Kamis, 21 Maret 2013

HUKUM AIR LIUR MANUSIA ( JHEIL-Madura -red)


Status-Hamba Yang-Berselimu Dgn Noda-dosa

Assalamu'alaikum
Bismillah 
 
mau nanya lagi nich kang yai wal kang ustadz >>> 
1 .. Klow tidur ngga pake' bantal terus ngeler (ceil madura red ) katanya najis
klow pake' bantal maka iler nya ngga najis   2..Kenapa ada Perbeda'an najis dan ngga nya ngiler di Antara tidur pake bantal dengan tidak pake bantal
  3 .. nyosul


JAWABAN
Ifas Irama II >>> Wa'alaikum salam wr wb
Saya coba jawaban dengan copasan.

1. Menurut Abu Al-Laits, salah seorang ulama' pengikut madzhab hanafi, air liur dihukumi suci secara mutlak.
2. Menurut Imam Al-Muzani hukumnya najis secara mutlak.
3. Menurut pendapat mu'tamad (pendapat yang dibuat pegangan) hukumnya ditafshil (diperinci) ; jika air liur yang keluar tersebut berubah, baunya tidak sedap atau berwarna kuning, maka hukumnya najis karena air liur tersebut keluar dari perut. Sedangkan bila tidak sampai berubah, maka dihukumi suci, karena keluar anak lidah (Al-Lahat). Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Al-Juwaini dalam kitab "At-Tabshiroh Fil Waswasah" dan juga oleh Syekh Al-Mutawalli.

Syekh Ibnul Imad menjelaskan bahwa ada 3 tanda-tanda yang dijelaskan oleh ulama' bahwa air liur tersebut berasal dari pencernaan yang dihukumi najis :

1. Air liurnya berwarna kuning
2. Air liur tersebut keluar saat tidurnya lama
3. Air liurnya keluar saat tidurnya tidak memakai alas palas kepalanya, semisal memakai bantal.

Namun apabila ragu apakah keluar dari perut atau tidak, lebih baik disucikan sebagai bentuk sikap berhati-hati (ikhthiyath). Meskipun air liur najis jika berubah, namun najis tersebut dima'fu (tidak harus disucikan) bagi orang yang tidak bisa menghindarkan diri dari keberadaannya, maksudnya jarang sekali ia tidak mengeluarkan air liur.

Imam Nawawi dalam "Al-Majmu'' menyatakan bahwa hukum dari air liur adalah suci selama belum diyakini bahwa air liur tersebut benar-benar keluar dari dalam perut. Beliau sudah menanyakan sendiri pada beberapa ahli kedokteran yang terperpaya, dan hasilnya mereka semua mengingkari bahwa air tersebut keluar dari pencernaan , mereka juga mengingkari orang-orang yang mengharuskan membersihkan air liur.

Dari urain diatas bisa dimengerti bahwa alasan bahwa air liur dihukumi najis bila memang keluar dari pencernaan, sehingga dihukumi najis seperti halnya muntah. Sedangkan jika keluar dari bagian mulut maka dihukumi suci sebagaimana ludah

Sedangkan mani hukumnya suci berbeda menurut Imam Malik begitu juga lendir dari kepala atau dada bukan lender yang dari pencernaan, begitu juga air yang mengalir dari bibir orang tidur (iler-java-pen) meskipun bacin atau berwarna kekuning-kuningan selama tidak diyakini keluar dari perut kecuali bagi orang yang mendapatkan cobaan (dengan terus-menerus mengeluarkan liur dari perut) maka juga termasuk najis yang dima’fu (diampuni) meskipun banyak

Kenapa air liuar najis?
Karena dalam perut tempat terjadinya perubahan makanan menjadi bacin dan rusak, sesuatu yang disana hukumnya najis karena sudah menyerupai tinja/kotoran

Referensi
Hasyiyyah I'anath tholibih juz I/85
أما المنى فطاهر خلافا لمالك وكذا بلغم غير معدة من راس او صدر وماء سائل من فم نائم ولو نتنا أو أصفر مالم يتحقق أنه من معدة الاممن إبتلى به فيعفى عنه وإن كثر

Referensi
Al-muhaddzab juz I/47
وأما القيء فهو نجس لحديث عمار ولأنه طعام استحال في الجوف إلى النتن والفساد فكان نجسا كالغائط

Referensi
Hasyiyah Ar-Rosyidi Ala Fathul Jawad hal 21
وحاصل هذه الأقوال, أن الماء السائل من الفم : قال أبو الليث طاهر مطلقا, وقال المزني نجس مطلقا, والمعتمد التفصيل, وهو أنه إذا تغير بصفرة فنجس يعفى عنه في حق من ابتلي به وإلا فطاهر, لأن المتغير من البطن وغير المتغير من اللهاة. وذكروا فروقا ثلاثة يعرف بها الذي من البطن والذي من الرأس
وسئل المفتى محمد صالح فى ماء يخرج من فم النائم هل هو نجس او لا واذا كان نجسا فكيف الاحتراز عنه لمن ابتلى ،فاجاب بقوله حيث لم يتحقق انه من المعدة فهو طاهر وان تحقق انه منها فهو نجس ومن ابتلى به عفى عنه فى حقه . (سفينة النجا ص 43

Referensi
Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, juz II/ 551-552
فرع : الماء الذي يسيل من فم الإنسان حال النوم قال المتولي إن انفصل متغيرا فنجس وإلا فطاهر وقال الشيخ أبو محمد الجويني في كتاب التبصرة في الوسوسة منه ما يسيل من اللهوات فهو طاهر ومنه ما يسيل من المعدة فهو نجس بالاجماع وطريق التمييز منها أن يراعى عادته فإن كان يسيل من فمه في أوائل نومه بلل وينقطع حتى إذا طال زمان النوم انقطع ذلك البلل وجفت شفته ونشفت الوسادة فالظاهر أنه من الفم لا من المعدة وإن طال زمان النوم وأحس مع ذلك بالبلل فالظاهر أنه من المعدة وإذا أشكل فلم يعرفه فالاحتياط غسله هذا كلام الشيخ أبي محمد وسألت أنا عدولا من الأطباء فأنكروا كونه من المعدة وأنكروا على من أوجب غسله والمختار لا يجب غسله إلا إذا عرف أنه من المعدة ومتى شك فلا يجب غسله لكن يستحب احتياطا وحيث حكمنا بنجاسته وعمت بلوى إنسان به وكثر في حقه فالظاهر أنه يعفى عنه في حقه ويلتحق بدم البراغيث وسلس البول والاستحاضة ونحوها مما عفي عنه للمشقة

  • Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/470769636327730/?comment_id=471275589610468&offset=0&total_comments=6

2 komentar:

  1. terima kasih kawan atas infonya. sedikit namun sangat bermanfaat

    http://dwiafik.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Assalamu Alaikum WR WB.

    Tanya Ustadz..
    kalau air ludah atau air liur orang yg non muslim bagaimana Ustadz, apakah najis atau tidak?
    mhn penjelasannya Ustadz.
    Trimakasih.
    Wassalam.

    BalasHapus