnya ibu yang sedang melahirkan maka ia
wajib mengakhirkan shalatnya atau memutuskannya
saat sedang menjalaninya.
3. Kekhawatiran musafir dari seorang pencuri atau
begal.
4. Membunuh binatang buas bila membutuhkan
perbuatan banyak saat membunuhnya.
5. Menembalikan hewan tunggangan yang lepas.
6. Menahan dua hal yang menjijikkan (yang keluar
dari qubul dan dubur) meskipun akan hilang darinya
berjamaah.
7. Panggilan salah seorang dari kedua orang tua
dalam shalat sunnah, yang mereka tidak mengetahui
bahwa ia tengah shalat, sedang dalam shalat wajib
maka tidak boleh menjawabnya kecuali dalam
keadaan darurat, hal ni menjadi kesepakatan ulama
(keterangan dari kitab Muraaqi al-falaah hal 60, kitab
hanafiyyah).
Al-Fiqh al-Islaam II/220

Link Asal
https://www.facebook.com/groups/Fiqhsalafiyyah/permalink/494751490596211/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar