Senin, 11 Februari 2013

MACAM2 BID'AH he he


Nurdin Flest
AS.TANYA USTADZ:apa semua bit ah itu sesat.mksih jwby.WS



JAWABAN

Mazz Rofii
حاشية إعانة الطالبين (1/  313)اوقال  ابن حجر في فتح المبين، في شرح قوله (ص): من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه  فهو رد، ما نصه: قال الشافعي رضي الله عنه: ما أحدث وخالف كتابا أو سنة أو  إجماعا أو أثرا فهو البدعة الضالة،

fatwa imam ibnu hajar al haytami dalam  kitab fathul mubin dalam menanggapi maksud sabda naby barang siapa  mengada suatu yg bukan datang dariku maka itu harus di tolakjg  fatwa imam syafiii barang2 baru yg tdk sesuai dengn al quran atau  hadits atu ijmak ulaamk atau astar maka itu bid ah yg kesasar!!

وما أحدث من الخير ولم يخالف شيئا من ذلك فهو البدعة المحمودة.jg masalah barang baru yg brupa kebajikan namun tdk bersebrangan dengan alquran atau hadit atau ijmak ulamak tu jg bid ah !!~~~

nmun bida h yg terpuji

/bidah yg bagus dan dapat pahal!!

والحاصل أن البدع الحسنة متفق على ندبها، وهي ما وافق شيئا مما مر، ولم يلزم من فعله محذور شرعي.ومنها ما هو فرض كفاية، كتصنيف العلوم.

kesimpulan  dari atas bahwa bid ah yg hasanah/kebajiakn itu ulamak spakat sunnat  yaitu smua bidah yg cocok dengn al quran atau hadist atau ijmak atau  asatar>>>>>>>>>>>>>>>>>

kesimpuln bid ah adalah sesutu yg bukan tindak lampa naby....

klok masih tdk menyimpang dari alquran atau pun hadit atau ijmak atau atsar maka bid ah yg bukan dholalah


حاشية إعانة الطالبين (1/  313)

selengkap nya bisa di baca dan di faham sendri maslah contoh 2 bid ah!!krn MAU OFF DULU OM
قال  الامام أبو شامة شيخ المصنف رحمه الله تعالى: ومن أحسن ما ابتدع في زماننا  ما يفعل في كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده (ص): من الصدقات والمعروف  وإظهار الزينة والسرور، فإن ذلك مع ما فيه من الاحسان إلى الفقراء يشعر  بمحبة النبي (ص) وتعظيمه وجلالته في قلب فاعل ذلك، وشكر الله تعالى على ما  من به من إيجاد رسوله الذي أرسله رحمة للعالمين (ص).وأن  البدع السيئة، وهي ما خالف شيئا من ذلك صريحا أو التزاما، قد تنتهي إلى ما  يوجب التحريم تارة والكراهة أخرى، وإلى ما يظن أنه طاعة وقربة.فمن  الاول الانتماء إلى جماعة يزعمون التصوف ويخالفون ما كان عليه مشايخ  الطريق من الزهد والورع وسائر الكمالات المشهورة عنهم، بل كثير من أولئك  إباحية لا يحرمون حراما، لتلبيس الشيطان عليهم أحوالهم الشنيعة القبيحة،  فهم باسم الكفرة أو الفسق أحق منهم باسم التصوف أو الفقر.ومنه الصلاة ليلة الرغائب أول جمعة من رجب، وليلة النصف من شعبان.ومنه  الوقوف ليلة عرفة أو المشعر الحرام، والاجتماع ليالي الختوم آخر رمضان،  ونصب المنابر والخطب عليها، فيكره ما لم يكن فيه اختلاط الرجال بالنساء بأن  تتضام أجسامهم.فإنه حرام وفسق.قيل: ومن البدع صوم رجب، وليس كذلك بل هو سنة فاضلة، كما بينته في الفتاوي وبسطت الكلام عليه.اه.بحذف.والله سبحانه وتعالى أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب



Kakek Jhosy
(Macam-Macam BID’AH)

Belakangan  ini semakin gencar tudingan bid’ah pada seseorang atau kelompok  tertentu, yang satu menyatakan bahwa kelompok yang tidak sefaham  dengannya sebagai ahlu bid’ah sehingga mereka tersesat dan berhak masuk  neraka, sementara kelompok  lain juga menuding kelompok yang lainnya lagi mengembangkan bid’ah.  Saling tuding seperti inilah kemudian menyebabkan perpecahan di kalangan  umat Islam. Apa sebetulnya makna bid’ah itu? dan apakah memang benar  bid’ah itu selalu berkonotasi negatif sehingga harus dihilangkan dari  muka bumi ini?

Menurut al-Imam Abu Muhammad ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, bid’ah adalah:

اَلْبِدْعَةُ  فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِيْ عَصْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ  عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( قواعد الأحكام في مصالح الأنام . ج 2 ص 172 )Bid’ah  adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada  masa Rasulullah Saw. (Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anaam, juz II hal.  172)

Dalam  khazanah pemahaman literatur fiqih, bid’ah secara garis besarnya dapat  dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah  sayyi’ah (jelek), sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Syafi’i;

قَالَ  اَلْمُحْدَثاَتُ ضَرْباَنِ مَا أَحْدَثَ يُخَالِفُ كِتاَباً أَوْسُنَّةً  أَوْ أَثَراً أَوْإِجْمَاعًا فَهذِهِ بِدْعَةُ الضَّلاَلِ وَمَا أَحْدَثَ  مِنَ الْخَيْرِ لاَ يُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذلِكَ فَهَذِهِ مُحْدَثَةٌ  غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ انتهى (فتح البارى , ج 17 ص .1)

Sesuatu  yang diada-adakan itu ada dua macam. Pertama, sesuatu yang baru itu  menyalahi al-Qur’an, sunnah Nabi Saw., atsar sahabat atau ijma’ ulama’,  hal ini disebut dengan bid’ah dhalalah. Dan kedua, jika sesuatu yang  baru tersebut termasuk kebajikan yang tidak menyalahi sedikit pun dari  hal itu (al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijma’), maka perbuatan tersebut  tergolong perbuatan baru yang tidak dicela. (Fathu al-Bari, juz 17  hal.10)

Sedangkan  dalam Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-An’am, Juz I, hal. 173 telah  dijelaskan lebih lanjut secara terperinci bahwa sebagian besar ulama’  membagi bid’ah menjadi lima macam,

1  Bid’ah Wajibah, yakni bid’ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal  yang diwajibkan oleh syara’ seperti mempelajari ilmu Nahwu, Sharaf,  Balaghah, dengan alasan karena hanya dengan ilmu-ilmu inilah seseorang  dapat memahami al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad secara sempurna

2  Bid’ah Mandubah, yakni segala sesuatu yang baik tapi tak pernah  dilakukan pada masa Rasulullah Saw. misalnya, shalat tarawih secara  berjama’ah, mendirikan madrasah dan pesantren

3 Bid’ah Mubahah, seperti berjabat tangan setelah shalat dan makan-makanan yang lezat.

4 Bid’ah Muharramah, yakni bid’ah yang bertentangan dengan syara’ seperti madzhab Jabariyah dan Murji’ah.

5 Bid’ah Makruhah, seperti menghiasi masjid dengan hiasan yang berlebihan.

Dari  sini dapat diketahui bahwa bid’ah terbagi menjadi dua, pertama bid’ah  hasanah yakni bid’ah yang tidak dilarang dalam agama karena mengandung  unsur yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, masuk dalam  kategori ini adalah bid’ah wajibah, bid’ah mandubah dan bid’ah mubahah,  salah satu contoh dalam konteks ini seperti perkataan Sayyidina Umar bin  Khattab ra. tentang jama’ah shalat tarawih yang beliau laksanakan:

نِعْمَةُ اْلبِِدْعَةُ هٰذِهِ (الموطأ رقم 231 Sebaik-baik bid’ah adalah ini (yakni shalat tarawih dengan berjama’ah). (al-Muwatha’ 231)

Contoh  bid’ah hasanah antara lain adalah khutbah yang diterjemahkan kedalam  bahasa Indonesia, membuka suatu acara dimulai dengan membaca basmalah  dibawah seorang komando, menambah bacaan subhanahu wata’ala yang  disingkat dengan Swt. setiap ada kalimat Allah Swt. dan sallaAllahu  alaihi wasallama yang diringkas Saw. setiap ada kata Muhammad,  berkendara ke tempat atau majlis terpuji dengan naik mobil Alphard,  mengendara sepeda motor ke sekolah, melihat acara pengajian dengan  televisi, membuat buku Galak Gampil dengan sarana komputer, mesin cetak,  mengabadikan momen-momen tertentu dengan kamera digital, makan es krim,  serta masih banyak lagi perbuatan lainnya yang belum pernah ada pada  masa Rasulullah Saw. yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Bid’ah  yang kedua adalah Bid’ah Sayyi’ah atau bid’ah dhalalah, yaitu bid’ah  yang mengandung unsur negatif dan dapat merusak ajaran dan norma agama  Islam. Bid’ah Muharromah dan Makruhah dapat digolongkan pada bagian yang  kedua ini, dan inilah yang dimaksud oleh sabda Nabi Muhammad Saw:

عَنْ  عَائِشَةَ - رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه  وسلم- قَالَ « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Dari  Aisyah ra, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda: Barang  siapa yang melakukan perbuatan yang tiada perintah kami atasnya, maka  amal itu ditolak. (Sahih Muslim, bab Idza Ijtahada al-Amal)

Dengan  adanya pembagian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua bid’ah itu  dilarang dalam agama, sebab yang tidak diperkenankan adalah perbuatan  yang dikhawatirkan menghancurkan sendi-sendi agama Islam, sedangkan  amaliyah yang akan menambah syiar dan daya tarik agama Islam tidak  dilarang, bahkan untuk saat ini sudah waktunya umat Islam lebih kreatif  untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan zaman
Sumber
http://fiqhsalafiyyach.blogspot.com/2012/09/kumpulan-ibaroh-bahtsul-masail.html



Muhammad Fatkhurozi Rozi
dikatakan  oleh Imam An-Nawawi yang berpendapat bahwa segala perbuatan yang tidak  pernah ada di zaman Nabi dinamakan bid'ah, akan tetapi hal itu ada yang  baik dan ada yang kebalikannya/buruk. (lihat Fathul Bari karya Ibnu  Hajar Al Asqalani. Juz 2.h. 394).



Imam Syafi'i--sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi--bahwa beliau berkata,

"Perkara baru yang tidak ada di zaman nabi SAW itu ada dua kategori:
Perkara baru yang bertolak belakang dengan Al Qur'an, Sunnah, pendapat sahabat atau Ijma, maka itu termasuk bid'ah yang sesat (bid'ah dhalalah).         Perkara baru yang termasuk baik (hasanah), tidak bertentangan  dengan Al Qur'an, Sunnah, pendapat sahabat atau Ijma, maka perkara baru  ini tidak tercela."

(Riwayat Al Baihaqi. Lihat kitab Manaqib Asy-Syafi'i, juga oleh Abu Nu'aim dalam kitab Hilyatul Auliya'. 9/113)



Abu  Hamid Al Ghazali berpendapat bahwa tidak semua perkara baru yang tidak  dilakukan di zaman nabi SAW itu dilarang, akan tetapi yang dilarang  adalah perkara bid'ah yang bertolak belakang dengan Sunnah dan  menghilangkan apa yang sudah ditetapkan syari'at. (Lih.Ihya' Ulumuddin,  juz 2, h. 248)
Link Asal
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/420021891402505/?comment_id=420132068058154&notif_t=like

Tidak ada komentar:

Posting Komentar