Rabu, 20 Februari 2013

ISTRI MENOLAK AJAKAN SUAMI


Sarah Jalal
ass...maaf ganggu wkt anda..mau tanya' nich.apakah aq berdosa menolak ajakan suami melakukan hubungan suami istri..?dengan alasan sangat capek sekali.. atas jawabanx trms.wassalam


 JAWABAN
  • Syifa Ramadhany

Wa'alaikumsalam

Sebagian kewajiban istri pada suaminya adalah siap melayani saat diajak ketempat tidur, tidak ada baginya alasan menolok selagi tidak terdapat udzur yang syar’i seperti saat ia sedang sakit, haid atau sedang menjalankan puasa wajib, bahkan boleh bagi suaminya menyenggamainya dengan paksa bila ia menolak untuk diajak bercumbu tanpa adanya udzur diatas.

وَلَا طَاعَةَ لِأَحَدٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لِمَا فِيهِ مِنْ الْمَفْسَدَةِ الْمُوبِقَةِ فِي الدَّارَيْنِ أَوْ فِي أَحَدِهِمَا , فَمَنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ لَهُ , إلَّا أَنْ يُكْرِهَ إنْسَانًا عَلَى أَمْرٍ يُبِيحُهُ الْإِكْرَاهُ فَلَا إثْمَ عَلَى مُطِيعِهِ , وَقَدْ تَجِبُ طَاعَتُهُ لَا لِكَوْنِهِ آمِرًا بَلْ لِدَفْعِ مَفْسَدَةِ مَا يُهَدِّدُهُ بِهِ

Dan tidak ada taat pada seseorang dalam maksiat kepada Allah karena didalamnya mengandung kehancuran yang menyengsarakan didunia dan akhirat atau disalah satu dari keduanya, barangsiapa memerintahkan perkara maksiat maka tidak boleh didengarkan dan ditaati, kecuali bila seseorang memaksa atas perkara yang diperbolehkan untuk dipaksa maka tidak ada dosa mentaatinya bahkan terkadang berubah menjadi wajib mentaatinya bukan atas dasar karena dia berkuasa tapi karena menepis kehancuran akibat ancaman yang ditimbulkannya.Qawaaid al-Ahkaam fii Mashaalih al-Anaan hal. 158

( ويجب على الزوجة طاعة الزوج في ) جميع ما يأمرها به ويطلبه منها

Dan wajib bagi istri mentaati suaminya dalam setiap yang dia perintahkan dan minta…..Is’aad ar-Rafiiq I/148

له وطؤها جبرا إذا امتنعت بلا مانع شرعي

Boleh bagi suami menyetubuhi istrinya dengan paksa saat istrinya menolak tanpa adanya alasan yang dilegalkan syar’i.Hasyiyah Ibn ‘Aabidiin al-Hanaafy III/4

( وَتَسْقُطُ ) النَّفَقَةُ ( بِنُشُوزٍ ) أَيْ خُرُوجٍ عَنْ طَاعَةِ الزَّوْجِ . ( وَلَوْ بِمَنْعِ لَمْسٍ بِلَا عُذْرٍ ) أَيْ تَسْقُطُ نَفَقَةُ كُلَّ يَوْمٍ بِالنُّشُوزِ بِلَا عُذْرٍ فِي كُلِّهِ ، وَكَذَا فِي بَعْضِهِ فِي الْأَصَحِّ وَنُشُوزُ الْمَجْنُونَةِ وَالْمُرَاهِقَةِ كَالْعَاقِلَةِ الْبَالِغَةِ ، ( وَعَبَالَةِ زَوْجٍ ) أَيْ كِبَرِ آلَتِهِ بِحَيْثُ لَا تَحْمِلُهَا الزَّوْجَةُ ، ( أَوْ مَرَضٍ ) بِهَا ( يَضُرُّ مَعَهُ الْوَطْءُ عُذْرٌ ) فِي النُّشُوزِ عَنْ الْوَطْءِ .

Dan nafkah seorang istri menjadi gugur (tidak wajib) bagi suami akibat NUSYUZ (tidak patuhnya istri pada perintah suami) meskipun akibat menolak disentuh tanpa adanya udzur syari, atau terlalu besarnya kemaluan suami sekira istri tidak mampu menanggungnya, atau sebab sakit yang membuatnya riskan menjalani senggama.Hasyiyah al-Qolyuuby IV/79

قال القمولي في الجواهر : والأولى أن يناما في فراش واحد إذا لم يكن لأحدهما عذر في الانفراد , سيما إذا عرف حرصها على ذلك

Berkata al-Qomuuly dalam al-Jawaahir “Yang lebih baik hendaknya keduanya tidur dalam satu ranjang terlebih bila terlihat keinginan hasratnya ‘untuk melakukannya’ terkecuali bila salah satu dari keduanya punya udzur untuk tidur sendirian”.Mughni al-Muhtaaj IV/414

Wallaahu A'lamu Bis Showaab


bagaimana dengan hadits ini

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلىَ فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

Jika seorang lelaki mengajak istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia enggan dan menolaknya hingga suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat istri tersebut sampai pagi hari.

Sedangkan batas penolakan istri yg membuat dia bisa dikategorikan Nusyuz adalah sekiranya tidak ada udzur dan suami merasa kesulitan mengembalikan dlm ketaatannya.

I’anatuth Tholibin juz 4 hal. 78 – 79 ( Darul Fikr )

ﻭﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ) ﺑﻤﻨﻊ ( ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺍﻟﺰﻭﺝ ) ﻣﻦ ﺗﻤﺘﻊ ( ﻭﻟﻮ ﺑﻨﺤﻮ ﻟﻤﺲ ﺃﻭ ﺑﻤﻮﺿﻊ ﻋﻴﻨﻪ ) ﻻ ( ﺇﻥ ﻣﻨﻌﺘﻪ ) ﻟﻌﺬﺭ ( ﻛﻜﺒﺮ ﺁﻟﺘﻪ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﺗﺤﺘﻤﻠﻪ ﻭﻣﺮﺽ ﺑﻬﺎ ﻳﻀﺮ ﻣﻌﻪ ﺍﻟﻮﻁﺀ ﻭﻗﺮﺡ ﻓﻰ ﻓﺮﺟﻬﺎ ﻭﻛﻨﺤﻮ ﺣﻴﺾ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ( ﺩﺧﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺘﻦ ) ﻗﻮﻟﻪ ﺑﻤﻨﻊ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻣﻦ ﺗﻤﺘﻊ ( ﺃﻯ ﻭﻟﻮ ﺑﺤﺒﺴﻬﺎ ﻇﻠﻤﺎ ﺃﻭ ﺑﺤﻖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺤﺎﺑﺲ ﻫﻮ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻛﻤﺎ ﺍﻗﺘﻀﺎﻩ ﻛﻼﻡﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻘﺮﻯ ﻭﺍﻋﺘﻤﺪﻩ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻨﻪ ﺑﺎﻷﻭﻟﻰ ﺳﻘﻮﻃﻬﺎ ﺑﺤﺒﺴﻬﺎ ﻟﻪ ﻭﻟﻮ ﺑﺤﻖ ﻟﻠﺤﻴﻠﻮﻟﺔ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻨﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺘﻰ ﺑﻪ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻭﺑﺎﻋﺘﺪﺍﺩﻫﺎ ﺑﻮﻁﺀ ﺷﺒﻬﺔ ﺍﻫـ ﻧﻬﺎﻳﺔ ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﺮﺷﻴﺪﻯ ﻗﻮﻟﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺤﺎﺑﺲ ﻫﻮ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻫﻮ ﻏﺎﻳﺔ ﻓﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﺑﺤﻖ ﻓﻘﻂ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ ﺍﻫـ ﻭﻣﺤﻞ ﻛﻮﻥﺍﻟﻤﻨﻊ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺘﺪﻟﻞ ﺃﻯ ﺍﻟﺘﺤﺒﺐ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﺗﻜﻮﻥ ﻧﺎﺷﺰﺓ ﺑﻪ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻟﻮ ﺑﻨﺤﻮ ﻟﻤﺲ ( ﺃﻯ ﻭﻟﻮ ﻣﻨﻌﺘﻪ ﻣﻦﺍﻟﺘﻤﺘﻊ ﺑﻨﺤﻮ ﻟﻤﺲ ﻛﻨﻈﺮ ﻛﺄﻥ ﻏﻄﺖ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﺃﻭ ﺗﻮﻟﺖ ﻋﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻣﻜﻨﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ﺑﻪ ) ﻗﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﺑﻤﻮﺿﻊ ﻋﻴﻨﻪ ( ﺃﻯ ﻭﻟﻮ ﻣﻨﻌﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻤﺘﻊ ﺑﻬﺎ ﻓﻰ ﻣﻮﺿﻊ ﻣﻨﻬﺎ ﻗﺪ ﻋﻴﻨﻪ ﻛﻴﺪﻫﺎ ﻭﻓﺨﺬﻫﺎ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ﺑﻪ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻻ ﺇﻥ ﻣﻨﻌﺘﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻌﺬﺭ ( ﺃﻯ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ﺇﻥ ﻣﻨﻌﺖ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻤﺘﻊ ﺑﻬﺎ ﻟﻌﺬﺭ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻛﻜﺒﺮ ﺁﻟﺘﻪ ( ﻣﺜﺎﻝ ﻟﻠﻌﺬﺭ ﻟﻜﻦ ﻓﻰ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻠﻤﺲ ﺇﺫ ﻫﻮ ﻟﻴﺲ ﻋﺬﺭﺍ ﻣﻦ ﻣﻨﻊ ﺍﻟﻠﻤﺲ ) ﻗﻮﻟﻪ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﺗﺤﺘﻤﻠﻪ ( ﺗﺼﻮﻳﺮ ﻟﻠﻜﺒﺮ ﺃﻯ ﺣﺎﻝ ﻛﻮﻥ ﺍﻟﻜﺒﺮ ﻣﺼﻮﺭﺍ ﺑﺤﺎﻟﺔ ﻻ ﺗﺤﺘﻤﻠﻬﺎ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻣﺮﺽ ﺍﻟﺦ ( ﻣﻌﻄﻮﻑ ﻋﻠﻰ ﻛﺒﺮ: ﺃﻯ ﻭﻛﻤﺮﺽ ﻗﺎﺋﻢ ﺑﻬﺎ ﻣﻊ ﻭﺟﻮﺩﻩ ﺍﻟﻮﻁﺀ ﻓﻼ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺸﻮﺯ ﺑﻤﻨﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻁﺀ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﻫـ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻗﺮﺡ ﻓﻰ ﻓﺮﺟﻬﺎ ( ﻣﻌﻄﻮﻑ ﻋﻠﻰ ﻣﺮﺽ ﻣﻦ ﻋﻄﻒ ﺍﻟﺨﺎﺹ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺎﻡ ) ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻛﻨﺤﻮ ﺣﻴﺾ ( ﻻ ﺣﺎﺟﺔ ﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺍﻟﻜﺎﻑ ﻛﺎﻟﺬﻯ ﻗﺒﻠﻪ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻟﻢ ﺗﺴﻘﻂ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﺑﻪ ﻭﺑﻤﺎ ﻗﺒﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﺬﺍﺭ ﻷﻧﻪ ﺇﻣﺎ ﻋﺬﺭ ﺩﺍﺋﻢ ﻛﻜﺒﺮ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺃﻭ ﻳﻄﺮﺃ ﻭﻳﺰﻭﻝ ﻛﻨﺤﻮ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻭﺍﻟﻤﺮﺽ ﻭﻫﻰ ﻣﻌﺬﻭﺭﺓ ﻓﻴﻪ ﻭﻗﺪ ﺣﺼﻞ ﺍﻟﺘﺴﻠﻴﻢ ﺍﻟﻤﻤﻜﻦ ﻭﻳﻤﻜﻦ ﺍﻟﺘﻤﺘﻊ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ

http://www.piss-ktb.com/2012/03/1203-kewajiban-istri-untuk-melayani.html



Link asal http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/438733439531350/?comment_id=438765019528192&notif_t=like

Tidak ada komentar:

Posting Komentar