Oleh : Brojol Gemblung
ﻣﻮﻋﻈﺔ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻣﻦ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺹ279
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻧﺎﻓﻌﺎ ، ﻓﻔﻲ ﺧﺒﺮ " : ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻔﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻭﻫﻮ ﻣﺼﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺎﻟﻤﺴﺘﻬﺰﺉ ﺑﺂﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ " ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ " : ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺑﺎﻟﻠﺴﺎﻥ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻟﻜﺬﺍﺑﻴﻦ " ﻭﻗﺎﻟﺖ " ﺭﺍﺑﻌﺔ " : "ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻧﺎ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻛﺜﻴﺮ "
ﻭﺫﻟﻚ ؛ ﻷﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻟﻜﺬﺍﺑﻴﻦ ﻫﻮ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﻘﻠﺐ ﻓﻴﻪ ﺵﺭﻛﺔ ، ﻛﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﺤﻜﻢ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻭﻋﻦ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻐﻔﻠﺔ " :ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ، " ﻭﻛﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺇﺫﺍ ﺳﻤﻊ ﺻﻔﺔ ﺍﻟﻨﺎﺭ " :ﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻨﻬﺎ " ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﺘﺄﺛﺮ ﺑﻪ ﻗﻠﺒﻪ ، ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﻣﺠﺮﺩ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻭﻻ ﺟﺪﻭﻯ ﻟﻪ ،
ﻓﺄﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﻀﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺗﻀﺮﻉ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ - ﺗﻌﺎﻟﻰ - ﻭﺍﺑﺘﻬﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺳﺆﺍﻝ ﺍﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻋﻦ ﺻﺪﻕ ﺇﺭﺍﺩﺓ ﻭﺧﻠﻮﺹ ﻧﻴﺔ ﻭﺭﻏﺒﺔ ، ﻓﻬﺬﻩ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻓﺘﺼﻠﺢ ﻷﻥ ﺗﺪﻓﻊ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ، ﻭﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺗﺤﻤﻞ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻝ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " : - ﻣﺎ ﺃﺻﺮ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻐﻔﺮ ﻭﻟﻮ ﻋﺎﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﺮﺓ "
Dan ketahuilah bahwa tidak setiap istighfar itu bermanfa'at / berguna. Di dalam sebuah khabar dinyatakan : "Orang yg meminta pengampunan dari sebuah dosa sementara dia berketetapan untuk terus melakukannya itu sebagaimana orang yg mempermainkan / meremehkan ayat2 Allah". Sebagian ulama salaf berkata : "Istighfar dg lisan merupakan taubat para pembohong". Dan Rabi'ah berkata : "Istighfarku membutuhkan istighfar yg banyak".
Hal demikian itu karena istighfar yg merupakan taubatnya para pembohong adalah istighfar dilisan saja tanpa ada keterpaduan hati di dalamnya, seperti halnya kebiasaan manusia dan dalam keadaan lalai ia berucap : "AstaghfiruLlah", dan seperti ucapannya ketika mendengar prihal neraka : "Na'udzu biLlah Minha", tanpa ada keikutsertaan hati dg ucapannya tersebut. Hal demikian ini murni gerakan lisan dan tidak ada gunanya.
Sedangkan apabila kerendahan hati terhadap Allah bergabung dg lisan, serta kesungguhannya dalam meminta pengampunan dari sebuah kehendak yg sejati, tulusnya hati, dan keinginan, maka ini merupakan hal yg bagus, lantas patut hal buruk / jelek bisa tertolak dengannya. Dan hadits2 yg menjelaskan prihal keutamaan istighfar diarahkan terhadap konsep yg demikian tersebut, sehingga Nabi saw. bersabda : "Tidaklah terbilang berketetapan untuk terus melakukan dosa ialah orang yg meminta pengampunan (bertaubat nasuha) meskipun pada suatu hari dia kembali mengulanginya sebanyak tujuh puluh kali
ﻣﻮﻋﻈﺔ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻣﻦ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺹ279
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻧﺎﻓﻌﺎ ، ﻓﻔﻲ ﺧﺒﺮ " : ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﻔﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻭﻫﻮ ﻣﺼﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺎﻟﻤﺴﺘﻬﺰﺉ ﺑﺂﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ " ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ " : ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺑﺎﻟﻠﺴﺎﻥ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻟﻜﺬﺍﺑﻴﻦ " ﻭﻗﺎﻟﺖ " ﺭﺍﺑﻌﺔ " : "ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻧﺎ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻛﺜﻴﺮ "
ﻭﺫﻟﻚ ؛ ﻷﻥ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻟﻜﺬﺍﺑﻴﻦ ﻫﻮ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﻘﻠﺐ ﻓﻴﻪ ﺵﺭﻛﺔ ، ﻛﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﺤﻜﻢ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻭﻋﻦ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻐﻔﻠﺔ " :ﺃﺳﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ، " ﻭﻛﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺇﺫﺍ ﺳﻤﻊ ﺻﻔﺔ ﺍﻟﻨﺎﺭ " :ﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻨﻬﺎ " ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﺘﺄﺛﺮ ﺑﻪ ﻗﻠﺒﻪ ، ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﻣﺠﺮﺩ ﺣﺮﻛﺔ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﻭﻻ ﺟﺪﻭﻯ ﻟﻪ ،
ﻓﺄﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﻀﺎﻑ ﺇﻟﻴﻪ ﺗﻀﺮﻉ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ - ﺗﻌﺎﻟﻰ - ﻭﺍﺑﺘﻬﺎﻟﻪ ﻓﻲ ﺳﺆﺍﻝ ﺍﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻋﻦ ﺻﺪﻕ ﺇﺭﺍﺩﺓ ﻭﺧﻠﻮﺹ ﻧﻴﺔ ﻭﺭﻏﺒﺔ ، ﻓﻬﺬﻩ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻓﺘﺼﻠﺢ ﻷﻥ ﺗﺪﻓﻊ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺴﻴﺌﺔ ، ﻭﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺗﺤﻤﻞ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻝ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ " : - ﻣﺎ ﺃﺻﺮ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻐﻔﺮ ﻭﻟﻮ ﻋﺎﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺳﺒﻌﻴﻦ ﻣﺮﺓ "
Dan ketahuilah bahwa tidak setiap istighfar itu bermanfa'at / berguna. Di dalam sebuah khabar dinyatakan : "Orang yg meminta pengampunan dari sebuah dosa sementara dia berketetapan untuk terus melakukannya itu sebagaimana orang yg mempermainkan / meremehkan ayat2 Allah". Sebagian ulama salaf berkata : "Istighfar dg lisan merupakan taubat para pembohong". Dan Rabi'ah berkata : "Istighfarku membutuhkan istighfar yg banyak".
Hal demikian itu karena istighfar yg merupakan taubatnya para pembohong adalah istighfar dilisan saja tanpa ada keterpaduan hati di dalamnya, seperti halnya kebiasaan manusia dan dalam keadaan lalai ia berucap : "AstaghfiruLlah", dan seperti ucapannya ketika mendengar prihal neraka : "Na'udzu biLlah Minha", tanpa ada keikutsertaan hati dg ucapannya tersebut. Hal demikian ini murni gerakan lisan dan tidak ada gunanya.
Sedangkan apabila kerendahan hati terhadap Allah bergabung dg lisan, serta kesungguhannya dalam meminta pengampunan dari sebuah kehendak yg sejati, tulusnya hati, dan keinginan, maka ini merupakan hal yg bagus, lantas patut hal buruk / jelek bisa tertolak dengannya. Dan hadits2 yg menjelaskan prihal keutamaan istighfar diarahkan terhadap konsep yg demikian tersebut, sehingga Nabi saw. bersabda : "Tidaklah terbilang berketetapan untuk terus melakukan dosa ialah orang yg meminta pengampunan (bertaubat nasuha) meskipun pada suatu hari dia kembali mengulanginya sebanyak tujuh puluh kali
- Link Asal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar